Selalu Ada Cinta di Hati Bunda di Mana Pun Kapan Pun Dengan Cara Apa Pun


Bunda,
Kau bagai bintang
yang berkedip menghiasi malam
Bunda,
Kau bagai bulan
yang bersinar di kegelapan malam
Bunda,
Kau bagai matahari
Yang selalu terang di saat siang
Bunda,
Kau adalah cahaya
Yang tak pernah padam

Fairy
22 Des 2017

PUISI mungil itu ditulis anak ketiga saya saat Hari Ibu kemarin. Saya kurang tahu, itu puisi ke berapa yang dia tulis. Di rumah, ada setumpuk kertas lipat miliknya yang berisi puisi dan coretan-coretan tangan mungilnya. Sesekali saya baca, sesekali saya kirim ke media.
Bukan hanya dia yang suka menulis puisi, kedua kakaknya pun suka, bahkan kakak sulungnya sejak kelas 1 SD sudah menulis cerita dan jadi reporter cilik di sebuah koran di Jawa Barat.
Kebiasaan menulis ini barangkali tertular karena surat-surat cinta yang sering sekali saya dan bundanya anak-anak layangkan setiap saat kepada mereka. Surat cinta sebagai ungkapan rasa sayang yang paling dalam dari saya dan istri untuk anak-anak.
Saya ingat betul, sejak dulu pun setiap saya ingin mengungkapkan perasaan, pasti selalu dengan sebuah coretan dalam sobekan kertas. Entah untuk Ibu, Bapak, atau kakak. Kebiasaan itu saya lakukan karena saya agak sulit mengungkapnya secara langsung. Kebiasaan tersebut ternyata berlanjut hingga saya punya istri dan anak.
Agaknya, istri saya pun begitu, lebih suka mengungkapkan perasaan dengan coretan daripada dengan bicara secara langsung, maka kloplah. Bundanya anak-anak kemudian sengaja meletakan setumpuk kertas lipat warna-warni yang bisa diakses siapa pun dan kapan pun untuk mengungkapkan perasaannya.


Oh iya, jangan membayangkan dalam mengungkapkan perasaan dengan berlembar-lembar kertas ya, dengan sebuah kalimat yang mewakili pun sudah lebih dari cukup. Misalnya sepotong kalimat, “Sayang, maafin Bunda, ya. Hari ini Bunda nggak masak ayam kesukaan kamu”. Coretan itu lalu di tempel di pintu kulkas atau di pintu kamar atau loker anak-anak.
Bisa juga kalimat seperti ini, “Dede kesel sama Kakak soalnya udah habisin roti”, “Kakak mau basket, tapi belum dibeliin sepatu lagi. Padahal minggu besok mau tanding”, “Cantik males di rumah sama Kakak. Suka bentak-bentak kalau minta tolong”.
“Di kulkas ada coklat kakak, dede sama cantik boleh makan, tapi satu-satu aja, ya” dan “Maaf ya, Bun, kakak lagi-lagi ngilangin tumbler, hehehe”, dan kalimat pendek lainnya yang jika dibaca kadang bikin senyum, melotot, sedih, atau malah berkaca-kaca.
Biasanya, sore, setelah magrib Bundanya akan baca apa pun yang ditulis anak-anak. Tidak setiap sore, tetapi selalu saja ada Surat Cinta yang nempel di pintu kulkas atau di depan loker anak-anak. Baik surat cinta dari saya, Bunda, atau anak-anak.








Tiga Kata Ajaib
Selain surat-surat cinta yang hampir tiap minggu diberikan kepada anak-anak, tiap malam, sebelum tidur, bundanya anak-anak pasti akan menghampiri mereka satu persatu. Tak peduli, si Sulung sekarang sudah mulai remaja, Bunda tetap menghampiri dan duduk di tepi tempat tidur.
Bukan sekadar menghampiri, melainkan juga mengajak ngobrol barang satu dua menit, memastikan mereka hari ini dalam kondisi sehat. Biasanya saya ikut nimbrung untuk membacakan buku cerita, terutama pada peri terkecil saya.
Kedua kakaknya walau sudah beranjak besar, kadang-kadang juga masih ingin dibacakan buku cerita hingga siap terlelap. Tidak setiap saat, tetapi ritual seperti ini selalu disempatkan.
Selain membacakan cerita, ada tiga kata ajaib yang selalu Bunda katakan kepada anak-anak. Jika saya ada di rumah juga selalu berusaha mengatakan tiga kata ajaib tersebut di telinga anak-anak.
Tiga kata tersebut adalah kata “Terima Kasih” karena sudah menjadi anak yang baik dan bikin Ayah Bunda bangga hari ini. Kata “Tolong” selalu berlaku baik kapan pun dan di mana pun dan kata “Maaf” kalau hari ini ayah dan bunda bikin kamu marah, kesel, atau sebel. Biasanya Bunda bilang kata “Maaf” sambil peluk dan cium anak-anak. Saya pun demikian adanya, hehehe.


Sembilan Surat Cinta
Sebelum Hari Ibu kemarin, saat anak-anak mempersiapkan diri ujian akhir semester kebetulan si Bungsu badannya agak demam, tepatnya tiga (3) hari sebelum ujian. Bukan hanya si Bungsu yang khawatir, saya dan bundanya pun khawatir.
Saya sangat kenal watak si Bungsu yang tak mau meninggalkan sekolah walau sakit sekali pun, saya yakin, meski sedang demam pun pasti tidak mau melewatkan ujiannya, apalagi ini ujian akhir semester. Sebelum bertindak lebih jauh, Bunda melakukan beberapa hal berikut ini:
1). Mengecek suhu badan si Bungsu dengan menggunakan termometer. Bunda tidak pernah mengandalkan tangan yang ditempel di kening anak, soalnya bukan dokter, hehehe. Ternyata suhu badannya di atas 37,5 derajat celcius. Artinya, dia  memang terserang demam.
2). Bunda lalu mengompres si Bungsu dengan kain yang dicelupkan air hangat bukan air dingin. Mengompres dengan air hangat supaya pusat suhu tubuhnya menerima pesan kalau suhu di sekitar tubuhnya sedang hangat, sehingga tubuh akan menurunkan suhunya secara otomatis.
3). Tak lupa, Bunda memperbanyak asupan cairan dan mengenakan baju yang tidak terlalu tebal. Si Bungsu juga di tempatkan pada ruangan yang sirkulasi udaranya lancar.
4). Bunda tetap mengejek suhu badan si Bungsu, khawatir suhunya di atas 39 derajat celcius. Biasanya, kalau suhunya sudah di atas 39 derajat celcius, Bunda segera beri obat penurun panas yang mengandung parasetamol. Saya lihat di kotak obat sudah tersedia Tempra, jadi saya agak tenang.


Hari pertama si Bungsu sudah menuliskan kegelisahan hatinya lewat kertas warna jingga kesukaannya, “Bun, kalau dede masih sakit, dede tetep boleh ikut ujian, ya? Dede nggak mau ikut ujian susulan”.
Coretan simpel itu asli membuat saya berkaca-kaca apalagi si Bunda. Bunda langsung membalasnya dengan sebuah coretan pula ... “Dede in syaa’ Allah sembuh, jadi tetap boleh ikut ujian”.



“Yah, katanya kalau orang sakit dapat sembilan surat cinta akan sembuh, ya?” tanya Dede setelah saya membacakan sebuah cerita. Saya kaget luar biasa. Itu kan hanya mitos belaka. “Yah,” panggil dia lagi.
Saya mengangguk, “In syaa’ Allah,” jawab saya sambil memeluk. “Dede akan sembuh dengan sembilan surat cinta dengan syarat Dede dikompres dan nanti minum obat, ya,” lanjut saya.

Obat Andalan Keluarga
Sehari setelah dikompres, ternyata panasnya makin tinggi. Bunda langsung memberinya Tempra Syrup. Memang sih, dibanding dengan merk lain harga Tempra di atas rata-rata, tetapi demi kesehatan anak-anak harga tak ada artinya.



Tempra sendiri memiliki kandungan parasetamol yang aman untuk anak-anak. Setiap 5 ml, Tempra mengandung 160 mg paracetamol. Parasetamol berfungsi sebagai pereda demam, rasa sakit dan nyeri ringan, sakit kepala serta sakit gigi, termasuk demam setelah imunisasi. Paracetamol bekerja sebagai antipiretika pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit.
Tempra memiliki rasa buah yang enak sehingga membuat anak lebih gampang minum obat. Orangtua tak perlu memaksa anak buka mulut ketika anak harus meminumnya.
Hal yang lebih penting lagi Tempra aman di lambung, tidak perlu dikocok saat meminumnya karena sudah larut 100%, dan dosis tepat (tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis). Selain itu  Tempra cepat menurunkan demam.


Obat penurun panas produksi PT. Thaiso Pharmaceutical Indonesia Tbk ini kemasannya sangat aman, menggunakan tutup botol CRC (Child Resistant Cap). Dengan kemasan tersebut, tutup botol tidak mudah dibuka oleh anak-anak.
Ada tiga (3) varian obat berbeda yang dikeluarkan Tempra, yang  disesuaikan dengan usia anak. Varian tersebut sangat mudah diingat sehingga orangtua tidak bingung saat akan membeli Tempra untuk meredakan demam pada anak.
Ada Tempra Drop dengan rasa Anggur (untuk usia 0-1 tahun), Tempra Syrup dengan rasa Anggur (untuk usia 1-6 tahun), dan Tempra Forte dengan rasa Jeruk (untuk usia 6 tahun ke atas).  
Alhamdulillah, selama menggunakan Tempra hingga saat ini aman-aman saja. Apalagi Tempra bekerja langsung pada pusat panas dan tidak membuat iritasi lambung, jadi aman sekali dikonsumsi anak-anak.
Pantas jika Tempra jadi andalan dan dipercaya oleh banyak keluarga di Indonesia secara turun temurun sebagai obat penurun demam pada anak-anak. 
Tidak pakai lama, setelah minum Tempra, secara berangsur-angsur demam yang dialami Dede mereda. Akan tetapi, saya dan bundanya anak-anak tetap saja khawatir.
Si Sulung menyodorkan surat cintanya untuk Dede, isinya simpel banget, khas anak laki-laki yang menginjak remaja, “Dede cepet sembuh, ya. Nanti kakak gendong”. Adiknya nggak mau kalah, nyodorin surat cinta juga, “De, maafin cantik ya, gara-gara kemarin buatin es jeruk Dede jadi sakit. Dede pasti cepet sembuh”.
Dede senang sekali menerima dua (2) surat dari kakak-kakaknya. Dia cuma senyum saat membacanya lalu berbisik kepada bundanya, “Baru dua surat Bun, kurang tujuh lagi,” katanya.
Saya yang mendengar bisikannya langsung keluar kamar lalu meminta si Sulung dan adiknya bikin lagi surat cinta demi kesembuhan adiknya. Agak konyol juga sih, tetapi tak apa. Bukankah ada yang bilang jika The Power Of Love Can Change Everythink? (Kekuatan cinta akan mengubah segalanya).





Malam hari setelah belajar, kedua kakaknya pun masuk kamar adiknya dan menyodorkan surat-surat cinta untuk adiknya. Tahu nggak, setelah dibaca satu persatu dan dihitung, ternyata jumlahnya bukan sembilan, tetapi sepuluh.
“Kelebihan, harusnya sembilan aja,” kata Dede sambil memeluk bundanya.
“Sembilan surat cinta saja sembuh, apalagi kalau sepuluh,” balas bundanya sambil tersenyum simpul. Saya yang melihatnya hanya mengangguk.
Esok hari setelah sehari minum Tempra, pagi-pagi sekali saat azan subuh Dede bangun. Usai subuh, seperti biasa dia nonton film kartun kegemarannya. Saya langsung duduk di sebelahnya dan mengecek suhu badannya. Alhamdulillah, sudah tidak panas.
Padahal rencananya, jika hari ini masih demam Dede akan dibawa ke dokter karena jika demam telah lewat 2 hari anak harus segera dibawa ke dokter, bahkan jika perlu tes darah supaya bisa dicek dan ditangani lebih dini.
Oh iya, kadang karena kita kasihan melihat kondisi anak, saat suhu tubuh anak berada di atas 39 derajat celcius kita mencoba menenangkannya dengan memberi pijatan-pijatan kecil. Ternyata ini tidak boleh karena bisa menyebabkan terjadinya pecah pada pembuluh darah.
Akhirnya, Dede pun tetap bisa mengikuti ujian akhir semester dengan baik, berkat Tempra dan sepuluh surat cinta yang dikirimkan kedua kakaknya.

Yuk, Jaga Kesehatan
Demam pada anak-anak bisa terjadi kapan pun dan di mana pun dengan alasan apa pun. Cara mencegahnya, sebisa mungkin kita membekali mereka cara menjaga kesehatan.
1). Ingatkan anak supaya selalu cuci tangan pakai sabun saat mau makan dan setelah dari toilet atau selesai bermain.
2). Ingatkan supaya anak banyak minum air putih terutama saat cuaca panas menyengat.
3). Berikan makan bergizi dan memperbanyak porsi buah dan sayur untuk menjaga daya tahan tubuh.
4). Ajak olah raga secara rutin, yang ringan saja seperti jalan-jalan pagi
5). Kasih jadwal waktu untuk tidur supaya tidurnya cukup
Selain lima hal di atas, tidak lupa sediakan vitamin yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak supaya tubuhnya makin kuat dan pertumbuhannya tak terkendala. Ingat, mereka sedang tumbuh baik jasamani mau pun rohaninya.


Oh iya, meski sekarang sudah ada aplikasi pesan di smartphone, kebiasaan kirim surat cinta yang dilakukan saya, bundanya anak-anak, dan anak-anak di rumah tak hilang. Rasanya berbeda sekali antara menulis surat cinta melalui sobekan kertas dengan aplikasi pesan di smartphone. Hambar.
Maka semua sepakat, surat cinta tak akan pernah digantikan apa pun. Surat cinta yang selalu ditunggu anak-anak. Surat cinta dari ayah dan bundanya. Semoga bermanfaat!
@KreatorBuku

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog
yang diselenggarakan oleh BloggerPerempuan Network

dan Tempra.
Previous article
Next article

46 Komentar

  1. Aih, Kang Ali! Suka deh dengan cara kalian saling mengungkapkan cinta. Secarik kertas adalah penyambung lidah juga rasa, yang biasanya memang sukses mencairkan bahkan menghangatkan serta mengeratkan hubungan. Baik hubungan kasih sayang antar ayah/bunda dan anak, suami dan istri, mau pun antar sahabat bahkan!

    Sukses untuk lombanya ya! Suka deh!

    BalasHapus
  2. waah, keren dek Fairy udah pinter bikin puisi, cinta bunda memang tiada tara ya

    BalasHapus
  3. Samaaa nih obat andalannya, hihi. Semoga sehat selalu yaaaa anak - anaknya kang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin. Iya, Tempra emang nggak ada duanya deh

      Hapus
  4. Saya juga masih suka membacakan cerita menjelang anak tidur. Tapi lama-lama nagih tiap malam wajib dibacakan cerita. Kadang kalau lagi ada urusan repot banget karena dia gak bisa tidur hehe.

    BalasHapus
  5. Waa.. Caranya bisa ditiru tu mas ali.. Menyatakan perasaan lewat tulisan.. Kadang kita suka segan mengungkapkan perasaan ntah itu marah sedih atau kesal ke orang lain.. Dengan ditulis dan orang itu baca bisa jadi sarana suoaya gak memendam perasaan negatif..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh Nisa. Iya, surat cinta paling mudah buat komunikasi, hehehe

      Hapus
  6. Wah seru banget surat cintanya. Bahagia punya keluarga yang komunikasinya jalan ya.

    BalasHapus
  7. Ya Allaaaah keluarga yang really2 so sweet, Saya juga masih suka menulis surat tetapi buat anak saya yang di pesantren hehhehe oya kang obat andalannya koq sama ya dengan saya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar budaya tulisnya nggak ilang, hehehe. Iya, Tempra emang jos ya Mbak Triana.

      Hapus
  8. Wah benar-benar keren. Calon juara nih. Jadi pengin ikutan juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk ikutan, hehehe.
      Siapa tahu nanti menginspirasi

      Hapus
  9. wow.. cinta ayah dan ibu lah yang membuat anak2 sembuh dari berbagai macam penyakit, disamping itu kita juga butuh suplemen pendamping, seperti tempra syrup misalnya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget ... kasih sayang orangtua jauh lebih ampuh ya ... makin ampun pakai Tempra Syrup.

      Hapus
  10. Duuh pinternyaaa kecil2 udah jadi penulis niih nanti diajarin ngeblogg juga kang hehhehe..
    Oh iyaaa ponakanku kecil2 juga klo panas pakenya Tempra...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, hehehe.
      Masih terus belajar tante

      Hapus
  11. Keren banget ini surat-suratannya. Selain ngungkapin rasa juga sekalian terus nulis pake tangan ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Tan, biar ngerasain kalau nulis itu perlu perjuangan, hehehe.
      Makasih ya Tan

      Hapus
  12. Wah idenya keren ya, surat cinta euy, itu juga puisinya dalem, udah lama gak nulis puisi hihi
    Pokoknya kasih sayang Ibu dan Tempra perpaduan yang klop deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk nulis surat cinta juga buat yang kau sayangi Tia

      Hapus
  13. Balasan
    1. Saya juga suka bengong-bengong sendiri Kak bacanya ...

      Hapus
  14. Sama seperti di rumah saya. Istri punya buku harian yang setiap ada kejadian penting, selalu di tulisnya.
    Spesialnya, ia membuatnya dengan hiasan dan ornamen. Jadilah buku keluarga. So far, anak-anak suka membuka kembali buku itu. Apalagi kalau sedang bete.. Hihi, dijamin pada baikan semuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah, pasti seru banget kalau dibaca bareng-bareng Mas, hehehe. Goodluck

      Hapus
  15. Unik juga ya... billa dulu suka nulis gitu. Tp gak saya pelihara kebiasaannya. Kayaknya perlu dicoba lg nih...

    Btw... saya dr kecil...selalu diberi tempra sama mama saya. Skrgpun saya pakein tempra jg ke anak2....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, harus dipupuk, hehehe.
      Sama berarti ya, pakai tempra

      Hapus
  16. ide bagus nih, anak2 saya kurang ekspresif dg lisan langsung, mungkin kalo lewat tulisan gini bisa lebih ekspresif ya

    BalasHapus
  17. Indaaahh banget kang alee. Sangat bisa diadaptasi kluarga lain yaaa
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  18. Ihhh romantis banget aiiih keluarga iniii. Patut dicontek nih cara berkomunikasinya

    BalasHapus
  19. Subhanallah.. so sweet bangettt... suka deh bacanya. Beruntung ya Kang Ali dan istri punya kebiasaan sama soal mengungkapkan rasa lewat tulisan. Jadi ayah bundanya kompak, anak2 jadi gampang mencontohnya. Sukses ya Kang buat lombanya :)

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  21. Wuaaaaa suka sekali bacanya
    Mirip cara kami di rumah juga, sering tulis2an surat begini, tapi gak serutin keluarga kang Ali sih
    Mau dirutinin ah

    BalasHapus
  22. kebiasaan Nulis Surat Emang Lebih Gregeget untuk menyampaikan pesan. Kids Jaman Now harus tau sesnsasinya. Cerita yang menginspirasi Kang Alee

    BalasHapus
  23. Cobain ah kalau ditulis jadi lebih mengena ya nasihatnya

    BalasHapus
  24. wkkka akhirnya baca juga, ga tahan pada bikin kepo digrup nih tulisan Kang ali.. so sweet ya buat orang introvert kayaknya cara menulis surat oke juga

    BalasHapus
  25. Kereen.. selalu ada cinta d rumah Kang Ale.. saya bikin ini juga tapi bentuk diary di kelas.. satu kelas 1 diary ditulis bergantian...hehe

    BalasHapus
  26. Anak2 yg penuh cinta pasti beda...
    Wah semangat banget ya sekolahnya sampai saat sakit pun tetap mau school..
    Sehat2 semuanya ya Kang..

    BalasHapus
  27. Keluarga harmonis, sudah pernah ketemu sekali, berbagia selalu bunda dan anak-anak, jangan sakit ya

    BalasHapus
  28. Anak anak di rumah pun cocok sama tempra

    BalasHapus
  29. bagus banget puisinya. kayaknya bakat nulis bapaknya turun ke anak yaa

    BalasHapus

"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel