Fiksi
[Dongeng] Pangeran Katak
Pangeran Katak
Dikisahkan kembali dari cerita asli karya Grimm Bersaudara
Dahulu kala, ada seorang putri yang sangat manja dan tidak pernah puas. Makin banyak yang dimilikinya, makin banyak yang diinginkannya. Dan dia tidak pernah taat. Suatu hari dia membawa bola emasnya ke dalam hutan, meskipun dia seharusnya tinggal di istana, menyulam beberapa saputangan baru. Dia melempar bola emas itu tinggi-tinggi ke atas, sekali, dua kali, tapi pada kali ketiga, bola itu luput dari tangannya dan dengan bunyi yang keras, bola itu jatuh tercebur ke sumur yang dalam. Putri itu mengentakkan kakinya dan berteriak, tapi sia-sia belaka. Lalu ditendangnya tepi sumur. Dia sudah bersiap untuk berteriak, ketika seekor katak yang sangat besar melompat keluar dari sumur.
"Hiyy!" seru sang Putri. "Katak licin menjijikkan, cepat pergi," tapi katak itu bergeming. Dia malah berbicara. "Apa yang membuatmu marah?"
Katak yang bisa bicara! Untuk sesaat Putri terdiam, tapi kemudian dia melihat katak itu dengan jijik dan berkata, "Kalau kamu ingin tahu, bola emasku yang sangat berharga jatuh ke sumur ini dan aku ingin bola itu kembali."
Katak itu tiba-tiba melompat dan menghilang ke dalam sumur. Dalam sekejap, katak itu kembali dengan membawa bola emas. Sang Putri ingin merebut bola itu, tapi si katak menginjak bola itu dengan kakinya yang basah dan berkata, "Apa tidak ada yang pernah mengajarimu sopan santun? Katakan: 'Kumohon' dan 'terima kasih', tapi sebenarnya aku punya sebuah permintaan khusus."
Putri itu memandang katak itu kaget. Belum pernah ada yang berani berbicara seperti itu padanya, apalagi katak. Dia menatap sang katak, lalu berkata ketus,
"Kumohon, kembalikan bola itu padaku. Sekarang, apa permintaan khususmu?"
Katak itu tidak memindahkan kakinya, malah membungkuk di dekat putri itu.
"Aku ingin ikut dan tinggal bersamamu di istana, makan dari piringmu, dan tidur di bantalmu, kumohon padamu."
Putri itu tampak takut. Tapi kemudian dia meyakinkan dirinya bahwa janji pada seekor katak tidaklah berarti. Dia mengangkat bahu dan berkata, "Boleh saja," dan dia merebut bola emas itu dari bawah kaki katak dan segera berlari kembali ke istana.
Malam itu saat keluarga istana makan malam, terdengar suara aneh memanggil,
"Putri, sli mana kamu?" dan katak itu melompat.
"Astaga!" ujar sang Putri. Ratu pingsan. Raja mengerutkan dahi.
"Kamu kenal katak ini?" tanyanya.
"Astaga!" ujar Putri lagi, lalu dia menceritakan kepada ayahnya apa yang telah terjadi. Mendengar ceritanya, raja mendesak sang putri untuk memenuhi janjinya.
Katak itu makan sangat sedikit, tapi Putri malah lebih sedikit. Dan ketika tiba saatnya untuk tidur, Raja menatap tajam putrinya yang berusaha menghindar. Karena segan, sang Putri membungkuk dan mengangkat satu kaki katak itu. Setelah sampai ke tempat tidurnya yang bertiang empat, dia meletakkan katak jauh-jauh, di pojok bawah tempat tidurnya. Dia tidak bisa tidur sedetik pun sepanjang malam.
Esok malamnya, katak itu kembali. Makan malam begitu tenang. Ratu diarn di kamarnya, Raja membaca koran, dan sang Putri berusaha untuk tidak melihat katak itu. Ketika tiba saatnya tidur, sekali lagi katak dan Putri tidur di sisi yang berlawanan di tempat tidur.
Malam ketiga, Putri sangat lapar sehingga dia berpura-pura katak itu tidak ada di sana dan melahap apa pun yang ada di depannya. Ketika tiba saatnya tidur, dia sangat lelah sehingga dia langsung terlelap begitu kepalanya menyentuh bantal.
Esok paginya ketika bangun, dia merasa jauh lebih baik karena tidurnya nyenyak sekali. Lalu dia teringat pada katak itu. Tapi katak itu tidak terlihat. Yang terlihat hanyalah seorang pemuda tampan berpakaian beludru hijau yang berdiri di dekat kaki tempat tidur.
"Halo, Putri. Apakah kamu tahu kalau kamu mendengkur?" ujarnya.
Mulut sang Putri ternganga dan siap berteriak, tapi pemuda tampan itu melanjutkan, "Kurasa kamu tidak mengenaliku, syukurlah, tapi aku adalah katak yang mengambilkan bola emasmu. Aku dikutuk peri yang menyebutku kasar dan manja," dan pemuda itu memandang ke
Putri yang masih melongo, "Dan kutukan itu hanya bisa dihilangkan oleh orang yang sama-sama kasar dan manja seperti aku, jika dia baik padaku."
Sang Putri tak bisa berkata apa-apa. Raja sangat terkesan dengan kesopanan pemuda itu dan ratu menyukai baju beludrunya yang indah. Semua orang gembira karena sang Putri berubah menjadi orang yang sangat menyenangkan. Tak lama kemudian Putri dan pemuda tampan itu menikah. Mereka punya anak-anak yang tidak manja dan mereka semua hidup bahagia selamanya. Bola emas dan baju beludru hijau disimpan di lemari yang sangat gelap.
(dari 100 Kisah Klasik)
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"