Wisata
Pesona Pangkalpinang Dinikmati dari Rumah Pengasingan Bung Karno
PESONA
Pangkalpinang ternyata tidak hanya bisa dinikmati dari wisata pantai atau
wisata kulinernya saja, melainkan juga bisa dinikmati dari rumah pengasingan
Bung Karno dan Bung Hatta di Bukit Menumbing Muntok Bangka Barat.
Makanya,
begitu rombongan Kelas Blogger tiba di Bandara Depati Amir Pangkal Pinang,
Bangka dan dibawa kabur menuju rumah pengasingan rasanya luar biasa.
Paling tidak Lelaki Berciput yang memang senang dengan sejarah matanya langsung
berbinar terang, walau sejak dalam perjalanan dari Bandung Jakarta hingga
Bangka hanya tidur beberapa jam saja.
Jalur yang Berkelok
Setelah sarapan
Mie Koba, salah satu kuliner khas Pangkal Pinang yang rasanya gurih karena
menggunakan ikan tengiri, peserta Kelas Blogger melanjutkan perjalanan menuju
Muntok. Perjalanan dari Pangkalpinang menuju Muntok ditempuh dengan perjalanan
darat kurang lebih 2-2.5 Jam, tergantung supir.
Kebetulan
rombongan Kelas Blogger dibawa oleh mas-mas supir yang sudah
berpengalaman, jadi hanya ditempuh dalam waktu 2 jam saja. Padahal, jalanannya
sangat panjang. Kadang naik, turun, dan berkelok.
Sepanjang
perjalanan jarang sekali ditemukan komplek perumahan. Mungkin karena penduduk
Pangkalpinang memang menyebar di penjuru kota, jadi tidak terlihat padat.
Sesekali terlihat bukit yang baru saja dibuka untuk lahan pertanian. Sesekali
kebun kelapa sawit.
Tiba di
Muntok, setelah melewati jalan yang cukup lebar, kendaraan berjalan
pelan-pelan. Tepat ketika ada petunjuk arah bertuliskan Giri Sasana Menumbing
di kanan jalan, kendaraan langsung berbelok dan tancap gas menaiki bukit.
Sesekali
terdengar teriakan dari rombongan. Baik teriakan karena tiba-tiba jalan
berbelok tajam atau teriakan karena lanscape alam yang terlihat indah dari atas
bukit. Lelaki Berciput yang duduk di belakang Dosen Galau memilih diam
menikmati pemandangan.
Sebelum
benar-benar tiba di rumah pengasingan ada pos penjaga yang berjarak kurang
lebih 4 km, pos yang dijaga satpam tersebut untuk mengetahui informasi mobil
yang lewat supaya tidak terjadi persimpangan arah. Jalan menuju puncak hanya cukup
untuk satu jalur mobil, makanya diperlukan pos tersebut.
Setelah
melewati pos pertama, ada satu pos lagi yang dijaga anak muda. Pos untuk
pembelian tiket. Tiket wisata Rumah Pengasingan cukup murah, setiap orang
dikenai Rp2.000 dan untuk mobil Rp10.000 saja. Tidak jauh dari pos pembelian
tiket, kendaraan masuk ke parkiran Rumah Pengasingan yang terlihat kokoh dan
megah, khas bangunan Belanda.
Mobil Ford de Luxe Dipajang di Depan Kamar (Foto Kang Alee) |
Pesona Pengasingan
Rumah
Pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta di Muntok Kabupaten Bangka Barat dikenal
dengan sebutan Giri Sasana Menumbing yang artinya tempat peristirahatan di
Gunung Menumbing. Komplek tersebut, memiliki beberapa bangunan dan taman.
Sebelum masuk
rumah pengasingan, Lelaki Berciput dan beberapa teman blogger dari Kelas
Blogger menuruni tangga menuju taman
yang ada di salah satu bangunan komplek dan naik ke atapnya. Dari atap terlihat
hamparan pantai, hutan, dan perumahan bagai sebuah lukisan alam.
Setelah puas
menikmati pemandangan, Lelaki Berciput kembali ke rumah pengasingan. Ada
seorang penjaga di meja resepsionis atau ruang tunggu yang bertugas mencatat
tamu-tamu yang datang.
Lelaki
Berciput membubuhkan namanya, sekadar untuk memonumenkan diri, kalau dia pernah
berkunjung ke sana, hehe. Kemudian masuk ruang tengah yang cukup luas. Ada dua
pasang meja tamu, beberapa foto yang disusun rapi dalam sebuah pembatas
ruangan, dan foto Presiden Soekarno yang sedang duduk bersama H. Agus Salim.
Foto tersebut seolah menyapa kedatangan orang yang berkunjung ke rumah tersebut.
Kemudian ada
kamar 102 yang di depannya dipajang Mobil Ford de Luxe delapan silinder dengan
pelat nomor BN 10. Mobil yang kerap dipakai Bung Karno dan Bung Hatta saat
mengujungi rakyat Muntok, Pangkalpinang, dan daerah lain di wilayah Bangka. Mobil
bercat hitam itu sudah tak bermesin.
Dengan
sedikit merinding disko, Lelaki Berciput memasuki kamar bernomor 102
tersebut. Dalam kamar ada seperangkat meja tamu dan meja kerja. Lelaki Berciput
merinding karena seolah kembali ke masa lalu.
Ruangan Dalam Kamar 102 (Foto Kang Alee) |
Berdasarkan
informasi tertulis yang dipajang dalam ruang 102 tersebut, Soekarno dan
kawan-kawan dibawa ke tempat ini dibagi menjadi tiga rombongan, kayak rombongan
Kelas Blogger saja, hehehe.
Rombongan
pertama adalah Mohammad Hatta, Mr A.G. Pringgodigdo, Mr. Assaat, dan Komodor
Udara S Suryadarma. Mereka tiba di Manumbing pada tanggal 22 Desember 1948 dari
Yogyakarta. Pada saat bersamaan, di Halaban sedang dideklarasikan PDRI di
Halaban.
Rombongan kedua adalah Mr. Moh Roem dan Mr.
Ali Sastroamidjojo, yang dibawa Belanda dari Yogyakarta menuju Manumbing pada
tanggal 31 Desember 1948. Rombongan ketiga adalah Bung karno dan Agus Salim yang
dibawa ke Bangka pada tanggal 6 Februari 1949 dari tempat pengasingannya di
Kota Prapat, Sumatera Utara. Mereka datang dengan pesawat Catalina yang
mendarat di Muara Sungai Pangkalbalam.
Soekarno dan
H. Agus Salim ini dipindahkan ke Bangka atas permintaan Presiden Soekarno agar
mudah konsultasi dengan Mohammad Hatta. Atas
permintaan Soekarno pula rombongan dibagi dua. Ada yang tinggal di Menumbing
dan ada yang tinggal Wisma Ranggam di Kota Mentok, sekitar 10 km dari
Menumbing.
Dari kamar
102, Lelaki Berciput masuk ke dalam ruangan lainnya yang masih menyambung
dengan ruangan tersebut, yaitu kamar 101. Dalam kamar 101 ada dua buah dipan,
meja tulis, lemari pakaian tiga pintu, dan sebuah serambi untuk duduk-duduk
melihat pemandangan di luar kamar yang luar biasa.
Tempat Tidur di Kamar 101 (Foto Kang Alee) |
Lelaki
Berciput lantas keluar kamar 102 menuju ruang tengah yang lapang. Dalam ruang
tersebut banyak foto-foto pejuang bangsa. Ruangan disetting seperti ruang
sidang. Ada meja panjang untuk sidang di depannya beberapa deret kursi untuk
peserta sidang.
Supaya lebih
sempurna menikmati Pesona Pangkalpinang, Lelaki Berciput menuju belakang rumah
dan naik ke atas bangunan. Genting bangunan ada tiga lantai dan semua dicor
dengan semen dan batu yang terlihat sangat kokoh. Sampai di lantai paling atas,
dia langsung menghela napas sejenak saking kagumnya melihat keindahan
Pangkalpinang dan daerah sekitarnya dari atas bangunan. Sangat cocok untuk spot
foto-foto. Istilah sekarang instagramable,
hehe.
Giri Sasana
Menumbing konon dibangun oleh para pekerja rodi pada masa penjajahan Belanda
pada tahun 1927. Sumber lain menyebutkan dibangun pada tahun 1890 dan ada juga
yang menyebut tahun 1932. Bangunan tersebut sempat digunakan oleh Banka Tin
Winning, cikal bakal PT. Timah. Dinding dibuat dengan batu granit, makanya
hingga sekarang tetap terlihat kokoh dan cantik, secantik Pesona Pangkalpinang.
Bung Karno,
Bung Hatta, dan para pejuang Indonesia di asingkan di Giri Sasana Menumbing
pada saat agresi militer Belanda ke-II tahun 1948. Pada saat itu mereka telah
resmi menjadi pemimpin rakyat Indonesia.
Bagian Atas Rumah Pengasingan yang Penuh Pesona (Foto Kang Alee) |
Cerita Mistis
Setiap rumah
bangunan Belanda dan usianya sudah berabad-abad selalu saja ada cerita
mistisnya, seperti Rumah Pengasingan Giri Sasana Menumbing ini pun punya cerita
mistis. Cerita mistis tersebut bagi Lelaki Berciput makin menambah Pesona
Pangkalpinang.
Jika
berwisata ke sana, tepat di seberang pintu pintu masuk sebelah kanan ada cemara
yang dihuni oleh lima ekor ular berbisa yang sekarang dikenal sebagai ular
penjaga rumah. Ular berjenis Green Viper tersebut
sangat berbisa, namun mereka tidak pernah mengganggu siapa pun.
Ular Penuh Mistis di Rumah Pengasingan (Foto Kelas Blogger) |
Menurut petugas
yang menjaga rumah pengasingan, ular-ular tersebut sudah berada di sana kurang
lebih sekitar 16-20 tahun yang lalu. Ular itu memang bukan ular peliharaan
karena ular-ular itu datang sendiri. Ajaibnya, selama ini petugas tidak pernah
sekali pun melihat ular tersebut makan apa pun.
Petugas hanya
beberapa kali melihat ular-ular tersebut pergi saat malam dan kembali lagi
setelah siang. Mereka meninggalkan pohon yang sudah menjadi rumahnya tersebut
paling lama sekitar tiga hari. Kira-kira itu ular beneran apa ular jadi-jadian,
ya? Ah, serunya Pesona Pangkalpinang.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
jd inget sejarahnya liat ular di atas. Ajaib ya? Sejak 1951-an masih konsisten ada di tempat Bung Karno diasingkan (Muntok, Bangka Barat).
BalasHapusIya, istiqomah pisan, hehehe
HapusMantap, tulisannya padat berisi.
BalasHapusKayak habis fitness ya, hehehe
Hapusularnya konsisten namanya. gak mencla mencle. teteup di tempat itu...setia banget
BalasHapusBener banget, hehehe
Hapuskamar bung karno adem ya lihatnya..
BalasHapusIya, berasa ingin nginep di sana, hehe
Hapusyang menarik gambar dan fotofoto yang terpamapang, plus ular itu...
BalasHapusHooh, dan saya nggak berani mendekat, hahaha
HapusWuih keren ya,,, ada cerita mistisnya lagi. Jadi penasaran ama ularnya mas, kok bisa gitu lho pergi saat malam dan pulang saat siang,,, hmmm,,,
BalasHapusMungkin melalui pengamatan berbulan-bulan, hihi
HapusKeren kang ali.
BalasHapusSungguh pengalaman yang luar biasa bisa jalan2 kesana hehe.
Yoi Bro
HapusMantap ya drivernya....hehehe.
BalasHapusKang ali kenapa enggak ditanyakan langsung sama ularnya? hehehehe... kali aja ularnya mau curhat selama 16 s/d 20 tahun tinggal disana...??
BalasHapusAaah, jadi mupeng ke situ juga. Masukin list ah. 😊
BalasHapus