Wisata
Jalan ke Semarang? Jangan Lupa dengan Tiga Tempat Ini
SUDAH
cukup lama saya ingin sekali ajak anak-anak jalan ke Semarang. Akan tetapi
karena waktunya selalu tidak tepat, jadwal yang telah ditetapkan pun selalu
saja dilanggar, hehehe.
Makanya,
begitu ada waktu luang saya buru-buru cari tiket kereta api ke Semarang. Beruntung
banget, masih ada beberapa seat yang
masih avalable dalam satu gerbong.
Kebetulan anak-anak sudah lama nggak naik kereta, begitu tahu akan jalan-jalan
pakai kereta wajah mereka terlihat sumringah.
Jadilah,
pada hari yang ditentukan kita berlima naik kereta malam dari Stasiun Hall
Bandung menuju Stasiun Tawang Semarang. Karena sudah malam, anak-anak di kereta
langsung terlelap. Mereka terbangun saat tiba di Stasiun Tawang sesaat menjelang
azan subuh berkumandang.
Begitu
matahari mulai bersinar, kita meninggalkan Stasiun Tawang. Tujuan pertama apa
lagi kalau bukan sarapan Nasi Ayam khas Semarang. Rasanya kalau ke Semarang
tidak sarapan Nasi Ayam tidak lengkap.
Setelah
semua kenyang, kami langsung menuju halte terdekat dari Stasiun Tawang. Kami naik
bus Trans Semarang menuju destinasi pertama yang akan kita eksplor, yaitu
Lawang Sewu. Tidak lebih dari sepuluh (10) menit bus berhenti di halte BRT
depan kampus Udinus dan semua turun dengan penuh ceria.
Ngeri-Ngeri Sedap di Lawang Sewu
Dari
halte langsung menuju Tugu Muda di Komplek Tugu Muda, Jl. Pemuda, Sekayu, Kota
Semarang, Jawa Tengah dan menikmati Semarang di pagi hari. Lanjut mengunjungi
Lawang Sewu yang memang berada di dekat Tugu Muda. Karena masih pagi jadi
antrean tidak terlalu panjang. Kami pun keliling ditemani seorang pemandu.
Setelah
melewati pintu masuk, diarahkan menuju ruang pameran yang berisi foto-foto yang
dipajang dengan sangat menarik. Sebetulnya saya ingin sekali berlama-lama di
ruangan tersebut, apa daya harus mengikuti anak-anak dan pemandu.
Lawang
Sewu merupakan salah satu landmark Kota Semarang yang sangat ikonik. Bangunan
peninggalan Belanda paling mistis, tetapi paling dijadikan tujuan utama ketika
berkunjung ke Semarang.
Lawang
Sewu merupakan Bahasa Jawa yang artinya seribu pintu. Tempat ini dibangun
pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907.
Bangunan megah tersebut dahulu digunakan sebagai kantor NIS (Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij), sebuah jawatan perkeretaapian swasta yang dimiliki oleh
pemerintah Belanda zaman dahulu.
Setelah
Belanda pergi meninggalkan Semarang, bangunan Lawang Sewu menjadi milik
pemerintahan Jepang pada tahun 1940-an dan diubah menjadi tempat peristirahatan
tentara Jepang. Tragisnya, ruangan bawah tanah, digunakan sebagai tempat
pembantaian kaum pribumi, pemuda Indonesia serta tahanan Belanda. Maka tak
heran jika sering terdengar kisah mengerikan atau horor dari Lawang Sewu
mengingat kisah kelam masa lalu dari
tempat tersebut.
Lawang
Sewu sendiri, menjadi salah satu saksi bisu dari kekejaman pemerintahan Jepang
yang tega menyiksa para tahanan, penduduk pribumi, dan orang-orang yang tidak
bersalah.
Setelah
Jepang pergi dari Indonesia pada tahun 1945, Lawang Sewu diambil alih
pemerintah Indonesia dan resmi menjadi kantor dari beberapa institusi
pemerintah Indonesia seperti Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI)
yang sekarang dikenal sebagai PT. KAI, Kantor Prasaran Komando Daerah Militer
atau (Kodam IV/Diponegoro), dan Kantor Kementrian Perhubungan yang ada di Jawa
Tengah.
Selain
ruang bawah tanah yang misteri, ada hal menarik yang perlu kita tahu dari
Lawang Sewu, seluruh ruangan di sana menggunakan AC alami, jadi meski pun Semarang
panas, ruangan di Lawang Sewu tetap dingin.
Megahnya Klenteng Sam Poo Kong
Setelah
berkeliling di Lawang Sewu, kami langsung menuju salah satu kuil terbesar di
Semarang, Klenteng Sam Poo Kong. Suasana Klenteng Sam Poo Kong sudah ramai.
Setelah mengabadikan kenangan di pintu gerbang dan membeli karcis, kami masuk
ke dalam.
Klenteng
Sam Poo Kong wajib dikunjungi karena penuh dengan jejak sejarah umat Muslim di
Indonesia. Dalam sebuah catatan yang saya baca, pada sekitar Abad 14, seorang
penjelajah samudra bernama Cheng Ho atau Zheng He atau Haji Mahmud Shams tiba
di Kota Semarang.
Cheng
Ho dikenal sebagai seorang pelaut dan penjelajah dari daratan Cina yang
melakukan pelayaran antara tahun 1405 hingga 1433. Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak
dari Haji Ma Ha Zhi dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun
Yang. Cheng Ho menjadi salah seorang kepercayaan Kaisar Cina Yongle yang
berkuasa dari tahun 1403 hingga 1424 dari Dinasti Ming.
Sejarah
mencatat, kapal laut Cheng Ho besarnya tujuh (7) kali lebih besar dari kapal
yang digunakan Culombus, si Penemu Benua Amerika.
Begitu
tiba di dalam kawasan klenteng, mata saya langsung kelilipan warna merah yang mendominasi
bangunan. Ada bangunan klenteng yang sangat besar dan dijadikan panggung dan
beberapa bangunan klenteng yang mengitari lapangan.
Bangunan
utama Klenteng Sam Poo Kong adalah sebuah gua batu yang dahulu digunakan
Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ibadah shalat. Uniknya, Laksamana Cheng Ho
juga menjadikan gua itu sebagai tempat beribadah untuk para awak kapalnya yang
beragama Budha. Tidak heran kalau di sekitarnya juga berdiri sebuah klenteng.
Karena
hari telah siang, kami kemudian menuju Masjid Agung Semarang yang cukup megah
untuk shalat zuhur. Setelah istirahat dan menikmati kesejukan Masjid Agung
Semarang, kami memutuskan makan siang di Kota Lama.
Nostalgia di Kota Lama
Siapa
pun yang suka pada bangunan-bangunan tua pasti tidak akan menyia-nyiakan untuk
menikmati Kota Lama Semarang karena di sini memang salah satu destinasi wisata
yang penuh dengan bangunan tua.
Konon
kota lama Semarang mulai berdiri sejak abad 18, ketika pemerintah dipegang oleh
Hindia Belanda. Dahulu di sini menjadi pusat perekonomian dan budaya masyarakat
Jawa Tengah sekaligus menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda yang berada di
Jawa Tengah.
Dahulu,
beberapa etnis berkumpul menjadi satu di Kota Lama Semarang. Sebut saja misalmnya
di bagian utara yang dipotong oleh Kali Mberok terdapat kawasan kampung melayu
yang beragama islam dengan peninggalan berupa Masjid Layur (Masjid Menara).
Pada
sisi barat terdapat kawasan orang Jawa islam dengan dibangunnya Masjid Kauman
Semarang. Sisi bagian selatan pemukiman
keturunan cina yang berkumpul menjadi satu membentuk kawasan Pecinan Semarang.
Tepat
di tengah-tengah Kota Lama Semarang berdiri bangunan kuno dengan arsitek yang
cukup apik dan dipertahankan hingga saat ini. Masyarakat menamai bangunan
tersebut dengan nama Gereja Blenduk.
Sebelum
menjelajah dan mengabadikan diri di sekitar Kota Lama, kita makan siang dulu di
salah satu sudut kaki lima di belakang Gereja Bleduk. Bukan makan berat, hanya
makan Soto Semarang, tetapi nikmatnya luar biasa.
Kami
menjelajah Kota Lama hingga matahari siap istirahat di peraduannya. Karena dari
awal hanya trip sehari, kami langsung menuju Stasiun Tawang untuk kembali ke
Bandung dengan kereta malam.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Semarang cakep banget ya.
BalasHapusJangan lupa kalo udah sampe sana jajan lumpia biar sah udah sampe Semarang! :D
Ayo jelajah yang lain kalau datang besok ya Kang..
BalasHapuspernah sekali mampir ke Semarang dan rasanya belom puas karena dari list diatas cuma mampir ke Lawang Sewu yang dua lainnya belom. Next kalo ke Semarang lagi mesti main kesini nih
BalasHapusJmn dulu pernah foto2 di kota lama semarang, memang bagunannya pas buat prewed. Pling suka kl semarang selain makannnya adalah masyarakatnya yang hangat.
BalasHapusSemarang semakin menarik untuk dikunjungi. Banyak aja rekomendasi tempat yang bagus di Semarang
BalasHapusOrang Bandung malah sudah duluan ya ke Lawang Sewu, saya yang orang salatiga deket semarang malah belum pernah
BalasHapusWaah ternyata di semarang banyak wisata juga ya kak... jadi mupeng sama kota lamanya..
BalasHapusTerakhir ke Semarang gak sempat ke kuil >.< dan ke Kota Lama kok gak nemu si akar itu. Ya, artinya ada alasan buat balik ke Semarang lagi haha
BalasHapusKOta Lama Semarang ini jadi destinasi favoritku. Setiap ada yang upload foto Lawang Sewu selalu bikin saya pengen beranjak ke Semarang. Oh iya, kenapa ya semua orang kalau ke kawasan tua Semarang fotonya di dekat pohon yang banyak akarnya itu? spot sejuta umat haha
BalasHapusSaya baru menemukan menariknya semarang 2 Tahun terakhir. Semarang berbenah terus, tempat wisata nya Makin bagus dan teratur deh
BalasHapusMas, aku tambahin satu ya,, kalo wisata klenteng bisa ke klenteng Tay Kak Sie di area Pecinan. Ini klenteng dg dewa terlengkap di Semarang lho.
BalasHapusya ampun lawang sewu, udah segede gini ku belonan pernah ke sana..
BalasHapusTiga tempat ini destinasi wajib aku banget kalau ke Semarang memang. Naik kereta api ga jauh dari Kota Lama Semarang, tinggal jalan kaki.
BalasHapusItu pohon besar yang akarnya melilit-lilit cakep banget ya
BalasHapusArtistik gitu deh. Berapa kira-kira usianya bisa sampai jadi kayak gitu?
Duh, belum pernah ke semarang... Penasaran bgt sm lawang sewu & kota lama
BalasHapusHaduuuh... saya pas ke Semarang cuma sempat ke Lawang Sewu dan Pecinan, Kang. Juga ke Simpan Lima.
BalasHapusMau ke Sam Poo Kong sudah sore dan tutup.
Insya Allah kalau ke sana lagi, mau ke klenteng dan kota lama, Kang.
Pas ke Semarang, belum sempat ke Lawang Sewu aku mah kang, semoga next deh.
BalasHapus