Fiksi
[Novel Anak] Matahari Kecil -8
[Novel Anak] episode 8
Matahari Kecil
Oleh Ali Muakhir
(8)
"Assalamu’alaikum," salam Ines begitu tiba di
panti.
Sepi.
"Assalamu’alaikum," sekali lagi Ines
mengucapkan salam. Tetap tidak ada jawaban dari siapa pun. Dia langsung masuk
ke dalam. Suasana cukup sepi. Tidak seperti biasanya. Ada apa?
"Bunda?!" Ines memanggil-manggil Bunda Asma,
"Bunda! Uly! Dudi! Reza!"
Cukup lama Ines mencari Bunda Asma dan teman-temannya,
tetapi tidak ada siapa-siapa. Sampai di kamarnya, dia mendapati Dania sedang
sesenggukan. Buru-buru Ines mendekatinya.
"Dania! Ada apa? Kamu kenapa?" tanya Ines
penasaran.
Dania mengangkat kepalanya, "Bunda Asma ... Bunda
Asma ...." "Bunda kenapa?!" "Bunda dibawa polisi."
"Hah?!!!" Mata bulat Ines terbelalak begitu rupa, "Memangnya
Bunda salah apa?" tanyanya. Dania menggeleng. "Kapan dibawa ke
polisi?" "Satu jam yang lalu."
"Anak-anak yang lain mana?!" Ines hampir
berteriak.
"Mereka mengikuti Bunda. Mereka tidak mau terjadi
apa-apa pada Bunda, makanya mereka mengikuti Bunda."
"Ya Allah," Ines membenarkan letak jilbabnya
yang agak berantakan, "kamu ... kamu ... benar-benar tidak tahu kenapa
Bunda dibawa polisi?"
Dania mengusap matanya, lalu memeluk Ines, "Kata Pak
Polisi karena ulah Asep. Dia ... dia mencuri."
"Ya Allah ...," Ines memejamkan matanya
erat-erat. Untuk yang kesekian kalinya Asep melakukan sesuatu yang membuat
Bunda harus bertanggung jawab, dan sepertinya sekarang ini yang paling berat.
Ini tidak bisa didiamkan.
Ines melepaskan pelukan Dania, lalu berlari keluar kamar.
Dia ingin minta bantuan Ustad Jafar atau Ustad Nasir. Siapa tahu mereka bisa
membantu menyelesaikan masalah ini.
Hanya dalam waktu kurang satu jam, Ines dan Ustad Jafar
sampai ke Polsek Sumedang. Mereka langsung menemui Bunda Asma yang kelihatan
malu sekali akibat perbuatan Asep. Mata Bunda berkaca-kaca melihat Ines datang
bersama Ustad Jafar.
Sore itu juga, Bunda Asma dan Asep diperbolehkan pulang
dengan jaminan dari Ustad Jafar. Anak-anak panti senang sekali. Mereka
berbondong-bondong kembali ke panti.
"Bunda," kata Asep setelah makan malam. Bunda
Asma dan anak-anak panti sebagian besar sedang berkumpul di ruangan yang biasa
digunakan untuk belajar dan nonton teve. Mereka ada yang duduk-duduk di karpet
atau tidur-tiduran sambil nonton teve, main ular tangga muslim, main muamalah
game, main catur, membaca, dan sebagainya.
"Ada apa?" Bunda mengajak Asep duduk di sebelahnya.
"Maafkan Asep, Bunda. Asep janji, tidak akan bandel
lagi," ucapnya dengan sungguh-sungguh.
"Huh! Paling-paling janjinya hanya di mulut
saja!" sindir Santi, teman sekelasnya yang sudah jera dengan kebandelan
Asep.
"Iya!" kata yang lain.
"Santi, manusia kan bisa khilaf, siapa tahu sekarang
janji Asep benar-benar ditepati. Iya, kan, Sep?" Bunda Asma menengahi.
Anak kelas enam SD itu mengangguk malu.
"Iya Sep, jangan diulangi lagi. Lain kali kita tidak
akan membantu lagi, Iho," kata Dania.
"Betul. Lain kali kita akan membiarkan Asep masuk
penjara!" ujar Uly yang lagi-lagi dibenar-kan teman-teman yang lain.
"Sep, kita memang selalu hidup kekurangan, tetapi
bukan berarti kita melakukan kejahatan untuk menutupi kekurangan kita," nasihat
Ines setelah suasana cukup tenang. "Nah, salah satunya, Ines berencana
membuka usaha kecil-kecilan," sambungnya kemudian.
"Usaha?! Usaha apa?" tanya Dania.
Seketika, anak-anak yang sedang asyik melakukan
kegiatannya berhenti, dan mata mereka sepenuhnya tertuju kepada Ines. Menyimak
apa yang akan dikatakan Ines.
Secara gamblang Ines menceritakan semuanya. Mulai dari
uang hadiah ulang tahunnya, pelajaran di kelasnya, dan keinginannya membuka
usaha kue kecil-kecilan. Kelihatannya anak-anak antusias menyimaknya.
"Jadi, kalau bisa kita mengelolanya
bersama-sama," Ines mengakhiri ceritanya.
"Wah, nanti kita bisa jualan di sekolah, dong,"
sambut Uly.
"Iya, terus kita punya tabungan sendiri. Iya kan,
Kak Ines? Iya kan, Bunda?" imbuh Dudi.
Bunda Asma mengangguk. "Dan, kita tidak kekurangan
lagi."
"Kita juga akan jadi orang kayaaa!!!" teriak
Ines, teringat cita-citanya.
"Yesss!!!" Anak-anak langsung berebutan memeluk
Bunda Asma dan Ines, sampai Bunda Asma dan Ines susah bernapas.
bersambung ke-9
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"