Fiksi
[Novel Anak] Matahari Kecil -7
[Novel Anak] episode 7
Matahari Kecil
Oleh Ali Muakhir
(7)
Subhanallah,
alhamdulillah, lahaula wala-quwwata ilia billah. Berkali-kali Ines mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah begitu mem-buka
amplop hadiah dari kedua ustadnya. Isinya uang tunai, tidak banyak, hanya dua
ratus ribu rupiah, tetapi itu bagi Ines sudah sangat banyak.
Setelah anak-anak panti pergi sekolah, Ines menemui Bunda
Asma. Dia menceritakan hadiah dari kedua ustadnya itu. Dia tidak tahu, uang
sebanyak itu akan dia pergunakan untuk apa. "Kalau Bunda tidak keberatan,
uang ini sebaiknya Bunda yang simpan," ujar Ines.
Bunda Asma tersenyum, "Boleh, tetapi se-baiknya Ines
pikirkan baik-baik, uang itu akan diapakan, biar tidak mubazir,"
nasihatnya. "Maksud Bunda?"
Bunda Asma diam sejenak, "Ya, barangkali Ines mau
mempergunakannya untuk modal usa-ha," katanya kemudian.
Mata Ines terbelalak, "Usaha? Usaha apa?!"
Sebelum menjawab, Bunda Asma menggeser duduknya mendekati Ines. "Ines,
dengan uang ini, Bunda pikir Ines bisa buka usaha kecil-kecilan. Misalnya, buat
usaha jual makanan kecil, gorengan, dan sebagainya."
Saat itu juga binar mata Ines makin terang, angannya
langsung mengembara ke mana pun yang dia bisa. Tentang keinginannya membantu
anak-anak panti, tentang keinginannya menjadi orang sukses, dan tentang
keinginannya menjadi orang kaya.
"Gimana? Ines mau memikirkannya?" Ines
tersenyum, "Iya, Bunda! Ines akan memikirkannya!" tegasnya.
"Makasih, Bunda." Ines mencium pipi Bunda Asma sebelum meninggalkannya.
Gadis yang mulai mekar itu, benar-benar membuat Bunda
Asma tersenyum senang. Bunda Asma yakin, suatu saat nanti pasti Ines akan
berhasil. Selain cantik budi, dia juga gadis yang luas hati.
Membayangkan apa yang bisa dilakukannya dengan uang dua
ratus ribu itu, membuat Ines tidak konsentrasi di kelas siang harinya.
Kebetulan Ines ikut sekolah siang. Bukan sekolah formal. Dia bersama beberapa
orang, setelah lulus sekolah dasar, mempelajari pelajaran yang diberikan di
sekolah lanjutan tingkat pertama. Tanpa membayar dan tanpa kenaikan kelas.
"Yang penting belajar," prinsip Ines ketika
pertama kaliikut kelas yang diadakan para ma-hasiswa pendidikan di Bandung itu.
Dan, meskipun satu minggu hanya tiga kali pertemuan; hari
Sabtu, Minggu, dan Rabu, kuali-tas keilmuan Ines sama dengan anak-anak sekolah
lanjutan tingkat pertama pada umumnya. Ines berani membuktikannya.
"Ines, coba selesaikan soal ini!" pinta Teh
Vita, salah satu guru yang dengan sukarela mengajar di kelas tersebut amat
tiba-tiba, membuat kembara Ines terhenti.
Ines menarik napas dalam-dalam, mengembalikan
konsentrasinya yang beberapa saat lalu menguap gara-gara uang dua ratus ribu
itu. Aku pasti bisa! Tekadnya sambil maju ke depan. Tidak lama, Ines berhasil mengerjakan soal
yang diberikan Teh Vita, memang ada kesalahan sedikit, tetapi buru-buru dibetulkannya.
yang diberikan Teh Vita, memang ada kesalahan sedikit, tetapi buru-buru dibetulkannya.
"Lain kali jangan melamun, ya," tegur Teh Vita
sambil tersenyum nyindir.
Kelas hari ini ditutup dengan pelajaran keterampilan. Teh
Yuni dan Aa Yus, dua mahasiswa jurusan perhotelan terkenal di Bandung, mengajar
cara membuat kue. Dari mulai bahan-bahan yang digunakan, alat apa saja yang
bisa digunakan, hingga bagaimana cara mengolah-nya menjadi kue yang enak.
Pucuk dicinta ulam tiba, kira-kira begitulah yang
dirasakan Ines hari ini. Dia berusaha bertanya banyak hal pada kedua guru
keterampilannya itu. Dia tidak mau menyia-nyiakannya. Siapa tahu dengan uang
dua ratus ribu itu dia bisa membuka usaha kue, seperti yang disarankan Bunda
Asma.
"Baik, karena waktu sudah habis, kita tutup kelas
hari ini dengan bacaan hamdalah," ucap Aa Yus mengakhiri kelas hari ini.
"Mudah-mu-dahan kita bisa bertemu lagi."
Ines mengemasi alat belajarnya yang tidak seberapa
banyak, lantas meninggalkan kelas dengan hati yang sangat lapang. Dia ingin
sekali secepatnya tiba di panti dan menceritakan pelajaran hari ini pada Bunda
Asma. Dia berlari sekencang mungkin, sampai jilbabnya yang sudah rapi
berkibar-kibar diterpa angin sore.
***
bersambung ke-8
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"