[10daysforASEAN] Truly Asia Vs Imagine Indonesia

Nyi Iteung dan Kang Kabayan

Truly Asia Vs Imagine Indonesia

Brand sebuah produk sangat menentukan tingkat kepercayaan publik.
Akan tetapi, action sebelum sebuah brand dilaunching itu lebih menentukan. Apalagi pada era blogger seperti sekarang ini,
semuanya mudah terpublish.

Kang Kabayan heran melihat Nyi Iteung tiba-tiba pakai cadar. Padahal kan mau jalan-jalan. Mau berwisata, mau senang-senang. Nanti kalau dikira teroris bagaimana?
“Biar gampang saja Kang, nggak perlu pakai lepas kalau ada sampah di jalan,” kata Nyi Iteung menjelaskan. “Akang tahu sendiri kan, negeri kita yang cantik ini seperti apa? Di mana-mana ada sampah. Herannya, kok, ya, nggak sadar-sadar masyarakatnya, ya,” lanjutnya panjang lebar.
Kang Kabayan bukan tidak tahu, jangan kan sampah, jumlah toilet yang tersedia di tempat-tempat publik saja Kang Kabayan tahu. Mana toilet yang layak pakai dan mana yang bentuknya tidak keruan. Begitu juga angkutan publik, yang hingga sekarang sangat kurang.
Visual dari Blog Ini

Padahal transportasi, sampah, dan toilet ini konon yang kemudian menjadikan para wisatawan tertarik mengunjungi sebuah tempat wisata. Kita sering mendengar wisatawan Jepang yang selalu bilang, “Jika toilet tidak bersih, tidak akan berkunjung ke sana karena hal ini penting untuk semua orang Jepang.”
Bahkan, demi mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan, Beijing telah menghabiskan sekitar 54 Juta dolar untuk perbaikan toilet-toilet di tempat umum.
Cina tak mau ketinggalan, dengan cerdik mereka menciptakan apa yang disebut "World Toilet Summit," untuk menarik para wisatawan dengan memokuskan diri pada kenyamanan bertoilet dalam berwisata.
“Jangankan orang Jepang, Nyi Iteung oge nggak akan mau atuh akang jalan-jalan di tempat yang bau sampah, transportasi bikin pegel, dan toilet yang kotor. Menjijikan,” kata Nyi Iteung sambil melepas cadarnya.
Negara tetangga kita, Malaysia, mati-matian membenahi transportasi sehingga sangat nyaman, membenahi tata kota dan kebersihan serta pembenahan infrastruktur lainnya sebelum dengan bangga menyebut dirinya dengan “Truly Asia”. Hal ini membuat Indonesia makin terpuruk.
Indonesia ini memang eksotik, menyebalkan sekaligus membuat kangen. Banyak sekali obyek wisata yang menarik dari timur hingga barat, dari wisata bahari, heritage, hingga kuliner.
visual dari blog ini

Lihat eloknya Raja Ampat, Komodo yang hanya ada di Pulau Komodo, Pantai Pink di Lombok, Pasar Apung di Banjarmasin, Kota Tua di hampir seluruh kota besar di Indonesia, Tari Topeng di Cirebon, Desa Apung di Bontang Muara, Benteng Marlboro di Bengkulu, Istana Maimon di Medan, dan wilayah ujung barat yang sama-sama eksotik serta menakjubkan. Semua wisata itu hanya ada di daerah tropis bernama Indonesia.
Tiba-tiba Kang Kabayan ingat brand pariwisata Indonesia yang hingga sekarang tidak juga muncul di kancah pariwisata dunia. Berbeda sekali dengan “Malaysia Truly Asia” atau “Incredible India” yang melesat bagai anak panah terlepas dari busurnya.
“Jadi yang cocok apa Kang, brand untuk negara tercinta ini?” tanya Nyi Iteung begitu mereka siap pergi plesiran.
Kang Kabayan diam dan berkata dalam hati, “Bayangkan Indonesia. Bayangkan keindahannya Indonesia, salah satu negara beriklim tropis yang mempunyai banyak kekhasan.”
Imagine Indonesia: Taste The Original Tropical Culture,” ucap Kang Kabayan membuat Nyi Iteung bengong. Tumben Kang Kabayan Bahasa Inggrisnya benar.
Kang Kabayan menjelaskan, kenapa Imagine Indonesia: Taste The Original Tropical CultureTidak dipungkiri lagi, jika kita mengajak semua orang untuk membayangkan negara tropis, maka harusnya yang terbayang adalah Indonesia dengan keanegaraman hayati, kultur, budaya, dan orang-orangnya.
Belum lagi iklim, daerah, lembah, pegunungan, danau, hutan, dan potensi alam lainnya yang membuat semua bangsa dijagat raya iri, hingga dahulu pernah dijajah lebih dari 350 tahun. Ini membuktikan, hanya di Indonesia kita bisa merasakan bagaimana rasanya daerah tropis. Bagaimana daerah tropis yang sesungguhnya.
“Bener juga ya, Kang,” kata Iteung setelah mobil yang membawanya melaju meninggalkan rumah untuk berwisata bersama Kang Kabayan.
Nyi Iteung melihat jalanan dari jendela sambil membayangkan, seandainya dia jadi model iklannya. Dia akan bergaya dengan latar keelokan Raja Ampat atau Pantai Iboih di Sabang atau bergaya sambil menyelam di antara terumbu karang Bunaken atau bergaya di depan penari-penari saman yang sangat terkenal itu.
Banyak sekali harapan bagi Nyi Iteung dalam menyambut ASEAN Economic Community, dengan banyak catatan tentunya. Salah satunya Branding yang berenergi. Maksudnya Brand untuk Indonesia yang memiliki differentiation karena jika tidak ada pembeda, maka konsumen akan menganggap Indonesia seperti cabe di pasar, semua kelihatan sama dan tidak ada bedanya.
Brand yang memiliki relevancy, artinya harus sesuai dengan kondisi Indonesia serta target pasar yang diinginkan sektor pariwisata. Kemudian Brand yang esteem, maksudnya memberikan nilai emotional terhadap konsumen dengan brand tersebut. Ingat, pepatah yang berbunyi “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, bukan?
“Nyi!” panggil Kang Kabayan.
Nyi Iteung diam saja.
“Nyi, kita sudah sampai.”
Nyi Iteung tetap diam sambil tersenyum-senyum sendiri membayangkan Indonesia;  Imagine Indonesia: Taste The Original Tropical Culture. ***




Mau Jago Nulis dan Jadi Pemenang di Dunia Tulis Menulis? Ikut Kelas Nulis "WinnerClass" aja.
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel