Info
Review
Impian Yang Berkelanjutan
Impian Yang
Berkelanjutan
Oleh Ali Muakhir
Dream, Mimpi, Impian Harus diwujudkan |
Mimpi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Mimpi juga
diartikan sebagai angan-angan. Impian harus diwujudkan supaya kita tidak
disebut sebagai pemimpi, orang yang suka bermimpi meskipun tidak tidur atau
orang yang suka berhayal.
Sekadar intermezo, pada tahun 2007 lalu saya bermimpi untuk
menjadi seorang Writerpreuner khusus
bacaan untuk anak-anak. Pada tahun itu pula saya memutuskan keluar dari
pekerjaan dan focus menulis bacaan anak-anak.
Mengubah kebiasaan ternyata tidak semudah membalikan telapak
tangan. Saya yang biasanya bangun pagi langsung siap-siap ke kantor, kali ini nyantai. Tidak perlu lagi buru-buru
mandi, memakai baju kantor, menyiapkan berkas-berkas untuk meeting atau bertemu kline.
Akibatnya, selama hampir sebulan produktivitas saya menurun. Saya belum menemukan pola bekerja sebagai freelancer.
Saya seperti orang yang sedang
melakukan detoksifikasi untuk mengubah kebiasaan. Saya membaca banyak buku dan
artikel. Hingga, ada artikel tentang mengubah kebiasaan dalam waktu 21 hari.
Artikel tersebut diambil
dari buku seorang ahli bedah plastik, Dr. Maxwell Maltz. Pada tahun 1960
Mazwell meneliti pasien-pasien yang diamputasi. Ternyata, mereka memerlukan
waktu rata-rata 21 hari untuk beradaptasi terhadap kehilangan anggota tubuh
mereka.
Berdasarkan pengamatan
tersebut, Maxwell mengambil kesimpulan pendek bahwa manusia memerlukan waktu
sekitar tiga minggu untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan-perubahan di
dalam hidup.
Beberapa tahun kemudian,
kesimpulan tersebut dimatangkan lagi oleh Phillippa Lally dari University
College London. Hasil riset Phillippa dipublikasikan dalam European Journal of Social Psychology. Hasilnya, manusia dalam
menciptakan habit baru itu bervariasi, tergantung tingkat kesulitan perilaku
yang diinginkan. Manusia memerlukan waktu antara 21-66 hari (sekitar 2 bulan).
Waktu tersebut kemudian ditetapkan menjadi batas yang universal.
Saya kemudian memantapkan diri dan bertekad kuat untuk
mengubah kebiasaan sebagaimana layaknya seorang writerpreuner sesungguhnya dengan menggunakan hasil riset
Phillippa. Saya bertekad selama 21 hari mengubah kebiasaan saya dari orang
kantoran menjadi penulis bacaan untuk anak-anak.
Saya membuat jadwal nulis dengan waktu lebih banyak daripada
aktivitas lainnya. Saya memilih waktu tidur lebih awal agar bisa bangun pada
tengah malam untuk menulis. Siang hari saya gunakan untuk mencari ide dan
bertemu dengan kline.
Awal-awal pasti sangat susah karena mengubah metabolisme
tubuh. Satu dua hari mata masih terkantuk-kantuk. Bahkan tidak menghasilkan
tulisan yang cemerlang. Menginjak hari-hari berikutnya pikiran mulai focus. Seminggu
kemudian mulai bisa beradaptasi. Menjelang minggu kedua, tubuh seolah sudah
diatur. Usai makan malam pasti terkantuk-kantuk dan tengah malam pasti
terbangun. Waktu 21 Hari mengubah mimpi menjadi kenyataan pun terlampaui dengan baik.
Tekad dan kerja keras pelan-pelan membuahkan hasil. Keinginan
yang kuat serta impian yang tervisualisasikan mulai terwujud. Konsep-konsep
buku yang saya tawarkan kepada penerbit diterima dan akan diterbitkan.
Tahun 2008, salah satu buku
saya yang berjudul Si Towet mendapat Adikarya Ikapi 2008 sebagai salah satu
buku anak terbaik di Indonesia. Tahun 2009, tanpa menghitung, ternyata buku
yang saya tulis mencapai 300 judul. Saya diakui dan masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Penulis Paling Produktif
dengan 300 Judul buku.
Buku-buku saya pun
diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, dan Bahasa Belanda serta
terbit di Malaysia, Singapura, dan Belanda.
Tanpa terasa, setelah hampir
7 tahun berjuang mewujudkan mimpi, saya tularkan gairah menulis bacaan
anak-anak melalui kelas nulis WinnerClass.
Setiap bulan WinnerClass membuka kelas bekerjasama dengan beberapa penerbit.
Juga melalui Forum Penulis Bacaan Anak yang hingga sekarang diikuti hampir
20.000 member.
Melanjutkan Mimpi
Sekarang, setelah malang melintang dalam dunia kepenulisan
bacaan anak-anak, ada satu mimpi saya yang belum terwujud, yaitu menjadi sastrawan untuk bacaan anak-anak dan
terjun di dunia sinema sebagai penulis
skenario film untuk anak.
Kenapa ingin menjadi sastrawan untuk bacaan anak-anak? Karena
sastrawan di Indonesia yang menulis bacaan anak-anak bisa dihitung dengan jari.
Sebut saja misalnya Aman Datuk Madjoindo yang menulis novel Si Doel Anak Betawi yang terbit pada
tahun 1932.
Novel yang diterbitkan Penerbit Balai Pustaka tersebut
berkisah tentang seorang anak Betawi yang biasa dipanggil Doel (dengan
menggunakan ejaan lama) di tengah-tengah kota Jakarta.
Dalam novel tersebut Aman menggunakan bahasa dan dialek
Betawi. Aman ingin memperkenalkan bahasa Betawi kepada pembaca di luar Jakarta
yang belum tentu mengenal bahasa Betawi.
Novel tersebut kemudian dibuat sinematografinya dalam bentuk
film dan sinetron. Sambutan sinematografinya tidak kalah dengan bukunya,
sama-sama disukai pemirsa dan sama-sama best
seller. Buku tersebut kemudian menjadi salah satu buku sastra yang wajib
dibaca anak-anak sekolah.
Kemudian ada sastrawan Merari Siregar yang menulis novel Si Jamin dan Si Johan. Novel yang
menceritakan tentang kekejaman ibu tiri tersebut hingga sekarang terus dicetak
ulang oleh Penerbit Balai Pustaka. Meski pun tidak seheboh Si Doel Anak Betawi, novel Si
Jamin dan Si Johan masuk dalam jajaran karya sastra yang diakui. Si Jamin
dan Si Johan juga dimuat sinematografinya.
Selain kedua sastrawan tersebut, tidak ada lagi generasi
selanjutnya. Ada beberapa nama yang muncul, tetapi seiring dengan banyaknya
aktivitas, tidak dikenal lagi sebagai sastrawan. Padahal karya sastra untuk
anak-anak sangat penting untuk perkembangan anak-anak. Baik perkembangan
kognitif, psikomotorik, dan kinestetik. Mengembangkan keinginan, impian, dan
imaginasi anak-anak.
Dunia sinematografi terutama penulis skenario film anak-anak
juga sangat jarang, bisa dihitung dengan jari. Mungkin impian-impian tersebut
sangat sulit diraih, tetapi saya yakin jika berusaha pasti akan teraih.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, ada beberapa tahap yang
saya lakukan dalam mengejar mimpi.
Pertama saya menuliskan impian saya dalam selembar
kertas. Ini sudah saya lakukan sejak dari dahulu, jika menginginkan sesuatu,
selalu ditulis dalam selembar kertas. Tulisan keinginan, harapan, atau impian
harus sangat jelas sehingga mudah divisualisasikan. Baik dalam angan-angan atau
dalam benak. Paling tidak, impian yang awalnya hanya berupa angan-angan
(abstrak) telah terwujud nyata dalam bentuk tulisan.
Jhon D. Rockeffeler |
Ingat kata-kata John D. Rockefeller, pria pertama penyandang
gelar miliarder dunia. Rockefeller awalnya hanya seorang penjual permen. Berkat
impian yang dituliskan, dia menyulap dirinya menjadi pemegang industri
perminyakan raksasa di dunia pada pertengahan tahun 1880-an.
John D. Rockefeller pernah bilang, “Banyak orang yang
mempunyai impian. 97% menyimpannya dalam angan-angan. 3% menuliskannya secara
rinci. Itulah mengapa jumlah orang sukses di dunia ini hanya 3%.”
Jika Rockefeller saja menuliskan impian-impiannya, kenapa kita
tidak melakukannya? Jangan biarkan kita masuk dalam bagian prosentase 97%,
melainkan masuk dalam bagian prosentase 3%. Dengan cara menuliskan impian ini,
akan menjadi goal setting dari impian
kita.
Kedua membaca biografi para sastrawan dan penulis
skenario handal, baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri untuk mengenal
lebih jauh kehidupan mereka sekaligus mempelajari cara mereka dalam menemukan
ide tulisan, menuliskan ide, dan sebagainya. Saya juga membaca banyak karya
sastra yang direkomendasikan dan melihat film anak-anak serta membaca
skenarionya.
Cara ini dilakukan supaya saya bisa membayangkan atau
memvisualisasikan bagaimana mereka bekerja menghasilkan karya sehingga saya
bisa mengambil langkah awal dalam mewujudkan impian.
Biografi mereka sekaligus menjadi motivator yang akan
membakar semangat dan keinginan kita untuk terus mengejar impian hingga
tercapai. Biografi mereka juga menjadi penyemangat pada saat motivasi melemah
karena berbagai faktor, baik faktor internal ataupun faktor eksternal.
Tidak dipungkiri, sebagai manusia biasa pastilah ada
saat-saat tertentu tidak memiliki energi atau kehabisan energi saat mengejar
impian. Biografi merekalah menjadi salah satu bahan bakarnya, begitu pun
buku-buku dan film yang telah mereka hasilkan.
Ketiga memiliki komitmen yang ajeg. Komitmen
menjadi salah satu hal yang penting karena bisa jadi dalam mewujudkan impian
yang telah kita tulis memerlukan waktu yang panjang dan lama. Ingat, kita ini
bisa menjadi apapun sesuai dengan keinginan kita. Akan tetapi, untuk benar-benar
menjadi seperti yang kita inginkan tidak bisa instan. Tetap perlu waktu,
kesabaran, dan komitmen.
Dalam hal mengejar impian saya ini, maka saya harus
berkomitmen untuk terus mencari ide, menulis, menulis, dan menulis untuk
benar-benar menghasilkan karya yang luar biasa hingga diakui khalayak.
Keempat punya mental yang kuat. Di mana-mana yang
namanya berusaha pasti ada godaan dan ujiannya. Apalagi untuk naik kelas atau
level yang lebih tinggi, pasti godaan dan ujiannya lebih berat dan lebih
dahsyat dari yang kita perkirakan. Di sinilah diperlukan mental baja.
Jangan sampai hanya gara-gara tulisan kita dianggap belum
layak oleh teman yang kebetulan baca karya kita, lantas kita mutung, pundung, hingga mundur teratur. Dijamin, impian kita tak akan
pernah tercapai jika mental kita lemah.
Kelima jaga kesehatan. Kelihatannya sepele, tetapi
ini justru yang sesungguhnya kita butuhkan dalam mengejar impian. Ibarat lomba
lari, mengejar impian tak jauh berbeda, membutuhkan energi yang tinggi. Oleh
karena itu menjaga kesehatan adalah hal yang sangat mutlak. Baik kesehatan
jasmani ataupun kesehatan rohani.
Usahakan hidup yang seimbang. Makan-makanan yang bergizi,
bekerja sesuai dengan porsinya, istirahat yang cukup, serta olahraga yang
memadai.
Jadi ingat, dunia tulis menulis dan dunia film itu dunianya
para seniman yang terkadang tidak menjaga kesehatan. Tidak mengontrol pola
makan, tidak mengontrol waktu, kapan harus istrirahat, kapan bekerja, kapan
berolah raga. Bahkan, dunianya rentan dengan asap rokok dan alkohol.
Jika belum apa-apa kita sudah tidak sehat, bagaimana akan
mengejar impian? Jangan sekali pun berharap impian yang sedang kita kejar akan
tercapai dengan sukses. Jangan harap apa yang telah diimpikan sejak lama akan
teraih.
Terus Mengejar Impian Tanpa Lelah |
Keenam tak lain dan tak bukan adalah berdoa dan
tawakal. Sudah menjadi sunah Rasul, jika kita berusaha maka suportlah dengan
doa yang diikuti dengan tawakal. Doa sebagai pendorong, tawakal sebagai bentuk
kepasrahan akan kuasa-Nya.
Dengan doa dan tawakal, apapun yang terjadi di kemudian hari
pada impian-impian kita, tidak akan berakibat pada kegembiraan atau sebaliknya,
kesedihan yang berlebihan sehingga kita melupakan kodrat kita sebagai manusia
biasa.
Ibarat sebuah rumah, mimpi juga harus dibangun dengan baik.
Harus menggunakan pondasi yang kokoh, bahan bangunan terbaik, cara membangunnya
sesuai dengan prosedur, dan finishingnya pun harus rapi.
Semoga mimpi-mimpi saya, mimpi-mimpi kamu, mimpi-mimpi kalian
akan tercapai di kemudian hari. Selamat bermimpi dan mengejar impian dengan
senang dan bahagia! ***
Previous article
Next article
Mimpi yang sangat langka, semoga segera tercapai apa yang telah diimpikan selama ini, wuiiish jadi minder sama sang pemecah rekor yang satu ini :))
BalasHapusHehehe, bisa aja neh Mbak Aida. Makasih banyak ya ... mohon doanya.
Hapussetiap artikel akang sy simak utk dibaca... alhamdulillah jd bnyk info yg sy dapatkan. nuhun kang Alee
BalasHapusAlhamdulillah kalau bermanfaat.
BalasHapusAlhamdulillah, artikelnya mencerahkan. Terima kasih, kang! :D
BalasHapus