Wisata
Serunya Festival Gunungan di Kota Parahyangan
KALAU
mendengar festival budaya, pasti yang terbayang masa lampau yang tidak modern,
bikin kening berkerut, dan berat. Akan tetapi, tidak dengan Gunungan International Mask and Puppets
Festival atau lebih dikenal Festival Gunungan yang baru-baru ini diadakan
di Bandung. Tepatnya di Balepare Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten
Bandung sejak tanggal 22-24 Mei 2015.
Festival yang
telah diadakan untuk keempat kalinya ini, selain mengadakan pameran juga pertunjukan
kesenian wayang dan topeng dari berbagai daerah di Indonesia serta pelaku seni
seperti Aat Soeratin, budayawan yang aktif di berbagai bidang seni sejak tahun
70-an.
Aat yang
biasa dipanggil Abah Aat adalah pituin
Sunda yang hingga kini aktif mengisi panggung kesenian di tahan air. Pendiri
Depot Kreasi Seni Bandung yang melahirkan nama-nama besar seperti almarhum
Harry Roesli dan Didi Petet. Sekarang bergiat di Rumah Nusantara.
Jose Rizal
Manua dengan Teater Tanah Air-nya yang telah keliling dunia dan mendapat banyak
penghargaan International. Musisi Dwiki Dharmawan, pendongeng PM Toh dari Aceh,
Wanggi Hoed seniman pantomim dari World Mime Organisation, penari muda yang
mampu mewakili perkembangan tari kontemporer,
penari topeng I Made Sidia dari Bali, penari topeng Nani Sawitri, Gita
Kinanthiwayang kulit, wayang golek, wayang kancil, wayang potehi, wayang pring,
wayang sampah, wayang hihid, wayang jurnalis, dan sebagainya.
Ada dua ruang
pameran, ruang kreasi, dan tiga panggung yang digunakan untuk meramaikan
festival. Panggung Bale, Panggung Pare, dan Panggung Eksebisi (Exhibition
Hall). Tiap panggung diisi secara bergantian, sehingga tiap berganti sesi
pertunjukan pengunjung harus berpindah panggung. Bikin heboh dan tidak
membosankan.
Ramah Keluarga
Saya datang
ke sana pada hari terakhir. Suasana festival terasa sekali sangat ramah
keluarga. Pagi-pagi di pintu masuk disuguhi pertunjukan teater dari Majelis
Sastra Bandung. Setelah itu Ria Enes di panggung eksebisi bersama boneka
Suzan-nya menyapa para pengunjung.
Ria Enes
seorang penyiar radio, pembawa acara, dan pendidik yang popoler sebagai
penyanyi bersama boneka Suzannya pada era 90-an. Album-albumnya seperti Si Kodok, Kodok dan Semut, Suzan Punya
Cita-cita, dan album-album lainnya meledak di pasaran hingga mendapat
beberapa penghargaan.
Dengan gaya
kenesnya, Kak Ria menyapa para pengunjung yang sudah duduk lesehan di depan
panggung. Kursi yang disediakan panitia di panggung bahkan dibiarkan begitu
saja oleh Kak Ria. Semata-mata karena Kak Ria ingin bisa lebih dekat dengan
pengunjung.
Ria Enes dan Boneka Suzan Menghangatkan Suasana |
“Siapa yang masih
ingat sama Boneka Suzan?” tanya Kak Ria mencoba mengenalkan boneka yang ke
mana-mana selalu bersamanya.
Tidak ada
yang mengangkat tangan kecuali para orang tua yang seangkatan dengan masa
keemasan Boneka Suzan. Namun Kak Ria tidak menyerah. Dia mengambil Suzan dari
asistennya lalu mengajak ngobrol Suzan.
Suasana yang
tadinya agak dingin mendadak bertabur tawa. Anak-anak terpikat dengan celotehan
khas Suzan yang polos, lugu, dan kadang-kadang nggemesin.
Suasana makin
hangat saat Kak Ria dan Suzan mendongeng cerita rakyat Aji Saka yang memiliki
kekuatan pada surbannya. Dongeng ditutup dengan lagu Suzan Punya Cita-Cita yang
diikuti dengan mudah oleh anak-akan.
Acara dilanjutkan di Panggung Bale. Ada
pertunjukan Wayang Kancil yang diisi anak-anak usia Sekolah Dasar dari
Padepokan Sarotama. Dalang, sinden, dan penambuh gendingnya anak-anak, kecuali
penabuh gendang.
Dalang Cilik yang Asyik dengan Wayang Kancilnya |
Padepokan
Sarotama bermarkas di Gunung Sari, desa kecil di tepian Sungai Bengawan Solo.
Kurang lebih 2 km di sebelah timur Kota Solo. Berkiprah di bidang seni
karawitan dan pedalangan anak sejak tahun 1983. Padepokan terbuka bagi siapa
pun yang ingin belajar di sana.
Acara
dilanjutkan di Panggung Pare. I Made Sidia menari beberapa tarian bali dengan
sangat menarik dan menggelitik karena dibumbui dengan beberapa teatrikal. Nani
Sawitri dengan tarian Topeng Losarinya yang benar-benar memukau.
Terakhir,
seorang penari berkebangsaan Belanda membawakan Tari Petani yang juga tak kalah membuat gelitik dan memukau
pengunjung. Anouk Wilke sendiri lahir dan besar di Belanda. Sejak usia 12 tahun
mendalami tari, terutama balet. Sekolah di akademi tari Lucia Marthas dan tahun
2009 mendapat beasiswa di Institute Seni Indonesia di Yogyakarta. Dengan
keahliannya, Anouk menciptakan koreografi untuk nusantara berjudul Tumbuh, Bejowo, Debu, dan sebagainya.
Setelah
istirahat pengunjung mengerumuni Panggung Bale. Tarian Topeng Ireng menghentak
suasana yang mulai redup. Topeng Ireng ditarikan oleh Komunitas Lima Gunung
dari Magelang. Tarian yang mirip tarian indian tersebut mampu membuat
pengunjung berdecak dan ikut bersorak-sorai menginguti gerakan para penari yang
energik.
Thomas Herford Bercanda dengan Pengunjung |
Acara sore
itu ditutup oleh Thomas Herford. Pendiri teater boneka keliling dengan nama
Kabare Pupala. Artis panggung asal German ini sempat mengikuti berbagai
festival boneka international, teater, dan festival anak-anak di German,
Meksiko, Spanyol, Hungaria, Turki, dan Taiwan.
Apa yang
membuat Kabare Pupala dengan Thomas Herford menarik semua pengunjung? Keahlian
dalam berteater dengan boneka. Tahu panggung-panggung boneka yang memainkan
boneka dengan tali? Bedanya, jika panggung boneka biasanya dalam sebuah kotak,
Thomas memainkannya langsung di panggung terbuka sehingga bisa berkomunikasi
langsung dengan pengunjung.
Jangan kan
anak-anak, orangtua yang melihatnya pun tak henti-hentinya tertawa
terbahak-bahak dengan tingkah laku boneka yang dimainkan Thomas. Tak perlu
kisah yang berbelit, pengunjung merasa terhibur sekaligus mendapat pengetahuan
secara tidak langsung. Sudah pernah melihat Thomas beraksi? Kalau belum sayang
sekali. []
@KreatorBuku
Previous article
Next article
seruuuu
BalasHapusYoi sis ... jadi inget masa kecil ketemu Suzan
Hapusseruuuu
BalasHapusLiputan yg keren abiz om. Thanks bgt
BalasHapusSama-sama Mamah Fatih
HapusOm Ali, bikin tentang festival-festival keren yang ada di Indonesia dong. Biar kita kagak kalah sama Jepang, Korea dll yang festivalnya dipublikasikan gimana.... gitu
BalasHapusSiap keliling dari Festival satu ke festival lain Mas Koko
Hapus