Review
Wisata
Antara Datsun, Pantai, Kebun Kelapa Sawit, Kerupuk, dan Babon
PERJALANAN
hari kedua bersama Datsun Go+ Panca Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi
semakin seru. Perjalanan saya masih bareng tim Blogger Bandung Bang Aswi, dan Kang Ade Truna. Kang Ade Truna
tetap menjadi driver, saya sebagai navigator, dan Bang Aswi pegang kamera.
Setelah sarapan dan pengarahan sejenak, tim Raisers
meninggalkan penginapan dan start secara resmi menuju Mamuju dimulai dari
dealer Nisan di Kota Palu. Rasanya belum puas menjelajah Kota Palu, tetapi
karena harus mengejar waktu semua harus rela.
Sebelum benar-benar meninggalkan Kota Palu, sejenak
melakukan shooting di tepian pantai yang menjadi tempat nongkrongnya
anak muda Kota Palu dan sekitarnya, apalagi kalau bukan Pantai Donggala.
Pantai
Donggala menjadi tempat favourite karena memang pemandangannya indah, belum
lagi air lautnya yang sangat jernih. Dari atas beton yang berada di tepian
pantai, ikan-ikan terlihat bebas berenang.
Ada
tempat-tempat duduk dan warung-warung disediakan untuk pengunjung, ada taman
batu dan taman kayu yang mengelilingi danau kecil yang eksotik. Seandainya ada
banyak waktu, ingin rasanya lebih lama lagi di sana, sayang tim raisers harus
melanjutkan perjalanan.
Pesona Datsun
Go+ Panca Go+ Panca dan Jalan Trans Sulawesi
Perjalanan bersama
Datsun
Go+ Panca Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi kali ini mengambil rute Palu - Donggala – Pasangkayu – Mamuju Sulawesi Barat.
Apa yang terbayang ketika melintasi jalur trans Sulawesi? Perjalanan datar
seperti daerah perkotaan di Pulau Jawa? Atau perbukitan dan pegunungan seperti
di Sumatera dan Kalimantan?
Melewati jalan
Trans Sulawesi itu seperti melihat body Datsun Go+ Panca Go+ Panca, irit dan
indah, hehe. Sepanjang jalan, Risers (sebutan untuk konsumen Dustsun dan para
penjelajah ekspedisi Datsun Go+ Panca Go+ Panca) mendapatkan keduanya, yaitu
pantai dan perbukitan. Hampir sepanjang jalan dari Kota Palu hingga Kota Mamuju
Sulawesi Barat, tak henti-henti dimanjakan oleh pantai dan perbukitan.
Jalan yang
berkelok dan sesekali bergelombang membuat para risers yang mulai merasakan mudahnya
mengemudi Datsun Go+ Panca Go+ Panca seolah sedang berlayar di atas lautan yang
terkadang bergelombang. Kenapa mengemudi Datsun Go+ Panca Go+ Panca terasa
mudah? Karena Datsun Go+ Panca Go+ Panca memiliki Speed Sensitive Electric
Power Steering, yang memungkinkan mobil tetap mudah dikendalikan saat
bermanuver di berbagai kondisi jalan dan kecepatan.
Manuver ini
pula yang kemudian raisers meminta RC alias Road Capten untuk berhenti di salah
satu desa transmigran yang berasal dari Bali. Padahal ini bukan salah satu
daerah tujuan, tetapi karena menarik para risers, akhirnya RC mengabulkan.
“Nanti kita
berhenti di pure yang kita lihat bagus, ya …,” suara Om Ical, PO alias Project
Offiecial ekspedisi kali ini.
Kampung Bali di Sulawesi Barang (Foto: Alee) |
Meski sudah
diizinkan, risers tetap melaju dengan kecepatan antara 60-80 KM/ jam dan tetap mengikuti panduan RC untuk terus
melaju deras karena perjalanan masih panjang. Tanpa terasa, kampung Bali pun
mulai terlewat.
“Rupanya,
kampungnya sudah habis,” suara Om Ical lagi melalui pesawat icom (2 meteran)
yang tersambung pada seluruh kendaraan.
Kontan para
risers kecewa.
Akan tetapi,
tiba-tiba Om Ical teriak, “Itu ada pure. Semua boleh berhenti, tetapi cukup 10
menit untuk mengeksplore, ya …”
Mendadak para
raisers berhenti mengikuti mobil RC yang melaju di depan. Satu persatu
melambatkan laju kendaraannya dan mengeksplorasi salah satu sudut kampung Bali
di Sulawesi Barat.
Sekali lagi, para risers merasakan kelebihan Datsun
Go+ Panca Go+ Panca, yang tahan hentakan sangat melaju kencang atau mengerem.
Dustun menggunakan teknologi akselerator elektonik sehingga mampu meredam
dampak hentakan saat mobil melaju di jalanan.
Perkebunan
Kelapa Sawit
Tiga jam
kemudian, setelah puas menikmati pantai dan perbukitan di sepanjang jalan, para
raiser memasuki salah satu perkebunan kelapa sawit di Pasangkayu Sulawesi
Barat. Perkebunan milik salah satu perusahaan korporasi terbesar di Indonesia.
Saya sempat
tidak percaya berada di tengah-tengah perkebunan kepala sawit yang luasnya
auzubillah. Luas banget. Sepanjang mata memandang yang ada hanya lahan kelapa
sawit. Sesekali melihat para petani yang sedang memanen.
Karena penasaran,
raisers dipersilahkan untuk mengeksplorasi keingintahuannya tentang kebun
kelapa sawit. Bangaimana proses menanamnya, bagaimana cara merawatnya, cara
memanennya, hingga cara mengolahnya.
Raisers Mengunjungi Perkebunan Kelapa Sawit (Foto: Alee) |
Sayang sekali,
risers tidak bisa melihat pabrik pengolahan kelapa sawit karena pabrik tidak
siap menerima tamu yang demikian banyak. Padahal ketika masuk pabrik pengolahan
harus aman. Perlu baju khusus untuk masuk ke sana.
Akan tetapi,
tidak apa-apa, raiser masih sempet melihat bagaimana truk-truk besar yang
membawa kelapa sawit masuk timbangan. Bagaimana truk-truk besar memasukan
kelapa sawit dalam tempat pengolahan awal, memisahkan antara sabut dengan kulit
yang begitu tipis.
Krupuk dan
Babon
Usai makan
siang, raiser melanjutkan perjalanan yang masih sangat panjang menuju Mamuju. Jalan
Trans Sulawesi dari Pasangkayu – Mamuju ditempuh kurang lebih hampir 9 jam oleh
Raiser dengan penuh tantangan.
Tantangan untuk
menahan buang air kecil karena hanya ada beberapa pom bensin. Tantangan untuk
selalu mengikuti iring-iringan rombongan yang sering kali ditantang untuk membawa
Datsun Go+ Panca Go+ Panca dengan kecepatan antara 80-120 KM/ Jam. Tantangan
karena raiser satu pun tidak mengetahui medan.
Akan tetapi, karena
Datsun Go+ Panca Go+ Panca Go+ Panca mengusung mesin kecil 1.200 cc dengan 3
silinder sesuai kualifikasi LCGC, Datsun Go+ Panca Go+ Panca siap diajak melaju
dengan kecepatan tenaga maksimal hingga 67 tenaga kuda. Coba, kurang apa lagi?
Ada yang
lebih membuat nyaman lagi selain mesin yang digunakan Datsun Go+ Panca Go+
Panca, yaitu kerupuk dan babon. Sepanjang jalan, tak henti-henti RC
menginformasikan dengan intonasi suara yang sesekali nakal, “Ada kerupuk
cabe-cabean lewat.”
Lalu di
belakang menyambut, “Kerupuk pedas lewat.”
“Hati-hati, ada
babon kuning lewat!”
“Kerupuk dan
babon beriringan!”
“Babon dan
kerupuk berkejaran!”
Apa yang
dimaksud kerupuk dan babon oleh RC? Bagaimana kerupuk bisa lewat? Bagaimana
babon kuning? Bagaimana kerupuk dan babon bisa beriringan? Ternyata, yang
dimaksud kerupuk adalah sepeda motor dan yang dimaksud babon adalah truk besar.
Itu memang sebutan khas daerah sepanjang jalan Trans Sulawesi. Mau bagaimana
lagi? Masa kita harus protes? Namanya juga Datsun Go+ Panca Go+ Panca Risers Expedition,
expedisi yang menyenangkan sekaligus menginspirasi.
Previous article
Next article
hahhaaaaa....wkwkkwk..
BalasHapusdapet kosakata baru eung..
kerupuk = sepeda motor
babon = truk besar
baiklah...aku punya kerupuk juga namanya sibening item hahha
Bener banget Teh
BalasHapusada kampung bali juga ya disana mas, kayak di bedugul juga ada kampung islam :) di solo ada kampung arab,,keren keren petualangannya bersama datsun.. :)
BalasHapus