Review
Wisata
Datsun Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi Sambangi Toraja
INI puncak
perjalanan Datsun Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi etape 2, sebelum kembali ke
daerah masing-masing melalui Kota Makasar. Mengeksplorasi Tanah Toraja. Sungguh,
Toraja Sulawesi Selatan buat saya salah satu tanah yang harus disambangi karena
budayanya.
Makanya, begitu tahu program Datsun Go+ Panca Risers
Expedition Sulawesi etape 2 berakhir di Tanah Toraja, saya seperti mimpi saja
rasanya. Dengan budaya Tanah Toraja, Datsun Go+ Panca ingin memperlihatkan keklasikan
indonesia yang kaya dan wajib di jaga. Sebagaimana Datsun Go+ Panca, Brand
Klasik yang dijaga dan disegarkan kembali oleh Nissan.
Rumah
Tongkonan Kete Kesu dan Londa
Ternyata
hotel tempat saya dan raisers lainnya yang tergabung dalam Datsun Go+
Panca Risers Expedition Sulawesi tidak terlalu jauh dengan salah satu desa yang
menjadi tempat wisata budaya, Desa Kete Kesu, Toraja, Sulawesi Selatan.
Hanya dalam perjalanan kurang lebih lima belas menit,
setelah raiser istirahat dan mengisi perut untuk sarapan mengunjungi Kete Kesu.
Decak kagum, takjub, heran, dan perasaan-perasaan lainnya seolah tumpang tindih
saking senangnya.
Rumah Tongkonan yang selama ini hanya bisa dilihat di brosur-brosur
atau cerita teman-teman sekarang ada di depan mata. Di Desa Kete Kesu, ada 5 Rumah
Tongkonan yang usianya antara 50-100 tahun. Ada lumbung-lumbung serta ada batu
besar tempat pemakanan para leluhur Kete Kesu.
Usai melihat-lihat dan mendengarkan banyak penjelasan
tentang Rumah Tongkonan, raiser dibawa ke arah bukit batu di belakang Rumah
Tongkonan. Bukit batu yang penuh dengan gua-gua tempat bersemanyam para
leluhur.
Rumah Tongkonan di Kete Kesu Toraja (Foto: Alee) |
Selain di Kete Kesu, saya dan teman-teman raisers juga
mengunjungi Londa. Salah satu bukit batu yang juga menjadi tempat
disemayamkannya jenazah para leluhur di Londa. Mobil raiser sempat tersendat
karena ada perbaikan jalan, tetapi karena ini kesempatan langka, raisers tancap
gas menuju ke sana.
Ini membuktikan semangat raisers sudah menyatu dengan
semangat yang diusung oleh Datsun Go+ Panca Go+ Panca, sebagai kendaraan low
bugdet atau Low Cost Green Car (LCGC) yang tidak bisa diremehkan. Baik dari
sisi interior, eksterior, hingga performanya.
Dari sisi interior menawarkan nilai kemewahan dan
elegan sehingga tidak terkesan sebagai mobil dengan harga murah. Beberapa fitur standar seperti foglamp dan rear
spoiler yang cantik menambah kesan ‘kelas atas’ pada mobil jenis MPV ini.
Ada
Upacara Adat
Tidak ada
yang kebetulan di dunia ini, bukan? Begitu pun kedatangan saya dan teman-teman
raisers Datsun Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi etape 2. Hari ini ada
upacara pemakaman salah seorang warga. Biasanya, perayaan pemakaman atau Rambu
Solo dilakukan selama tujuh hari. Hari pertama ini keluarga orang yang
meninggal mengundang seluruh keluarga.
Saya dan teman-teman raisers meluncur ke lokasi
upacara. Ada puluhan orang yang sedang duduk-duduk sambil menikmati hidangan. Raisers
disambut sangat ramah oleh tuan rumah. Sambutan yang benar-benar akrab.
Sebagai sambutan tuan rumah untuk para tamu, tuan
rumah sudah menyiapkan puluhan babi untuk menjamu. Saya sebagai muslim yang
tidak makan babi mencoba mengikuti prosesi tersebut, sebagai bentuk penghargaan
kepada tuan rumah yang telah mengijinkan kami melihat prosesi upacar.
Penghargaan yang kami berikan, sebagaimana Datsun Go+
Panca Go+ Panca menghargai pelanggannya dengan kelebihan-kelebihan yang
dimilikinya berikut ini.
Iring-Iringan Raisers di Atas Tanah Toraja (Foto: Alee) |
Pertama, 7 Seater dengan harga terjangkau. Meskipun
tergolong LCGC, Datsun Go+ Panca Go+ Panca memiliki 3 baris kursi. Walau pun, baris
kursi belakang hanya dapat diisi oleh penumpang dengan tinggi kurang dari 150
cm (anak-anak). Datsun GO+ Panca sangat cocok untuk keluarga muda yang senang
jalan-jalan.
Kedua, Performa mesinnya impresif. Salah
satu hasil pengetesan terhadap Datsun GO+ Panca menunjukan angka impresif. Jarak
0 -100 km/jam dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 15 detik. Padahal umumnya untuk
ukuran mobil LCGC memiliki performa kurang menjanjikan. Putaran mesin terbaik
untuk memacu mobil ini ada pada putaran tengah hingga mendekati redline.
Ketiga, irit. Dari hasil pengetesan, Datsun
Go+ Panca Go+ Panca mampu menghasilkan konsumsi bahan bakar 12 km/liter untuk
dalam kota dan 16 km/liter untuk luar kota. Sebagai mobil dengan 7 penumpang
pastilah cukup irit.
Keempat, Kabin lega. Kursi baris pertama dan kedua penumpang
mendapatkan ruang kaki dan kepala yang lega untuk ukuran sebuah city car. Tetapi
pada baris kursi ketiga hanya cocok untuk anak-anak.
Kelima, Desain eksterior Datsun Go+ Panca
tidak seperti kompetitor di kelasnya yang cenderung kaku dan terlihat seperti
mobil murah, Datsun Go Panca sebaliknya, terlihat mewah dengan lekukan-lekukan
yang tidak pernah ada pada sebuah mobil harga ekonomis.
Keenam, Irit bahan bakar. Untuk memberikan pengendaraan
yang hemat bahan bakar bagi pengemudi. Datsun GO+ Panca sudah dilengkapi dengan
ECO indicator. Dengan fitur ini, mobil dengan harga dibawah 100 juta sudah
cukup keren.
Ketujuh, Datsun Go+ Panca dibekali dengan Multi Information
Display (MID). Digital, di balik
speedometer bertujuan untuk menghintung konsumsi bahan bakar, jarak tempuh, dan
informasi lainnya.
Setelah menimbang dan merasakan kelebihan Dustun,
akhirnya Datsun Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi etape 2 diakhiri di Tanah
Toraja. Bahagia rasanya bisa menjadi bagian dari Datsun Go+ Panca Risers
Expedition Sulawesi etape 2.
Semakin bahagia karena pada saat penutupan tim raisers
1, tim raisers saya menjadi tim raisers terbaik. Lengkap sudah rasanya
perjalanan bersama Datsun Go+ Panca Risers Expedition Sulawesi etape 2 kali
ini.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Selamat tos janten jawaranya...hatur nuhun cipratan semangatnya...sukses kanggo kang Ali...
BalasHapusSama-sama Ceu. Sukses juga Ceu Eka
HapusWaaahh mau donk dipotoh juga di rumah tongkonan
BalasHapusMoga aku bisa kesanaa eaaa..
Aiihh kalian B3 hebat, kompak!!
layak juara nu gaduh bandung
sukses selalu eaa
Kayaknya kalau Nci ke sini bakal sering berenti buat potoh dan selpi deh, hehe
HapusNci juga hebat.
Jadi pengin juga ke Toraja, budayanya khas banget ya kang. Yang aku inget dari toraja itu cara makam-in orang yang meninggal itu loh. Agak-agak serem, tapi emang budayanya begitu. Ah... kang ali dan team memang keren deh bisa sampai toraja, naik go+ panca, haratis pula ^___^ semoga yang berikutnya adalah saya *eh.. ngarep*
BalasHapusAmiiin, pantengin twitternya ya ... masih ada kesempatan buat keliling sumatera
HapusSuka banget sekaligus ngiri banget.
BalasHapusSayangnya aktivitas ini "cowok" banget hehe
Kenangan yang tak akan pernah terlupakan.
Hapusini dekat kampung mamaku kang ale, di enrekang...kangeeen...
BalasHapusWaaah ternyata keturunan Enrekang ... daerah yg sangat eksotik
HapusWaw, kok aku malah fokus ke touring Datsun ya? Hasrat pengen ngerasain juga hehehe. Gimana caranya ya, mas?
BalasHapusWaktu itu ada pendaftaran Mbak Imelda, bentar lagi ada touring ke Sumatra dan Kalimantan kalau nggak salah, siap-siap aja pantengin infonya.
Hapusnaksir loh, ama Datsun
BalasHapus