Fiksi
[Dongeng] Salju Putih dan Mawar Merah
Salju Putih dan Mawar Merah
Dikisahkan kembali dari cerita asli karya Grimm Bersaudara
Zaman
dahulu, ada seorang janda yang punya dua orang putri: Salju Putih dan
Mawar Merah. Salju Putih bersifat tenang dan lembut, sedangkan Mawar
Merah lincah, tapi mereka saling menyayangi, demikian juga terhadap ibu
mereka. Karena itu, rumah mungil di hutan itu menjadi rurnah yang
bahagia.
Pada
suatu malam di musim dingin, saat mereka semua sedang duduk di dekat
perapian, terdengar bunyi ketukan pintu. Mawar Merah membukanya dan
menjerit. Ada beruang cokelat yang sangat besar! Tapi dengan suara
bergetar beruang itu berkata,
"Jangan takut. Aku hanya minta izin tidur dekat perapian malam ini. Di luar dingin sekali."
"Tentu,
kamu bisa menginap bersama kami," ujar sang ibu. Dan dia memanggil
anak-anaknya untuk memanaskan sup dan menambah kayu bakar di perapian.
"Maukah
kamu membersihkan salju yang ada di buluku?" tanya beruang itu. Mawar
Merah pun mengambil sapu besar dan dengan hati-hati menyikat lapisan
tebal bulu beruang yang kasar itu. Salju Putih memberi semangkuk besar
sup panas dan beruang itu menghabiskannya dalam sekali tegukan. Lalu dia
berbaring di depan perapian dan langsung tertidur.
Esok
paginya, Putih Salju membiarkan beruang itu keluar dari rumahnya dan
kembali ke hutan melintasi salju tebal. Tapi pada malam hari, beruang
itu kembali dan sekali lagi Salju Putih, Mawar Merah, dan ibu mereka
merawatnya. Sejak itu, beruang itu selalu datang setiap malam sepanjang
musim dingin. Mereka semua senang kepadanya. Tapi ketika musim semi
datang, beruang itu mengatakan bahwa dia tidak akan kembali lagi.
"Aku
harus menjaga harta karunku. Setelah salju mencair, orang-orang jahat
pasti akan datang mencurinya," ujarnya, kemudian sebelum pergi kembali
ke hutan, dia memeluk mereka. Saat melintasi pintu taman, bulunya
tersangkut paku. Sekilas Salju Putih merasa melihat kilatan emas, tapi
beruang itu bergegas pergi dan segera menghilang dari pandangan.
Beberapa
hari kemudian, ketika Mawar Merah dan Salju Putih keluar meanetik beri
untuk dibuat selai, mereka melihat sebuah pohon tumbang. Mereka melihat
kurcaci yang sangat pemarah sedang menarik-narik janggutnya yang
terjepit batang pohon besar.
"Hei, jangan berdiri saja seperti sepasang angsa bodoh! Ayo, bantu aku!" teriaknya.
Betapa
pun kerasnya mereka menarik, Mawar Merah and Salju Putih tidak dapat
mengangkat pohon itu, sehingga Mawar Merah mtngeluarkan guntingnya dan
memotong ujung janggut kurcaci itu. Tentu saja kurcaci itu sangat
rnarah. Kemudian dia merenggut sekantong besar ernas dari akar pohon,
dan menghilang tanpa berterima kasih.
Beberapa
hari kemudian, ibu kedua gadis itu ingin sekali makan ikan untuk makan
malam. Mereka pun pergi ke sungai untuk melihat apa yang dapat mereka
tangkap. Tapi, bukannya menemukan ikan, di tepi sungai mereka melihat
kurcaci teman mereka yang pemarah. Kali ini janggutnya tersangkut tali
pancing.
"Jangan hanya berdiri melihat saja," teriaknya, "bantu aku melepaskannya."
Salju
Putih berusaha mengurainya, tapi tidak bisa sehingga dia menggunting
sedikit janggutnya. Wajah kurcaci itu menjadi merah karena marah, Lalu
dia menyambar peti permata di tepi sungai dan pergi tanpa berterima
kasih.
Beberapa
hari kemudian ada Pekan Raya Musim Semi. Gadis-gadis itu berniat pergi
membeli beberapa pita baru untuk topi mereka, dan jarum sulam untuk ibu
mereka. Jadi, mereka berangkat lebih pagi. Tak lama kemudian mereka
mendengar jeritan dan tangisan mengerikan. Mereka berlari ke arah suara
itu, dan sekali lagi mereka bertemu kurcaci pemarah itu. Kali ini, dia
sedang berjuang melawan cakar besar seekor elang. Mereka menarik dan
menarik kurcaci itu, dan akhirnya burung elang itu melepaskannya.
"Kamu
merobek jubahku," gerutu kurcaci yang tidak tahu terima kasih itu. Dia
mengambil sekeranjang mutiara, lalu berjalan terpincang-pincang secepat
mungkin. Gadis-gadis itu tertawa dan melanjutkan perjalanan mereka ke
pekan raya.
Mereka
bersenang-senang, dan hari sudah malam ketika mereka berjalan pulang.
Matahari baru saja tenggelam di belakang batu besar. Dan secara
mengejutkan, mereka bertemu kurcaci itu lagi. Tumpukan emas, permata,
dan mutiara berharga berserakan di depannya.
Tiba-tiba kurcaci itu melihat Salju Putih dan Mawar Merah.
"Pergi!
Pergi! Kalian gadis menyebalkan yang selalu menghalangiku," teriaknya.
Tapi kemudian terdengar bunyi geraman keras dan beruang cokelat besar
berdiri di samping mereka. Dengan satu kibasan, beruang itu melempar
kurcaci itu ke atas langit dan tidak ada yang pernah melihat di mana
jatuhnya. Beruang itu berbalik menghadap Salju Putih dan Mawar Merah.
Saat mereka berpandangan, lapisan tebal berbulu kasarnya perlahan-lahan
menghilang. Di sana berdiri seorang pemuda tampan, memakai baju beludru
keemasan yang mahal.
"Jangan
takut, Salju Putih dan Mawar Merah," katanya dengan tersenyum. "Nah,
kalian bisa lihat siapa diriku sebenarnya. Kurcaci jahat itu telah
mengutukku agar bisa mencuri semua harta karunku, tapi kalian telah
melenyapkan kutukannya dengan kebaikan kalian." Mereka semua pulang ke
rumah dengan membawa harta karun itu. Mereka berbincang-bincang hingga
larut malam. Salju Putih menikah dengan pemuda tampan itu yang ternyata
memunyai seorang adik yang akhirnya menikahi Mawar Merah. Mereka semua
hidup bahagia selamanya.
Tapi kalau kamu pernah bertemu kurcaci yang jenggotnya tinggal separuh, saya akan berhati-hati kalau saya menjadi kamu.
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"