Wisata
Sehari Menjelajah Lima Destinasi Wisata Makasar
MAKASAR
sebagai salah satu kota besar bagian timur Indonesia sangat kaya dengan destinasi
wisatanya yang unik
dan menarik. Rasanya ingin garuk-garuk meja mustahil menjelajah
Makasar hanya dalam waktu sehari.
Akan
tetapi, sayang jika ada waktu sehari di Makasar hanya dihabiskan untuk
belanja di Jalan Somba
Opu, selfie-selfie atau
puas-puasin WiFi-an di penginapan. Makanya begitu ada sisa waktu sehari, Lelaki Berciput
itu langsung terjun bebas buka google
map mencari wisata Makasar yang bisa dijelajah seharian, cek transportasi, dan menghitung
waktu jarak tempuh
supaya sebelum asar sudah di penginapan untuk mengejar pesawat kembali ke
Bandung.
Begitu semua siap, usai sarapan, Lelaki Berciput sudah
nangkring di atas motor
ojek untuk menjelajah Makasar. Sasaran pertamanya Benteng
Somba Opu di Jalan Daeng Tata. Kurang lebih 30 menit kemudian, dia tiba di sana.
Benteng Somba Opu
Benteng Somba Opu ternyata bentuknya tidak terlihat seperti benteng,
hanya sisa-sisa reruntuhan bangunan dengan beberapa dinding yang masih tersisa. Bentuk benteng hingga kini belum diketahui secara pasti meski
upaya ekskavasi terus dilakukan.
Menurut
peta yang ada di sana, benteng berbentuk segi
empat dengan luas 1.500 hektar, memanjang 2 kilometer
dari barat ke timur. Tinggi dinding benteng yang
terlihat saat ini 2 meter, padahal tinggi
sebenarnya antara 7-8 meter dengan ketebalan 12 kaki atau 3,6 meter.
Benteng
Somba Opu sekarang dijadikan kompleks Miniatur Budaya Sulawesi Selatan.
Wisatawan dapat menikmati bentuk-bentuk rumah tradisional seperti rumah
tradisional Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar. Sayang sekali beberapa
bangunan tidak terawat, bahkan ada yang menempati secara ilegal.
Benteng
dibangun Sultan Gowa ke-IX, Daeng Matanre
Karaeng Tumapa‘risi‘ Kallonna pada tahun 1525. Pada pertengahan abad ke-16, benteng menjadi pusat
perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah
yang ramai dikunjungi pedagang asing dari Asia dan Eropa.
Pada
24 Juni 1669, benteng dikuasai VOC
kemudian dihancurkan hingga terendam ombak pasang. Tahun
1980-an, benteng ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuan dan tahun 1990 bangunan benteng direkonstruksi
kembali hingga sekarang.
Pantai Losari
Lelaki Berciput lanjut membelah pagi menjelajah
Makasar menuju Pantai Losari di Jalan Penghibur. Udara pagi Pantai Losari sama sekali tidak beraroma laut karena
jarak pantai dan laut lepas cukup jauh. Sepanjang pantai dibuat jogging track yang berpusat pada anjungan Pantai Losari.
Pantai
indah dan bersih ini dahulu hanyalah Pasar Ikan yang digelar setiap pagi. Sore hari dimanfaatkan pedagang jajanan khas Makassar
seperti pisang epe dan makanan ringan lainnya.
Anjungan
sebenarnya beton bendungan air yang memanjang sepanjang 910 meter. Digagas oleh
Pemerintah Wali Kota Makassar, DM van Switten (1945-1946). Bendungan diperluas
hingga menjorok ke pantai. Di bawah bendungan, dimanfaatkan untuk buangan
limbah kota.
Pembangunan
anjungan dimulai tahun 1945. Mulai dari
desain dan pembetonan lantai dasar hingga pemasangan lantai. Beton dibangun untuk melindungi objek dan sarana strategis warga di Jalan
Penghibur dari derasnya ombak Selat Makassar. Setelah rampung dan dimanfaatkan
warga, anjungan kemudian dikenal sebagai Pantai Losari.
Masjid Apung
Kawasan
Pantai Losari ada masjid apung –Masjid Amirul Mukminin yang dibangun dengan arsitek modern, berlantai tiga, dan dilengkapi dua
menara serta dua kubah berwarna biru. Jika laut pasang, masjid benar-benar terlihat seolah terapung di atas Selat
Makasar.
Pembangunan
masjid menghabiskan dana sekitar 9 Miliar, sumbangan para dermawan di Makassar. Meskipun ukuran masjid
tidak begitu luas, namun mampu menampung sekitar 400 jamaah. Masjid menyempurnakan
kecantikan Pantai Losari.
Benteng Fort Rotterdam
Lelaki Berciput lalu menyusuri Jalan
Penghibur hingga masuk Benteng Fort
Rotterdam. Benteng terlihat cerah dengan
dominasi cat warna kuning kalem. Taman yang berada
di tengah benteng ditata apik dan bersih.
Benteng
dengan
luas 28.595,55 meter persegi tersebut memiliki 15
bangunan yang dipagari tembok teknik susun
timbun dengan balok batu cadas. Rata-rata balok
berukuran panjang 44-62 cm, lebar 21-34 cm dengan ketebalan 10-20 cm. Tingginya antara 5-7 meter.
Dalam benteng ada Museum La Galigo yang menyimpan sebagian sejarah Kota
Makassar, khususnya jejak kejayaan kerajaan Gowa, lengkap dengan khasanah
budaya suku Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja. Ada juga bangunan dua lantai berukuran
tidak lebih dari 6X5 meter persegi yang pernah menjadi penjara Pangeran Diponegoro.
Fort
Rotterdam, merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Dahulu dikenal dengan
nama Benteng Panyuwa karena denahnya mirip penyu. Bagi warga Gowa, penyu
memiliki makna khusus, yaitu kedigdayaan kerajaan Gowa baik di darat maupun di
laut.
Benteng
dibangun oleh Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karang Manguntungi Tumaparisi
Kallona. Selesai dibangun pada tahun 1545 M oleh penerusnya, Raja Gowa X, Manriwa Gau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tunipallangga Ulaweng.
Pada
masa penjajahan Belanda abad 17,
benteng diserahkan kepada Belanda. Benteng yang pada masa awal berdiri bertiang
tinggi khas bangunan tradisional Makassar direnovasi hingga berarsitektur
Portugis hingga sekarang.
Pulau
Samalona
Lelaki Berciput lantas menuju dermaga
kecil di depan benteng yang penuh dengan boat. Ada rombongan wisatawan lokal
akan menuju Pulau Samalona. Tanpa banyak pertimbangan, Lelaki Berciput
bergabung dengan mereka. Setengah jam kemudian, boat tiba di dermaga Samalona.
Mata Lelaki Berciput langsung
berbinar melihat pulau cantik dengan air laut yang bening dan pasir putih yang
bersih Pulau Samalona. Saat turun, terlihat papan bertulis daftar nama pemilik Samalona
yang tidak terlalu luas. Pulau bisa dikelilingi dengan berjalan kaki sekitar
20-30 menit.
Wisatawan yang berkunjung ke Samalona
bisa melakukan diving, snorkeling, berenang, atau sekadar duduk
santai di tepian pantai, di bawah pohon rindang sambil menikmati kelapa muda
dan ikan bakar yang banyak ditawarkan. Seperti yang dilakukan Lelaki Berciput,
usai berkeliling dan bercengkerama dengan bintang laut biru dia duduk-duduk
santai. Jika beruntung, wisatawan bisa menikmati sunrise maupun sunset.
Samalona menyediakan penginapan mulai
dari guest house sederhana hingga vila di salah satu sudut pulau. Selain itu
ada toko kelontong yang menyewakan peralatan snorkeling, ban untuk berenang,
bale-bale untuk menikmati keindahan pantai dengan tanpa takut terbakar sinar
matahari, dan musala.
Sebelum matahari tergelincir,
rombongan Lelaki Berciput menyudahi jelajahnya dan kembali ke Kota Makasar.
Sebelum menuju hotel, sejenak dia mencicipi jajanan dan kuliner Makasar di Pusat Kuliner yang
berada persis di depan anjungan Pantai Losari. Ada seafood dari aneka ragam ikan laut
yang masih segar, mie kering khas Makassar, Sop Pallubasa, Sop Konro, dan Coto
Makassar.
Lengkap sudah jelajah sehari
yang dilakukan Lelaki Berciput di Kota Makasar sebelum akhirnya kembali
ke penginapan, bebersih, dan mengejar mas-mas penerbangan malam ke
Bandung. Ternyata sebuah penjelajahan, walau sehari, jika dilakukan dengan terencana
itu sangat menyenangkan. Nggak percaya? Coba aja!
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Pulau samalona ini pernah aku tonton di acara travel yg ada di tv luar. Asli keren banget bikin mupeng dan iri...aku yg orang indonesia belum pernah kesana tapi orang luar muji2 ini pulau
BalasHapusKapan-kapan ke sana Mbak Ade.
HapusMakasih ya udah mampir
Iya nih, pulau Samalona terlihat kece juga. Mata lelaki berciput aja langsung berbinar, apalagi mata aku :D
BalasHapusIya, selalu menarik hati, hehe
Hapuspernah ke makassar 1 kali. cuma ke losari, masjid apung (meskipun sebenernya gak bener bener terapung), ama benteng fort rotterdam
BalasHapusAyooo, ke Makasar lagi, hehehe
HapusSaya orang Maros-Makassar tetapi belum pernah ke Samalona :(
BalasHapusKalau begitu bisa ke sana, hehehe. Kan Deket.
HapusBolak balikke makassartapi gw blm minat alias ngak pernah ke benteng ford rotterdam
BalasHapusHayuk ke sana lagi Mazzz, hehe
HapusWah, Bang Ali nih ternyata hobi traveling juga ya. Ternyata jago nulis catatan perjalanan juga. Sering2 BW deh
BalasHapusHehehe, hayuk traveling bareng, yuk
Hapus