Review
Dongeng yang Menjelma Jadi Harapan
BEBERAPA tahun lalu,
saat belajar menulis cerita anak bersama seorang profesor dari Universitas
Indonesia, salah satu kalimat yang sampai sekarang masih terpatri kuat di
kepala adalah, bahwa kekuatan sebuah dongeng itu lebih dahsyat dari bom atom
yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hirosima.
Bukti yang sangat
nyata adalah kondisi bangsa kita yang hingga berpuluh-puluh tahun setelah
merdeka, tetap saja tidak merdeka dari kungkungan dongeng Si Kancil. Dongeng Si Kancil
Mencuri Ketimun, Si Kancil dan Buaya, dan Si Kancil- Si Kancil lainnya yang
dipenuhi kelicikan bukan kecerdikan.
Bukti kekuatan
dongeng ini pula yang kemudian menjadi salah satu dasar bergulirnya cerita
dalam film I Am Hope The Movie
garapan sutradara Dimitri yang mulai tayang di bioskop 18 Februari 2016 lalu.
Sejak kecil Mia
(Tatjana Saphira) terbuai dengan dongeng-dongeng yang dibacakan ibunya –Madina
(Feby Febiola), seorang penulis dan sutradara teather. Begitu kuatnya
dongeng-dongeng yang dibacakannya membuat Mia berkeinginan kuat mengikuti jejak
bundanya menjadi seorang penulis dan sutradara teather.
Seluruh aktivitas
bundanya, seolah di-copy paste oleh
Mia, sampai-sampai dia memiliki teman imajiner bernama Maia. Teman yang selalu
mengiringi langkahnya dari kecil hingga tumbuh dewasa.
Sayang beribu
sayang, pada saat proyek teathernya baru berjalan, Mia didiagnosa kanker
paru-paru. Dokter memprediksi, usia Mia tinggal delapan bulan. Artinya, jika
dia mengikuti pengobatan, setengah dari sisa waktu hidupnya hanya akan
dihabiskan tanpa melakukan apa pun kecuali pengobatan. Mia tidak mau
menyia-nyiakan sisa waktu yang diberikan kepadanya.
Raja (Tio
Pasukadewo) –ayah Mia, seorang musisi handal yang masih trauma dengan kanker
yang membuat istri sekaligus ibu Mia meninggal dunia begitu terpukul mendengar
diagnosa dokter, langsung melarang Mia melanjutkan proyek teathernya.
Sutradara Dimitri dan Pemeran Bintang Film I Am Hope di Bandung Indah Plaza (Foto Kang Alee) |
Setelah beberapa
waktu bersitegang akhirnya mereka berdua membuat kesepakatan, Mia boleh
melanjutkan proyek teathernya dengan syarat mau menjalankan pengobatan serta
tidak boleh lelah.
Kesepakatan tersebut
membuat semangat Mia makin meletup-letup dengan proyeknya, terlebih lagi ada
David (Fachri Albar) –seorang aktor teather yang hatinya cenat-cenut sejak
pertama kali melihat Mia usai melakukan sebuah pementasan di café.
Terlebih lagi, Maia
terus menerus mempompa semangat Mia setiap semangat Mia menurun ataupun
kesakitan saat menjalani pengobatan. Terus menerus menumbuhkan harapan untuk
kesembuhan dan proyek yang sedang dijalani.
Sebagaimana
film-film dengan tema harapan lainnya, film I Am Hope pun berakhir dengan
kebahagiaan. Kebahagiaannya seperti apa? Bisa kita apresiasi di bioskop-bioskop
terdekat di seluruh Indonesia.
Selain cerita yang
mengalir indah dengan bumbu imajinasi, pengambilan gambar yang dilakukan Yudi
Datau cukup memikat dan melambungkan imajinasi. Apalagi pada saat film dibuka
dengan langit luas, pohon besar, dan pengambilan mata burung Mia sedang duduk
bersama ibunya membaca dongeng. Menjadi pembuka yang luar biasa.
Akting Tio
Pasukadewo, sebagai aktor peraih Piala Citra sangat kuat dan konsisten dari
awal hingga akhir membuat karakter film terjaga. Patut diajungi jempol
mengingat usia beliau juga sudah tidak muda lagi.
Satu hal yang luput barangkali tokoh Maia yang
sudah sangat apik diperankan oleh Alesandra Usman. Dia seolah bukan tokoh
imajiner yang sesungguhnya karena ada dua adegan yang tak lazim dilakukan tokoh
imajiner. Saat membalas sort massage
David mewakili Mia dan saat menghidupkan musik saat proyek Mia diterima untuk
dipentaskan. Ah, apa pun itu, semoga film ini menginspirasi banyak penonton film
di Indonesia.
Gelang Harapan dari Kain Pelangi (Foto Kang Alee) |
Dongeng Vs Gelang Harapan
Imajinasi yang
disalurkan melalui dongeng bagi anak-anak itu sangat penting untuk memunculkan
cita-cita. Dan, cita-cita akan terwujud karena adanya harapan dan usaha yang
menggunung. Harapan harus diwujudkan dalam bentuk simbol seperti gelang atau
dalam bentuk aktivitas.
Kurang lebih itu,
salah satu pesan yang saya tangkap saat menonton film I Am Hope yang
diproduseri artis Wulan Guritno, Janna Soekasah, dan Amanda Soekasah.
Film yang diproduksi
karena terinspirasi gerakan Bracelet of
Hope, gerakan kemanusiaan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Gelang
Harapan, gelang yang dibuat khusus dari kain Pelangi Jumputan karya desainer
Indonesia Gea Panggabean.
Gerakan tersebut
ternyata bergulir begitu cepat dan terus menyebar ke seluruh lapisan
masyarakat. Pada tahap awal, gerakan focus pada penderita kanker. Pada
tahun-tahun mendatang Gelang Harapan akan bergulir pada segala aspek kehidupan
masyarakat.
Film bergenre drama yang
diproduksi Alkiema ini dibintangi Tatjana Saphira, Alessandra Usman, Tio
Pasukadewo, Ray Sahetapy, Ariyo Wahab, dan bintang-bintang lainnya.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
perjuangan dan kepeduliannnya terhadap para penderita kanker sangat layak diapresiasi, semoga juga penonton mengapresiasi film ini di bioskop
BalasHapussangat patut didukung gerakan ini ya, keren banget
BalasHapus