Wisata
13 Wisata Di Bandung yang Sulit Dilupakan Karena Bisa Dijangkau dengan Jalan Kaki
BERWISATA
itu identik dengan menghambur-hamburkan uang, makanya setiap akan berwisata
pasti yang dipikirkan matang-matang adalah ketebalan kantong dan timbunan uang
di bank. Padahal, asumsi itu tidak selamanya benar. Lelaki Berciput
yang memang suka jalan-jalan selain baca buku juga tidak setuju dengan asumsi
tersebut.
Sekarang
ini urusan wisata sudah dimudahkan dengan banyaknya informasi yang meluber dari
para travel blogger. Tinggal buka internet, cek tempat wisata incaran, semua informasi ada. Ingin cari tiket pesawat, tiket kereta
api, atau booking hotel juga sama, tinggal online semua bisa dipesan secara online.
Sekarang
tinggal kita, niat berwisata apa nggak? Niat piknik apa nggak? Niat menjelajah keindahan dunia di
luar sana yang masih maha luas apa nggak? Jika
sudah punya niat, tinggal bikin perencanaan yang matang, lalu cus … halan-halan seru, deh.
Kalau
ragu karena kantong masih bolong atau timbunan rekening belum menggunung, bisa
coba mulai
wisata ke Bandung. Lho, kok ke Bandung? Mainstream
banget sih? Ealah, memang apa salahnya? Di Bandung itu ada banyak destinasi wisata yang bisa dikunjungi. Mulai
dari Wisata
Kota Tua, Wisata Sejarah, Wisata Religi, Wisata Kuliner,
Wisata Taman, Wisata Landmark hingga Wisata Belanja. Hebatnya lagi, minimal
ada 13 (Tiga belas) destinasi yang bisa dijangkau
tanpa mengeluarkan uang sedikit pun.
Lelaki
Berciput jamin, setelah berwisata ke 13 tempat tersebut, wisatawan nggak akan
pernah melupakan seumur hidup. Nggak percaya? Ini dia 13 destinasi wisata yang
dimaksud.
1).
Jalan Merdeka Bandung
Wisata dimulai dari Jalan Merdeka di
Bandung. Salah satu jalan paling ramai dan paling favourite untuk wisatawan.
Letaknya tepat di pusat kota dan dekat dari titik-titik keramaian Kota Bandung.
Di Jalan Merdeka, ada Gedung Pemuda
yang tak pernah sepi dari aktivitas remaja, ada Bandung Indah Mall, salah satu
mal paling tua di Bandung yang seolah menjadi pusat hangout warga Bandung, dan sebagainya.
Pada zaman Belanda, Jalan Merdeka
dikenal sebagai Schoolweg atau
Merdikaweg. Bupati RAA Martadinata antara tahun 1874-1918 menggantinya menjadi
Jalan Merdeka Lio karena dahulu di sana ada pabrik genting berbahan tanah
bernama “Lio”. Akan tetapi, kemudian dikenal sebagai Jalan Merdeka.
Jalan Merdeka mudah dijangkau dari
Bandara Husen Sastranegara, dari Stasiun Hall Bandung, atau dari Terminal
Lewipanjang/ Terminal Cicaheu,. Semua angkutan kota dan bus kota melewati Jalan
Merdeka, jadi tak ada alasan untuk tidak singgah dan menelusuri Jalan Merdeka. Susuri
mulai dari perempatan antara Jalan Juanda dan Jalan Martadinata sehingga
starnya benar-benar mulai dari ujung Jalan Merdeka.
Jangan lupa, jika mau menghabiskan
waktu lebih banyak di Bandung sebaiknya segera booking
hotel, syukur-syukur sudah booking hotel online jauh-jauh hari sehingga bisa dapat harga lebih murah.
Misalnya booking lewat tiketcom yang sekarang sudah ada aplikasi mobile-nya,
jadi wisatawan bisa booking melalui gadget.
Tiketcom tidak hanya menyediakan
booking hotel, tetapi juga tiket pesawat, tiket kereta, travel, sewa mobil,
tiket konser dan sebagainya. Sekali beli bisa dapat semuanya dengan mudah,
cukup melalui aplikasi Tiket.com.
2). Balai
Kota Bandung
Setelah dapat hotel, wisatawan bisa
melanjutkan wisata berikutnya yaitu Balai Kota Bandung yang terletak di antara
Jalan Merdeka dan Jalan Wastu Kencana Bandung.
Balai Kota Bandung sekarang ini sudah
menjadi salah satu ruang publik bagi yang sangat nyaman. Aktivitas warga seolah
tak pernah reda bergerak di Balai Kota Bandung. Jika kebetulan berwisata ke
Balai Kota pada hari libur, wisatawan akan melihat kreatifitas warga tumpah
ruah di sini.
Apa yang bisa dilihat di Balaikota
selain aktivitas warga? Sangat banyak karena di sini ada Taman Balai Kota yang
penuh dengan sejarah. Ada Patung Badak Putih yang menjadi simbol dalam mitologi
di Tatar Sunda. Ada Babancong, bangunan yang dahulu digunakan para pembesar di
pemerintahan. Ada Gembok Cinta yang cocok buat yang sedang jatuh cinta untuk
menggembok cintanya. Ada Kantor Wali Kota dan Bandung Command Center (BCC),
yaitu pusat komando layaknya milik Kapten Kirk di Film Star Trek. Fungsi utama
BCC mengawasi kerja pegawai negeri sipil dalam melayani publik.
Nah, baru-baru ini Taman Balai Kota
dilengkapi dengan saringan aliran sungai yang mengalir di tepian Balai Kota.
Sungai yang sekarang airnya jernih tersebut aman buat main anak-anak. Mau coba
main air juga?
![]() |
Salah Satu Sudut Taman Balai Kota Bandung (Foto Kang Alee) |
3).
Gedung Indonesia Menggugat
Setelah puas menelisik seluruh sudut
Balai Kota Bandung, wisatawan keluar dan menuju Jalan Perintis Kemerdekaan No.
5 Bandung yang tidak jauh dari Balai Kota Bandung. Cuma 5 (lima) menit saja. Di
sana ada gedung yang sangat bersejarah bagi warga Indonesia, Gedung Indonesia
Menggugat.
Gedung yang dibangun pada tahun
1906-1907 ini hingga sekarang masih berfungsi dan sering digunakan untuk
event-event tertentu.
Awalnya, gedung yang sangat kokoh
tersebut adalah sebuah rumah hunian pada zaman Belanda. Setelah melalui
beberapa renovasi beralih fungsi menjadi Landraad
atau Gedung Pengadilan Negeri Belanda pada tahun 1917. Gedung ini menjadi
sangat bersejarah karena pada tanggal 2 Desember 1930, Presiden Soekarno
membacakan Pledoi yang sangat fenomenal berjudul “Indonesia Menggugat”. Pledoi
dibacakan sebagai pembelaan sekaligus kegeraman Soekarno pada Pemerintah
Belanda.
Soekarno yang saat itu menjabat
sebagai redaktur Fikiran Ra’jat dianggap telah menyebarkan isu kebencian pada
pemerintah Belanda. Isu tersebut membuat beliau ditahan selama 4 tahun. Gedung
bersejarah tersebut sekarang dikenal sebagai Gedung Indonesia Menggugat.
Fhuih
… seru
juga ya, berwisata di gedung bersejarah. Selain membuat imajinasi melayang juga
nambah pengetahuan, hehe.
4).
Jalan Braga
Wisata selanjutnya Jalan Braga Bandung. Letaknya tidak jauh dari Gedung Indonesia Menggugat.
Wisatawan tinggal menyebrang dan jalan menuju arah kiri Gedung Indonesia Menggugat. Nanti akan bertemu perempatan Jalan Braga.
Lagi-lagi Cuma 5 (lima) menit.
Pada
tahun 1900-an, Jalan Braga hanyalah
jalan kecil di depan pemukiman sunyi, bahkan dikenal sebagai Jalan Culik karena
rawan penculikan. Sekitar tahun 1920-1930-an, jalan mulai ramai setelah banyak
pengusaha berkebangsaan Belanda mendirikan toko, bar, tempat hiburan, dan
toko-toko baju serta butik yang menjual baju rancangan perancang dari Paris Perancis.
Jalan Braga semakin ramai dan terkenal.
Braga
berasal dari Bahasa Sunda Baraga, yang artinya kurang lebih berjalan
menyusuri sungai. Sesuai dengan namanya, Jalan Braga memang berada di tepian
Sungai Cikapundung. Jalan Braga ini pula yang kemudian membuat Bandung dikenal
sebagai Kota Kembang karena banyak kembang (gadis Sunda) bermekaran di Jalan
Braga.
5). Jalan Asia Afrika
Dari Jalan Braga lurus nanti akan bersua Jalan Asia-Afrika Bandung. Jalan paling tua dan sangat bersejarah
dalam pembentukan Kota Bandung. Jalan Asia-Afrika cukup panjang, mulai dari perlimaan antara Jalan Ahmad Yani, Jalan Sunda,
dan Jalan Gatot Subroto Bandung.
Tepat
di tengah-tengah perlimaan, ada Tugu Dasa Sila Bandung yang pada dindingnya
tergrafir nama-nama negara yang mengikuti Konfrensi Asia-Afrika. Jalan
Asia-Afrika membentang kurang lebih 1 km dari perlimaan hingga Jalan Pos.
Pasca
peringatan ke-60 Konfrensi Asia-Afrika, Jalan Asia Afrika semakin cantik karena
pada sepanjang trotoarnya berdiri kursi-kursi taman untuk beristirahat para
pejalan kaki, pot-pot bunga, bola-bola dunia, dan lampu-lampu yang didesain
mirip dengan jalan-jalan di Eropa.
![]() |
Tugu Titik Nol Bandung (Foto Kang Alee) |
6). Tugu Titik Nol Bandung
Di pertengahan Jalan Asia Afrika ada Tugu Titik Nol Bandung.
Di sinilah titik awal mula Kota Bandung dibangun. Posisinya tepat berseberangan
dengan Hotel Savoy Homan. Hotel bersejarah, tempat para delegasi Konfrensi
Asia Afrika menginap.
Tempat
ini dijadikan titik nol karena pada saat Gubernur Jenderal Belanda, Mr. Herman
Willem Daendels menyuruh membangun membangun kota, Daendels menancapkan
tongkat. Tanah tempat menancapkan tongkat itulah yang sekarang menjadi titik
nol Kota Bandung.
Di
belakang tugu, ada monumen kepala lokomotif yang dibuat tahun 1900. Hingga
sekarang masih terlihat kokoh dan menjadi salah satu heritage Kota Bandung.
Dalam tugu tertulis tanda CLN 18 dan PDL 18. CNL 18 menunjukan daerah timur
Kota Bandung yang terdekat dengan tugu adalah daerah Cileunyi dengan jarak 18
Km. PDL 18 menunjukan daerah barat Kota bandung yang terdekat dengan tugu
adalah Padalarang dengan jarak 18 Km.
7). Gedung Merdeka
Tidak
jauh dari Tugu Titik Nol, ada gedung yang menjadi simbol perjuangan bangsa dari
dua benua, benua Asia dan Afrika. Gedung apa lagi kalau bukan Gedung Merdeka.
Di sinilah, tercipta Dasa Sila Bandung yang menjadi pedoman bangsa-bangsa
terjajah dalam berjuang memperoleh kemerdekaan. Dasa Sila juga menjadi prinsip
dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Dalam Gedung Merdeka ada Museum Konferensi Asia Afrika yang menyimpan seluruh
kenangan bersejarah dalam Konferensi Asia Afrika (KAA). Sangat pantas, jika
Gedung Merdeka dan Museum KAA wajib dikunjungi untuk mengenang jasa para
pahlawan.
![]() |
Ruang Konfrensi Gedung Merdeka yang Sangat Bersejarah (Foto Kang Alee) |
8). Cikapundung Riverspot
Keluar dari Gedung Merdeka, wisatawan
akan langsung diarahkan petugas menuju
Jalan Cikapundung Timur. Di sana ada area bekas lapangan parkir yang diubah
menjadi taman asri Cikapundung Riverspot.
Dalam
area Cikapundung Riverspot ada
deretan bangku persegi empat, berwarna merah menyala yang menggoda untuk segera
disinggahi, sekadar melepas lelah atau menikmati makanan kecil.
Tepat
di depan bangku-bangku ada undakan-undakan lantai meliuk-liuk. Di tengah ruang terbuka antara bangku dan
undak-undakan ada lantai bergaris melingkar-lingkar. Kurang lebih berukuran dua
meter persegi. Di sana ada lubang-lubang kecil serta lampu aneka warna. Pada
saat-saat tertentu, dari lubang pipa tersebut meluncur air mancur, yang
bergerak mengikuti iringan musik.
Jika
malam tiba, saat air mancur tersebut menari-nari mengikuti iringan musik,
terlihat berwarna-warni dan sangat cantik. Cocok sekali untuk relaksasi.
![]() |
Bangku Taman yang Sangat Nyaman (Foto Kang Alee) |
9). Masjid Berarsitek Budaya Tionghoa
Tidak
jauh dari Cikapundung Riverspot, tepatnya di Jalan Banceuy No. 8 Bandung ada
masjid etnis Tionghoa di Bandung, yaitu Masjid Al-Imtizaj. Al-Imtizaj dalam
bahasa Tionghoa Ronghe, yang dalam bahasa Indonesia artinya pembauran.
Masjid dengan arsitek budaya Tionghoa tersebut
cukup menyita siapa pun yang melintasinya. Gapura masjid berbentuk kelenteng,
di atasnya berdiri kubah. Perpaduan yang cukup indah. Setelah melewati gapura
pengunjung menuruni anak tangga menuju pintu masjid.
Bangunan
dalam, pada dinding juga masih tetap mempertahankan budaya Tionghoa, walaupun
tulisannya adalah kalimat syahadat. Masjid ini terbuka untuk siapa pun yang
akan melaksanakan shalat, jadi bukan hanya untuk muslim keturunan saja.
![]() |
Masjid Tionghoa yang Sangat Menyita Mata (Foto Kang Alee) |
10). Penjara Soekarno
Masih
satu kompleks dengan Masjid Al-Imtizaj, ada Penjara Banceuy. Penjara tempat
dahulu Bung Karno diasingkan dan dipenjara di
Bandung. Letaknya di dalam kompleks pertokoan Bancey dan bisa diakses dari Jalan Bancey Bandung.
Penjara
Banceuy dibangun tahun 1877 oleh Pemerintah Belanda. Ada dua sel berada di
sana. Lantai atas untuk tahanan politik, lantai bawah untuk tahanan rakyat
jelata. Luas selnya sangat sempit, hanya 1,5 x 2,5 meter.
Dalam
penjara yang sangat sempit inilah Bung Karno menyusun pidato pembelaan yang dikenal dengan Indonesia Menggugat yang di awal sudah dibeberkan. Di sini masih tersimpan benda-benda yang pernah digunakan
Bung Karno seperti papan untuk tidur, bantal dari karung goni, selimut, pispot,
dan penerangan seadanya.
![]() |
Tempat Tidur Soekarno dalam Penjara Banceuy Bandung (Foto Kang Alee) |
Sebagai
penghormatan, dalam bekas penjara tersebut dipasang foto Bung Karno, Burung
Garuda, Teks Pancasila dengan ejaan lama, sebuah bendera, serta buku dan koran
terbitan lama yang memberitakan pidato pembelaan Bung Karno.
Di
atas pintu penjara yang terbuat dari besi berwarna hitam, ada foto Bung Karno
waktu masih muda dan keterangan keberadaan Bung Karno yang dipenjara sejak
tanggal 29 Desember 1929 hingga Desember 1930.
Sekarang,
tepat di belakang bekas ruang tahanan Bung Karno, ada patung seorang laki-laki
sedang duduk. Tangan kanannya memegang pena dan tangan kirinya memegang sebuah
buku. Patung perunggu berwarna kuning
gelap tersebut seolah-olah sedang berpikir hendak menulis sesuatu yang sangat
penting. Patung siapa lagi kalau bukan patung Bung Karno.
![]() |
Patung Presiden Soekarno (Foto Kang Alee) |
11). Warung Kopi Purnama
Sudah capek jalan? Gimana kalau
istirahat sejenak di Warung Kopi Purnama
untuk melepas lelah. Warung Kopi Purnama, salah satu warung kopi yang berdiri
sejak tahun 1930. Lama sekali, kan?
Letaknya di Jalan Alkateri No. 22 Bandung. Dari penjara
menyebrang Jalan Banceuy, menyusuri Jalan ABC, lalu masuk Jalan Alkateri No.
22, hanya perlu waktu sekitar 10 (sepuluh) menit.
Warung
Kopi Purnama memang berada di distrik perekonomian yang dibangun oleh Belanda.
Pertokoan di sana hampir semua mempertahankan bangunan lama, kalau berubah
mungkin sekadar mengganti warna cat atau menambal tembok yang terkelupas.
![]() |
Bagian Dalam Warung Kopi Purnama yang Khas (Foto Kang Alee) |
Masuk
ruangan, aroma melayu terasa sekali. Lihat saja jendela depan yang berukuran
besar dan diberi teralis dari kayu. Meja, kursi, lemari tempat memajang
beberapa cemilan, dan empat lampu bulat
yang menggantung dari atap. Masih terasa sekali aroma melayunya.
Pada
dinding-dinding bergantung foto-foto bangunan tempo dulu yang mengingatkan
sejarah Kota Bandung, foto-foto artis jaman dulu, dan beberapa kliping liputan
media yang beberapa kertasnya sudah memudar dimakan usia.
Warung
kopi ini terkenal dan tetap bertahan karena hingga sekarang masih tetap
mempertahankan cita rasa kopi khas yang dibuat sejak tahun 1930 lalu. Jangan
lupa, kalau ke sini pesan Kopi Susu dan Roti Kukus Selai Sirkaya. Rasanya
mantab.
![]() |
Kopi Susu dan Roti Kukus Warung Kopi Purnama yang Lezat (Foto Kang Alee) |
12). Masjid Agung dan Alun-Alun
Dari
Warung Kopi Purnama menuju Masjid Agung dan Alun-Alun itu tinggal nyebrang
Jalan Asia-Afrika, lalu menyusuri pertokoan lama. Tidak lebih dari 10 menit
juga sampai. Kenapa musti mengunjungi Masjid Agung? Karena ini salah satu
masjid tertua di Bandung. Didirikan abad ke-19, tepatnya tahun 1812.
Masjid
memiliki dua menara kembar setinggi 81 meter. Kita bisa naik menara untuk
melihat Bandung dengan cukup memberikan infak sebesar Rp.2000,- saja. Luas area
kurang lebih 23.448 M2 dengan luas bangunan 8.575 M2. Mampu menampung 13.000
jamaah.
Sekarang
alun-alun masjid sudah dipercantik dengan rumput sintetis dan tamannya ditata
sedemikian rupa sehingga menjadi salah satu tempat yang nyaman untuk
duduk-duduk. Tak lengkap rasanya ke Bandung kalau nggak mampir ke sini.
![]() |
Masjid Agung dan Alun-Alun Bandung Tampak dari Depan (Foto Kang Alee) |
13). Dalem Kaum
Setelah
muter-muter berwisata Kota Tua, Wisata Sejarah, Wisata Religi, Wisata Kuliner,
Wisata Taman, Wisata Landmark, kini saatnya berwisata Belanja. Tidak jauh-jauh,
kita tinggal melangkah menuju bagian kiri Masjid Agung dan Alun-Alun ada
komplek belanja yang sangat terkenal, komplek Dalem Kaum, terletak di Jalan
Dalem Kaum. Di sini apa pun ada dari mulai yang harga emperan hingga harga
butik.
Selain
menjadi salah satu pusat pertokoan terbesar di Bandung, di Dalem Kaum ada makam
Bupati Raden Adipati Wiranatakusumah II, Bupati Kabupaten Bandung ke-6 yang
berjasa mendirikan Kota Bandung. Pasti pada nggak tahu, kalau dulu Bandung
hanyalah hutan dan rawa-rawa yang sunyi senyap, kan?
Karena
makan pendiri inilah, jalan ini dinamakan Dalem Kaum untuk menghormati beliau.
Dalem Kaum artinya Kanjeng, julukan tertinggi untuk seorang pemangku jabatan.
Jadi, sekalian belanja, sekalian juga nyekar ke pendiri Kota Bandung.
![]() |
Pusat Perbelanjaan Dalem Kaum Surga Para Wisatawan (Foto Kang Alee) |
Masih kuat jalan? Atau mau
puas-puasin cuci mata di pertokoan dan beli oleh-oleh dari Bandung? Kalau masih
kuat jalan, bisa lanjut ke beberapa tempat lagi, tetapi kalau sudah capek kita
sudahi dulu saja dengan menjelajah 13 destinasi saja, hehe.
Oh iya, untuk berwisata ke Bandung
sangat mudah karena banyak penerbangan dan alat transportasi seperti kereta api
atau travel, semua bisa dipesan melalui tiket.com.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
kota bersejarah banget..
BalasHapusBener benget Mas Dhanang
HapusHayuk Mas Ka Bandung, hehe
BalasHapusMasjid agung & alun2 begitu mengesankan...
BalasHapusKayaknya Gedung Indonesia Menggugat dan Masjid Tionghoa-nya belum saya kunjungi. Setelah jalan-jalan ngopi... asyik....!
BalasHapusWah masih banyak tempat yg belum dikunjungi dibandung...tiba tiba tersadar setelah baca tulisan di atas..
BalasHapusJalan merdeka kenangan saya banget, mulaiii mengenang masa lalu neh hehe.
BalasHapusJadi, pengen ka Bandung.
Kalau ke Bandung mau ketempat Kang Alee aja, biar nambah low cost dan dianter. :D
BalasHapusBandung tea, kotanya Paris Van Java,cantik2, jadi pengen ke Bandung.
BalasHapusWah... keren sekali ulasannya, Kang Ali.
BalasHapusSaya itu ada di Bandung cuma di stasiun Bandung terus ke ciwalk saja hehehe.
Besok mau menyempatkan diri ke Bandung lagi.
Mas Baim kalo ke Bandung lagi, kabari aku ya. Aku siap jadi guide.... biar bisa lihat penampakan Mas Baim sebenernya :D #modus
HapusBelum semuanya pernah saya kunjungi. Jadi kangen ke Bandung lagi :(
BalasHapusBandung bertrascormasi menjadi begitu indah.
BalasHapusbener kang euy , balkot tempat terindah yang tak bisa terlupakan mah hahha
BalasHapusMereka yg sdg bermacet2 ria liburan di bandung perlu bgt baca tulisan ini.. :D
BalasHapusbaru setengah dari list di atas yg pernah dikunjungi
BalasHapusah rindu dengan Bandung, lama tak ke sini lagi, beberapa lokasi di atas alhamdulillah sudah pernah saya kunjungi
BalasHapusaku mau cobain Warung Kopi Purnama, kapan nih diajakin ngopi bareng
BalasHapusnice share, keren keren gitu ya wisata bandung
BalasHapusWadaw jadi banyak juga nih waiting list tempat menarik kalo ke Bandung, mesti dicobain satu-satu.
BalasHapusSebagian pernah saya kunjungi hehe
BalasHapusJadi kangen Bandung, jalan kaki menempuh jarak dari Asia-Afrika ke balaikota..
BalasHapusNggak berasa lelah, malah menyenangkan..
Jadi kangen Bandung, jalan kaki menempuh jarak dari Asia-Afrika ke balaikota..
BalasHapusNggak berasa lelah, malah menyenangkan..