Review
Wisata
Alkisah, dahulu di Jawa barat berdiri Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh dipimpin seorang Raja bijaksana
bernama Raden Barma Wijaya Kusuma. Raja memiliki dua Permaisuri, Nyimas Dewi Naganingrum dan Nyimas Dewi Pangrenyep. Dalam
waktu bersamaan kedua Permaisuri tersebut mengandung.
Membidik Legenda Ciung Wanara dengan OPPO F1 Plus Sambil Senyum Manis
Setelah kandungan berusia 9 bulan, Nyimas Dewi Pangrenyep
melahirkan seorang Bayi Laki-laki yang sangat lucu dan tampan. Bayi tersebut diberi nama Pangeran Hariangbanga. Tidak lama kemudian Dewi
Naganingrum pun melahirkan. Dewi Pangrenyep bergegas membantunya. Dewi
Naganingrum melahirkan seorang Bayi Laki-laki yang tidak kalah lucu dan tampan
dari Pangeran Hariangbanga.
Melihat putra Dewi Naganingrum yang
tampan, tesebesit niat jahat di dalam dada Dewi Pangrenyep. Dia ingin menguasai Kerajaan
dan menjadikan putranya sebagai Raja kelak. Dia segera melakukan sesuatu.
Tanpa sepengetahuan siapa-siapa Dewi Pangrenyep
menukar bayi laki-laki Dewi Naganingrum dengan seekor anak Anjing.
Bayi laki-laki kemudian dimasukkan ke dalam keranjang bersama sebutir telur dan dihanyutkan ke sungai.
Tak lama kemudian, di kerajaan terjadi kehebohan. Kabar
yang sangat mengejutkan menggemparkan seluruh Istana. Raja merasa harga dirinya hancur melihat kenyataan Permaisuri yang selama ini dicintainya melahirkan seekor anak Anjing.
Apa yang terjadi kemudian dengan Dewi
Naganingrum? Dewi Naganingrum dihukum dengan dihilangkan nyawanya. Raja meminta
penasehatnya yaitu Ki Lengser untuk menghukumnya.
Ki Lengser yakin, Dewi Naganingrum tidak
bersalah karena dia tahu persis, Dewi Naganingrum melahirkan seorang anak yang
tampan, bukan seekor anjing. Ki Lengser akhirnya meninggalkan Dewi Naganingrum
di sebuah gubug di tengah hutan. Dia membasahi pedangnya dengan darah binatang
untuk membuktikan dia telah menghilangkan nyawa Dewi Naganingrum.
Lantas, bagaimana keadaan Dewi Naganingrum? Apa dia bisa
bertahan hidup? Bagaimana pula dengan putranya? Apa mereka kemudian bertemu? Karena
sangat penasaran beberapa waktu lalu saya benar-benar mengunjungi Situs Ciung
Wanara di Desa Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat
Dari Bandung berangkat sekitar pukul 07.00 dengan beberapa
teman dari komunitas mobil. Tiba di sana sekitar pukul 13.30. Cukup lama
perjalanan, tetapi karena niatnya juga jalan-jalan, jadi santai. Sepanjang jalan
selalu tersenyum ceria demi wisata Indonesia.
Pintu Masuk Situs Ciung Wanara (Diambil di Situ Ciung Wanara, Pada Hari Sabtu 28 Mei 2016) Foto Kang Alee |
Selfie Maksimal di Depan Gong
Perdamaian
Situs Ciung Wanara yang ada di Karangkamulyan adalah sebuah situs purbakala bersejarah
dan situs arkeologi peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh yang
bercorak Hindu-Budha. Begitu tiba di parkiran yang cukup luas, semua merasa
lega.
Terlebih lagi sebelum pintu masuk ada Gong Perdamaian yang
sangat besar. Meski pun tidak semua orang bisa seenaknya masuk, tetapi banyak
yang selfie atau wefie di luar pagar. Mereka kelihatan enjoy selfie atau wefie
karena kamera yang digunakan OPPO F1 Plus. Mereka pun selfie sambil senyum untuk Indonesia.
Sebagai selfie expert,
OPPO F1 Plus memang telah dilengkapi dengan sensor yang canggih pada teknologi
hi-light camera. Teknologi ini menerapkan kustomisasi pada kamera depan 16MP. Camera
depan didukung dengan teknologi sensor ISOCELL 1/3.1 inci dan hi-light camera,
sehingga dapat memberikan sensitivitas cahaya lebih tinggi dibandingkan kamera
smartphone lainnya.
Hi-light camera membuat OPPO F1 Plus memiliki 2X dynamic
range dan gambar yang dihasilkan 4X lebih minim noise. Gambar yang dihasilkan pun
lebih terang, tajam, dan berwarna di hampir seluruh kondisi cahaya.
OPPO F1 Plus juga dipersenjatai dengan berbagai fitur
fotografi terbaru seperti Beautify 4.0 sehingga gambar selfie tampak lebih
alami. Wefie Panorama yang memungkinkan pengguna mengambil gambar grup dengan
sudut lebar 120 derajat. Hasil makin sempurna dengan fitur Screen Flash yang
memanfaatkan cahaya layar perangkat sebagai lampu tambahan.
Banyak Tempat Ajaib
Setelah puas selfie dan wefie di depan Gong Perdamaian, saya
dan temen-temen membeli tiket masuk situs yang harganya sangat murah. Padahal situs
purbakala ini usianya sudah puluhan tahun dan perlu perawatan lebih. Saya lihat
sekeliling tampak terlihat seperti layaknya hutan lindung yang lembab dan
basah. Meski pun bersih, tetapi tampak menyeramkan.
Sangat berbeda dengan penampakan OPPO F1 Plus. Sebagai selfie
expert, tampilan desain OPPO F1 Plus sangat stylish. Eksterior all-metal
unibody serta bezel ultra tipis OPPO F1 Plus menambah kesan elegan dan premium.
Lebih dari itu, OPPO F1 Plus dirancang untuk memberikan kenyamanan saat
digenggam. Dimensi ukuran hanya 151.9X74.3X6.6 MM dan berat hanya sekitar 145
gram sehingga ringan. Lengkungan eksteriornya dibuat khusus untuk menyesuaikan
kontur tangan pengguna.
Meski kondisi Situs Ciung Wanara apa adanya, bukan berarti
saya tidak bisa menikmati. Meski penampakannya berbeda 180 derajat dengan OPPO
F1 Plus bukan berarti saya tak menghargai, sebagai warisan budaya saya tetap menghargai
dan menghormati. Sekali lagi saya terenyum manis untuk Indonesia.
Jalan Setapak di Situ Ciung Wanara (Diambil di Situ Ciung Wanara, Pada Hari Sabtu 28 Mei 2016) Foto Kang Alee |
Batu Pangcalikan
Setelah menyusuri jalan tanah yang basah sambil selfie-selfi,
ambil foto di sepanjang perjalanan yang dikelilingi pohon bambu, san
mendengarkan pemandu kurang lebih sepuluh menit kemudian sampai juga di situs pertama,
yaitu Batu Pangcalikan.
Batu Pangcalikan bentuknya berupa lahan berpagar besi,
terdiri dari tiga halaman. Tiap halaman dibatasi susunan batu dengan ketinggian
sekitar 1 meter dan lebar hampir 0,5 meter. Berdasarkan keterangan pemandu,
pangcalikan merupakan situs singgasana Kerajaan Galuh.
Saya sempat merenung, apa spesifikasi singgasana jaman
dahulu, ya? Dalam bayangan saya singgasana Raja itu tinggi, besar, dan terbuat
dari emas permata, ini hanya tumpukan batu.
Kalau spesifikasi OPPO F1 Plus kan sangat jelas. OPPO F1 Plus
memiliki spesifikasi yang mumpuni dan system operasi yang fungsional. OPPO F1
Plus menyematkan sistem operasi yang telah diperbaharui dengan desain yang
lebih minimalis dan efisien, yaitu ColorOS 3.0 supaya memudahkan multitasking
bagi pengguna.
Sistem operasi baru dalam OPPO F1 Plus ini memiliki kecepatan
35% lebih cepat dibandingkan ColorOS 2.1, kecepatan loading home screen naik
hingga 35%, dan kecepatan instalasi aplikasi meningkat 41%. OPPO F1 Plus juga
dilengkapi dengan prosesor delapan inti Mediatek Helio P10 2.0 Ghz dan 4GB RAM
untuk mengurangi lagging saat membuka banyak aplikasi.
Setelah mencoba melihat kembali, ternyata singgasana Kerajaan
Galuh itu sebuah batu putih tufaan berukuran hampir 1 meter x 1 meter dengan
tinggi sekitar 0.5 meter yang berada di ujung petak.
Batu itulah yang disebut masyarakat sekitar sebagai
pangcalikan. Pangcalikan dalam bahasa Sunda berarti tempat duduk. Singgasana
kerajaan Galuh dulu sesederhana itu. Sayang hanya bisa melihat pangcalikan dari
luar pagar. Ada sekumpulan orang yang entah sedang apa duduk bersila di dekat
pangcalikan.
Bantu Pancalikan (Diambil di Situ Ciung Wanara, Pada Hari Sabtu 28 Mei 2016) Foto Kang Alee |
Sanghyang Bedil
Saya dan teman-teman meneruskan perjalanan mengunjungi situs
lainnya. Tiba di persimpangan ada papan penunjuk yang menginformasikan
keberadaan situs Sanghyang Bedil.
Berdasarkan namanya, saya menebak Sanghyang Bedil mungkin ada
hubungannya dengan senjata bedil.
Situs Sanghyang Bedil berupa
susunan batu berbentuk segi empat. Ada 2 batu panjang yang patah. Satu
batu posisinya tegak dan satu batu lainnya roboh. Nah, batu roboh itulah yang
disebut Sanghyang Bedil karena bentuknya yang mirip bedil atau senapan. Konon
situs itu merupakan tempat untuk
menyimpan senjata.
Mendengar cerita pemandu, lagi-lagi saya tersenyum, ternyata
seru juga kalau mendengar legenda dari pemandu wisata, hehehe.
Panyabungan Hayam
Beberapa meter dari Situs Sanghyang Bedil terdapat lapangan
kecil dengan pohon bungur menjulang di tengahnya. Lapangan kecil inilah tempat
Ciung Wanara mengadu ayamnya dengan ayam milik sang raja. Saya membayangkan
orang-orang zaman dahulu kala melingkar dan melihat aduan ayam di lapangan itu.
Pasti ramai sekali. Coba sudah ada OPPO F1 Plus saat itu, media sosial dengan
sangat cepat ramai oleh foto-foto orang yang melihat sabung ayam dan foto
selfie dengan Raja.
Panyabungan Hayam (Diambil di Situ Ciung Wanara, Pada Hari Sabtu 28 Mei 2016) Foto Kang Alee |
OPPO F1 Plus kan telah didukung dengan jaringan 4G dan
memiliki dua slot Nano SIM. Slot kedua dapat digunakan untuk menambah memori
internal yang hanya 64 GB menjadi 128 GB dengan menggunakan kartu MicroSD.
OPPO F1 Plus juga memiliki kapasitas baterai 2,850 mAh dengan
jenis lithium polymer yang mampu menghasilkan daya tahan hingga 14 jam. Teknologi
pengisian batere daya cepat dengan voltase rendah VOOC Flash Charge membuat
perangkat akan terjaga suhunya saat pengisian ulang. VOOC Flash Charge juga melindungi
tingkat keawetan baterai. Iya, seandainya saat itu sudah ada OPPO F1 Plus …
lagi-lagi saya tersenyum membayangkan semua itu.
Satu hal yang paling menarik di Panyambungan Hayam adalah
pohon bungur yang memiliki tonjolan pada salah satu sisinya. Konon, jika
seseorang dapat berjalan dari tepi lapangan hingga berhasil menyentuh tonjolan
itu sambil menutup mata, maka keinginannya akan tercapai.
Jika belum tercapai, bisa melingkarkan tangan memeluk pohon.
Semakin dekat jarak tangan kiri dan tangan kanan saat memeluk, semakin dekatlah
dengan tujuan.
Lambang Peribadatan
Situs berikutnya yang dikunjungi adalah batu Lambang
Peribadatan. Mungkin ada hubungan dengan cara ibadah zaman kerajan hindu
dahulu. Batu Lambang Peribadatan berupa batu berbentuk bujur sangkar. Ada
pahatan bulat di atas bujur sangkar, mirip puncak candi. Pantas disebut lambang
peribadatan. Batu itu diduga bagian dari puncak candi agama Hindu.
Cikahuripan
Beberapa meter dari Lambang Peribadatan, kami menuruni tangga
dan menemukan bangunan seperti tempat pemandian umum. Tempat tersebut yang
dinamakan Cikahuripan, yaitu pertemuan Sungai Citanduy dan Sungai Cimuntur. Ada
sumur yang konon tidak pernah kering sepanjang tahun. Beberapa teman mencoba mencicipi
kesegaran air sumur yang sudah tersedia di bak. Rasanya, tentu saja tidak jauh
berbeda dengan air pada umumnya.
Batu Panyandaan dan Pamangkonan
Saya dan teman-teman berjalan ke arah timur dari Cikahuripan
menuju Batu Panyandaran. Pada Situs Batu Panyandaran, ada susunan batu
berbentuk segi empat yang memagari beberapa batu besar di tengahnya. Batu di
tengah itu mirip tempat duduk yang bersandar. Situs itulah yang dinamakan Batu
Panyandaan.
Menurut pemandu, di tempat inilah Ciung Wanara dilahirkan
oleh Dewi Naganingrum, kemudian dibuang ke sungai Citanduy. Dewi Naganingrum
konon bersandar di sana selama 40 hari untuk memulihkan tenaga. Maka dari
itulah tempat itu dinamakan Panyandaan yang artinya tempat bersandar.
Tidak jauh dari situs Panyandaan, terdapat Situs Pamangkonan.
Terdapat batu yang disebut Sanghyang Indit-inditan. Batu itu ditemukan di
Sungai Citanduy. Konon batu Sanghyang Indit-inditan itu dapat berpindah tempat
sendiri, makanya diberi nama batu Indit-inditan.
Selain itu, batu tersebut juga memiliki kekuatan gaib
sehingga dipergunakan untuk seleksi prajurit. Hanya orang terpilih saja yang
bisa mengangkat batu tersebut. Ada beberapa temen yang mengangkat, katanya sih,
agak berat.
Makam Adipati Panaekan
Makam Adipati Panaekan menjadi tujuan saya dan teman-teman
berikutnya. Makan seorang Adipati harusnya megah, tapi ini hanya susunan batu
dengan dua nisan sejajar, menghadap ke arah kiblat. Sangat sederhana.
Adipati Panaekan adalah Raja Galuh Gara Tengah yang berpusat
di Cineam. Adipati merupakan gelar yang diberikan oleh Sultan Agung Raja
Mataram. Adipati Panaekan dibunuh oleh adik iparnya sendiri karena masalah
perebutan kekuasaan. Jenazahnya dihanyutkan ke Sungai Cimuntur. Orang-orang
yang menemukan jenazahnya kemudian menguburkannya di dekat Sungai Cimuntur.
Konon, bupati pertama Ciamis berasal dari garis keturunan Adipati Panaekan.
Makam Adipati (Diambil di Situ Ciung Wanara, Pada Hari Sabtu 28 Mei 2016) Foto Kang Alee |
Fhiuh, hampir satu jam mengelilingi Situs Ciung Wanara, ada
banyak hal yang bisa digali dari kekayaan sejarah salah satu kebudayaan
Indonesia di sini. Seandainya situs-situs ini kemudian dibuat aplikasinya untuk
promosi wisata pasti memudahkan wisatawan mengaksesnya.
Apalagi kalau mengaksesnya menggunakan OPPO F1 Plus. Selain
sebagai selfie expert, teknologi OPPO F1 Plus dilengkapi dengan Touch Access
Fingerprint Recognition. Teknologi ini
menjadikan OPPO F1 Plus menjadi produk pertama OPPO yang menggunakan
fingerprint recognition pada bagian penampang depan. Pengguna hanya membutuhkan
waktu 0,2 detik untuk membuka perangkat.
Selain Touch Access Fingerprint Recognition, masih banyak
lagi kelebihan OPPO F1 Plus untuk memanjakan penggunanya, terutama untuk selfie
dengan hasil maksimal. Selfie dan welfie lagi yuk, sambil senyum untuk
Indonesia tercinta.
Sebelum tiba di pintu keluar, pemandu melanjutkan cerita
rakyat Ciung Wanara … tanpa disangka, bayi yang dihanyutkan itu kemudian
dipelihara oleh sepasang petani hingga bayi itu tumbuh menjadi laki-laki yang
sangat tampan, pintar, cerdas, dan instagramble. Mungkin maksudnya enak kalau
difoto pakai OPPO F1 Plus kali, ya, hehehe.
Sepasang petani itu pula yang
menyimpan telur yang disertakan pada keranjang saat bayi dihanyutkan. Telur itu
kemudian ditetaskan di sarang naga hingga menetas dan menjadi seekor ayam
jantan yang gagah. Petani tersebut memberi nama bayi yang ditemukannya dengan
nama Ciung Wanara.
Setelah besar, Ciung Wanara merantau
di Kerajaan Galuh. Dengan gagah berani dia menantang Raja untuk mengadu ayam. Jika
ayamnya kalah, dia rela memberikan nyawanya, tetapi jika ayam Raja kalah, dia
minta hadiah sebagaian Kerajaan Galuh.
Apa yang terjadi kemudian? Ayam Raja
kalah dan Ciung Wanara mendapatkan sebagain kerajaan. Dia kemudian menemukan
ibudannya, yaitu Dewi Naganingrum dan menghukum Dewi Pangreyep yang telah
memisahkannya dengan ayah bundanya. Ciung Wanara kemudian berkumpul dengan
orangtuanya dan menjadi Raja yang bijaksana. []
Previous article
Next article
Waah lengkap sekali om.. sukses yaaa
BalasHapusTerima kasih
HapusDisana ada batu pangcalikan juga ya kang ? di Pangandaran juga ada soalnya.
BalasHapusDan cerita Ciung Wanara, suka banget. Jadi inget bapak saya suka ceritain cerita rakyat
sangat enak sekali bacanya..dan lengkap banget...saya jadi tahu..makasih mas
BalasHapussalam kenal
Jadi ingat zaman SD suka banget dengar cerita dari Legenda, termasuk Ciung Wanara. Pengenlah main kesini, apalagi punya hp Oppo, bisa selfie cantik ya hehe
BalasHapusIsh, jepretan kameranya ciamik ini, kang. Beliin lah satu hehehe... Terakhir kali maen ke Ciamis (Pangandaran) itu udah lamaaa banget, jaman kuliah. Hihi.... Lagi rame-ramenya serial Sembara di tv tuh.
BalasHapusWuaaa kemarin sempet foto pake Oppo F1 hasilnya cakeep, apalagi kalau Oppo F1 plussss hihi
BalasHapusWisata sejarah kaya gini ya penting dikenalin ke anak-anak sejak dini. Biar mereka ngga taunya cuma mall aja. Btw, foto-fotonya cakep-cakep banget kang. Bikin tulisannya jadi ngga ngebosenin, karena ada image yang ciamik.
BalasHapusBatrei nya juara ngak kak ???
BalasHapussekarang percuma spec bangus kalo batrei nya sekarat mulu hehehe