Wisata
Ada taman yang sangat luas dengan saung-saung
untuk duduk-duduk sebelum melewati gapura istana. Nah, view di antara sepasang gapura inilah yang menjadi spot paling cantik yang biasa digunakan wisatawan
untuk berfoto-foto.
Kecantikan Roro Jongrang Tak Pernah Pudar
MENTARI pagi masih terasa hangat
menyentuh kulit, saat tiba di parkiran kawasan Wisata Candi Prambanan. Salah
satu candi Hindu terbesar di Indonesia dan tercantik di Asia. Kawasan Candi
Prambanan terletak di perbatasan bagian timur Jogjakarta dan Jawa Tengah. Tepatnya
di wilayah administrasi Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman.
Setelah memarkir dan memastikan keamanan
kendaraan, saya dan keluarga keluar dari kendaraan membeli tiket. Pengunjung
belum begitu penuh, sehingga antrean di depan loket tidak sampai mengular.
“Mau sekalian ke Candi Boko (Keraton
Ratu Boko)? Ada harga khusus kalau beli tiket terusan ke Candi Boko dan Candi
Prambanan,” tawar penjaga tiket dengan senyum ramah, sambil menyodorkan brosur.
Sejenak, saya membaca brosur dan
menimbang-nimbang sebelum akhirnya membeli tiket terusan. Berhubung bus kecil
yang akan membawa pengunjung ke Keraton Ratu Boko sudah siap, saya dan keluarga langsung
naik bus.
Istana Cantik di Atas Bukit
Sejak memutuskan backpakeran bareng ketiga anak saya dengan membawa kendaraan
sendiri, selain Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Keraton Ratu Boko memang
masuk agenda perjalanan kali ini, hanya tidak menyangka ada tiket terusan.
Saya lihat raut wajah anak-anak sangat
senang. Kelelahan karena menempuh perjalanan dari Bandung, Jawa Tengah, hingga
Jogjakarta yang memakan waktu lebih dari 12 jam melalui jalur selatan seakan
sirna. Apalagi semalaman mereka pulas beristirahat di sebuah penginapan di
dekat keraton Jogjakarta.
Walau saya tetap was-was karena ketiga
anak saya masih kecil dan ini perjalanan darat terjauh yang pernah mereka
tempuh, tetapi saya
senang, akhirnya bisa mengenalkan kepada mereka salah satu Warisan Budaya yang
tak ada duanya di dunia. Si sulung baru sepuluh tahun, yang
kedua delapan tahun, dan si bungsu enam tahun.
“Jauh, Yah?” tanya Rahma anak kedua
saya.
“Tadi bilangnya sepuluh menitan sampai,”
jawab saya sambil memeluk kepalanya.
Bus bergerak menuju arah selatan,
melewati Pasar Prambanan, menuju Piyungan. Benar saja, berapa menit kemudian
tiba di kawasan Keraton Ratu Boko. Kami dan wisatawan lain langsung melewati
pintu penjaga dan naik beberapa anak tangga, melewati koridor beratap pohon
yang menjalar dan kursi-kursi taman. Sepintas, mirip sekali dengan
koridor-koridor istana atau rumah pembesar di Eropa abad ke-8.
Taman di Pelataran Depan Ratu Boko (Foto Kang Alee) |
Koridor Bernuasa Eropa di Ratu Boko (Foto Kang Alee) |
Saya ajak anak-anak menuju bangunan
sebelah kiri gapura. Ada bangunan bujur sangkar dengan ukuran 26M X 26M dan
memiliki dua teras. Menurut info yang saya dapat dari salah seorang pengunjung,
itu tempat pembakaran jenazah. Kurang lebih sepuluh meter dari tempat
pembakaran ada batu berundak dan kolam yang digunakan untuk memandikan jenazah.
Brrr ….! Bulu kuduk mendadak merinding. Kalau
tiba-tiba ada bayangan mayat yang muncul dari pembakaran atau ada suara
memanggil-manggil tanpa wujud kan berabe. Buru-buru saya mengajak anak-anak
meninggalkan bangunan tersebut menuju bangunan sebelah kanan gapura.
Setelah melewati halaman yang cukup luas
dan lapang, terlihat reruntuhan sepasang paseban
(ruang tunggu tamu sebelum menemui raja). Paseban sebelah timur memiliki
panjang 24.6M, lebar 13.3M, dan tinggi 1.16M. Sedang paseban sebelah barat
memiliki panjang 24.42M, lebar 13.34M, dan tinggi 0.83 meter.
Gerbang Ratu Boko yang Sangat Cantik (Foto Kang Alee) |
Spot Paling Favourite untuk Foto-Foto (Foto Kang Alee) |
Kemudian ada reruntuhan pendopo istana
yang mempunyai panjang 40,80M, lebar 33,90M dengan ketinggian 3,45M. Konon,
bagian dasar dan atap pendopo dahulu di kelilingi batu adesit dengan dinding
berasal dari batu putih.
Setelah melewati pendopo, sampailah di
keputren, tempat pemandian keluarga kerajaan. Pemandian ini dahulu menjadi
salah satu sentral pengairan yang memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat
sekitar.
Perjalanan mengunjungi Istana Ratu Boko berakhir
di Gua Istana. Goa Wadon (Gua Perempuan) dan Goa Lanang (Gua laki-laki). Gua
yang berada di bawah dinamakan Goa Wadon karena di sana ditemukan relief yang
menggambarkan jasad perempuan (simbol Yoni) di depan pintu. Gua yang di atas dinamakan
Goa Lanang karena ditemukan relief yang menggambarkan seorang laki-laki berada
di atas bukit. Kedua gua tersebut dahulu digunakan sebagai tempat semedi.
Keraton Ratu Boko dibangun sekitar abad
ke-8 hingga ke-9 masehi. Perkiraan
tersebut berdasar pada prasasti yang bertuliskan tahun 792. Prasasti yang
ditorehkan pada zaman kerajaan Rakai Pikatan. Pada sekitar tahun 856 masehi seseorang
bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni (bawahan Rakai Pikatan) mengubah Bukit Boko tersebut
menjadi tempat tinggal.
Sejenak saya menghirup udara Bukit Bobo
dalam-dalam, sekadar untuk melegakan perasaan. Udara terasa sejuk dengan aroma
pegunungan dan bebatuan.
Keraton Ratu Boko walaupun tidak seterkenal
Candi Borobudur atau Candi Prambanan, ternyata menyimpan kecantikan dan
kemegahan tersendiri. Struktur bangunan keraton yang bercorak Hindu dan Budha tersebut
hampir mirip dengan struktur istana-istana di negara lain. Ini membuktikan, arsitektur
dan sosiologi kemasyarakatan, masyarakat jawa jaman dahulu, sudah berkembang.
Cantiknya Candi Prambanan
Setelah puas melihat-lihat Keraton Ratu
Boko, saya dan beberapa wisatawan kembali menuju kawasan Candi Prambanan. Tepat
di pintu masuk area candi, seluruh pengunjung disodori kain batik warna biru
oleh penjaga untuk dipakai wisatawan.
Berdiri di pelataran depan candi rasanya
luar biasa. Candi terlihat begitu cantik dan sakral. Ini pertama kali saya
menginjakan kaki di sini. Saya yang sudah mengenal Candi Prambanan lewat
beberapa literatur saja takjub luar biasa saat melihatnya, apalagi anak-anak.
Mereka langsung berteriak-teriak kegirangan sambil berlari secepat mungkin
untuk menelusuri seluruh bangunan candi.
“Kita boleh naik, Yah?” si Bungsu paling
antusias, diikuti si Sulung.
“Ini beneran dari batu, Yah?” Rahma,
anak kedua saya yang memang tingkat ke-kepo-annya
luar biasa tidak yakin candi di depannya tersusun dari bebatuan.
“Iya, dari batu. Nanti setelah kita
keliling candi, kita buktikan dengan nonton film dokumenternya, ya,” jelas saya
beberapa saat kemudian.
Candi Prambanan dibangun abad ke-10,
pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Tinggi candi mencapai
sekitar 47 M, lebih tinggi dari Candi Borobudur yang hanya 42 M.
Siapa pun Akan Takjub Melihat Keindahannya (Foto Kang Alee) |
Candi Prambanan terdiri dari tiga candi
utama; Candi Wisnu, Candi Brahma, dan Candi Siwa. Ketiga candi tersebut menjadi
lambang Trimurti (dalam kepercayaan Agama Hindu). Ketiga candi tersebut
menghadap ke timur.
Setiap candi memiliki satu candi
pendamping yang menghadap ke barat, sehingga saling berhadap-hadapan. Ada Candi
Nandini yang berhadapan dengan Candi Siwa, Candi Angsa yang berhadapan dengan Candi
Brahma, dan Candi Garuda yang berhadapan dengan Candi Wisnu.
Selain candi-candi tersebut, masih ada
candi lainnya, yaitu dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut. Pada
halaman luar, yang mengitari candi utama terdapat kurang lebih 224 candi.
Candi-candi di halaman luar tidak dipugar karena sudah tinggal puing-puing
candi.
Deretan Candi yang Mengagumkan (Foto Kang Alee) |
Dalam Candi Siwa yang bangunannya paling
tinggi dan terletak tepat di tengah-tengah, ditemukan empat ruangan. Satu ruang
utama berisi Arca Siwa dan tiga ruang lainnya berisi Arca Durga (Istri Dewa
Siwa yang dikenal sebagai Roro Jongrang), Arca Agastya (Guru Dewa Siwa), dan Arca
Ganesha (Putra Dewa Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai Roro
Jonggrang yang mashur dalam legenda terjadinya Candi Prambanan.
Tak henti-henti, anak-anak berdecak
kagum setiap menaiki candi dan melihat arca yang ada di dalam candi.
Keingintahuan mereka seolah tak terpuaskan sebelum menyentuh satu persatu arca
yang ada di sana. Belum lagi pertanyaan demi pertanyaan yang mengalir seolah tanpa
jeda.
Tetap Mengagumkan (Foto Kang Alee) |
Menanmkan Kecintaan Sejak Kecil (Foto Kang Alee) |
Kecantikan Candi Prambanan Pernah Pudar
Menurut beberapa literasi, pada sekitar
tahun 930-an, Ibu Kota kerajaan pindah ke Jawa Timur. Penyebab kepindahan Ibu
Kota kemungkinan besar disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang menjulang di
utara Candi Prambanan. Kepindahan tersebut mengakibatkan candi terlantar.
Kecantikan candi pelan-pelan memudar
hingga kemudian runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun telah
memudar dan tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan tempat ibadah umat Hindu,
candi masih diketahui oleh masyarakat sekitar. Pudarnya kecantikan Candi
Prambanan inilah yang mengilhami cerita rakyat Jawa Tengah, yaitu Legenda Roro
Jonggrang.
Sekitar tahun 1733, seorang
berkebangsaan Belanda bernama CA. Lons menemukan kembali keberadaan candi.
Candi kemudian semakin dikenal saat Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan
Sir Thomas Stamford Raffless (penemu Bunga Rafflesia) melakukan penyelidikan.
Pemugaran candi secara besar-besaran
baru dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya
dimulai pada tahun 1930-an oleh arkeolog-arkeolog dari Belanda. Pada tahun
1942, pemugaran diserahkan kepada putra bangsa hingga benar-benar siap dibuka
untuk publik.
Pada tahun 1991, Candi Prambanan masuk
dalam Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Hingga sekarang ada beberapa bagian
candi Prambanan yang masih direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yogyakarta tahun 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.
Hampir satu jam saya dan anak-anak
mengelilingi candi sekaligus menjelaskan panjang lebar candi-candi utama di
kawasan Candi Prambanan. Kelihatannya mereka sangat puas dan cukup untuk
menambah pengalaman dan pengetahuan. Saya kemudian mengajak anak-anak keluar
untuk beristirahat.
Dalam kawasan Candi Prambanan yang
sangat luas masih ada candi-candi lain yang bisa ditempuh dengan kereta yang
disediakan pengelola wisata atau dengan menyewa sepeda. Kami lebih memilih
rame-rame menyewa sepeda untuk menyusuri beberapa destinasi lain dalam kawasan
Candi Prambanan. Ada Candi Sewu, Candi Budha, dan Museum Purbakala.
Tanpa terasa, hampir tiga jam lebih kita
berwisata di kawasan Candi Prambanan, lelah tetapi sangat menyenangkan. Keluar
kawasan kita membeli oleh-oleh yang dijual di luar kawasan. Arena oleh-oleh
terlihat rapi dan bersih, sehingga wisatawan senang memilih oleh-oleh.
Sebelum meninggalkan Candi Prambanan, wisatawan
bisa mengisi perut di rumah makan-rumah makan yang ada di sekitar kawasan.
Banyak rumah makan dengan berbagai menu, sehingga kita bisa memilih sesuai
dengan selera dan kantong kita.
Saya memilih sebuah tempat makan yang
menyediakan menu makanan jawa. Ada sayur asem, tempe, tahu, ikan, dan tentu
saja pete dan jengkol. Ditambah ikan asin dan sambel terasi, makan siang terasa
lahap sekali.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Jalan-jalan sambil belajar ini namanya, ya. Biasanya belajar seperti ini lebih diingat daripada sekadar belajar di kelas ^_^
BalasHapusBener banget
HapusPonakan ku ngak demen di ajak ke candi2 gini, kata nya bosan ihik ihik ihik
BalasHapusWkwkwkw ... jangan-jangan ponakannya penghuni candi neh :D
HapusSaya tertarik denger ada shuttle bus dari Prambanan ke Boko. Sayang ya bis terakhir berangkat jam 15.00. Padahal saya kepingin bis yang lebih sore, soalnya nungguin sunset di Boko-nya nanti jadi kelamaan.
BalasHapus