Wisata
Menerobos Lawang Sewu dan Klenteng Sam Poo Kong di Kota Semarang
LIBUR lebaran tak akan
berkesan tanpa jalan-jalan, kira-kira begitu kalimat yang sering kita dengar.
Pada kenyataannya, libur lebaran memang banyak dimanfaatkan keluarga untuk
jalan-jalan. Selain refreshing juga mengeratkan tali silaturahmi antar keluarga.
Seperti yang saya lakukan pada detik-detik hari terakhir liburan, saya dan keluarga
pun menyempatkan jalan-jalan, kali ini backpakeran sehari di Semarang, Ibu
Kota-nya Jawa Tengah.
Karena starnya dari
Tegal, lebih mudah menggunakan kereta, jadilah sehari sebelumnya cari tiket dan
dapat Kereta Kaligung untuk pemberangkatan pukul 05.00 dan untuk pulang
menggunakan Kereta Kamandaka pukul 17.00.
Jadilah, pagi-pagi
sekali terjadi huru-hara kecil karena semua harus siap-siap ke Stasiun Tegal
pagi-pagi sebelum subuh, supaya tiba di stasiun bisa shalat subuh.
Alhamdulillah, sesuai rencana, rombongan pun tiba di stasiun pas azan subuh
berkumandang.
Tak berapa lama
kemudian kami semua sudah meninggalkan Stasiun Tegal menuju Stasiun Poncol
Semarang. Saya lihat anak-anak senang karena baru kali ini mereka bepergian
dengan kereta.
Kurang lebih dua (2)
jam kemudian, kereta tiba di Stasiun Poncol. Sebelum eksplor semarang ,
terlebih dahulu sarapan Nasi Pecel di warung nasi depan stasiun yang sudah
dipenuhi pengunjung. Setelah semua kenyang langsung cari halte terdekat yang
ada di seberang stasiun. Naik bus Trans Semarang menuju tujuan pertama, Lawang
Sewu. Tidak lebih dari sepuluh (10) menit bus berhenti di halte BRT depan
kampus Udinus dan semua turun dengan penuh ceria.
Lawang Sewu
Dari halte langsung ngabring menuju Tugu Muda di Komplek
Tugu Muda, Jl. Pemuda, Sekayu, Kota Semarang, Jawa Tengah dan menikmati
Semarang di pagi hari. Lanjut mengunjungi Lawang Sewu yang memang berada di
dekat Tugu Muda. Karena masih pagi jadi antrean tidak terlalu panjang. Kami pun
keliling ditemani seorang pemandu.
Setelah melewati pintu
masuk, diarahkan menuju ruang pameran yang berisi foto-foto yang dipajang
dengan sangat menarik. Sebetulnya saya ingin sekali berlama-lama di ruangan
tersebut, apa daya harus mengikuti anak-anak dan pemandu.
Lawang Sewu merupakan
salah satu landmark Kota Semarang yang sangat ikonik. Bangunan peninggalan
Belanda paling mistis, tetapi paling dijadikan tujuan utama ketika berkunjung
ke Semarang.
Lawang Sewu merupakan
Bahasa Jawa yang artinya seribu pintu. Tempat ini dibangun pemerintah kolonial
Belanda pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Bangunan megah tersebut
dahulu digunakan sebagai kantor NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij),
sebuah jawatan perkeretaapian swasta yang dimiliki oleh pemerintah Belanda zaman
dahulu.
Setelah Belanda pergi
meninggalkan Semarang, bangunan Lawang Sewu menjadi milik pemerintahan Jepang
pada tahun 1940-an dan diubah menjadi tempat peristirahatan tentara Jepang. Tragisnya,
ruangan bawah tanah, digunakan sebagai tempat pembantaian kaum pribumi, pemuda
Indonesia serta tahanan Belanda. Maka tak heran jika sering terdengar kisah
mengerikan atau horor dari Lawang Sewu mengingat kisah kelam masa lalu dari tempat tersebut.
Lawang Sewu sendiri,
menjadi salah satu saksi bisu dari kekejaman pemerintahan Jepang yang tega
menyiksa para tahanan, penduduk pribumi, dan orang-orang yang tidak bersalah.
Setelah Jepang pergi
dari Indonesia pada tahun 1945, Lawang Sewu diambil alih pemerintah Indonesia
dan resmi menjadi kantor dari beberapa institusi pemerintah Indonesia seperti Djawatan
Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) yang sekarang dikenal sebagai PT. KAI, Kantor
Prasaran Komando Daerah Militer atau (Kodam IV/Diponegoro), dan Kantor Kementrian
Perhubungan yang ada di Jawa Tengah.
Selain ruang bawah
tanah yang misteri, ada hal menarik yang perlu kita tahu dari Lawang Sewu,
seluruh ruangan di sana menggunakan AC alami, jadi meski pun Semarang panas,
ruangan di Lawang Sewu tetap dingin.
Klenteng Sam Poo Kong
Setelah berkeliling di
Lawang Sewu, kami langsung menuju salah satu kuil terbesar di Semarang, Klenteng
Sam Poo Kong. Agak mengubah rencana sih, karena awalnya setelah dari Lawang
Sewu menuju Kampung Pelangi.
Supaya mudah, saya
langsung buka aplikasi booking kendaraan online menggunakan internet lancar XL.
Begitu buka langsung ada yang nyaut. Beneran deh, XL membantu banget selama
kami berwisata di Semarang karena mulai dari googling lokasi wisata hingga
booking kendaraan online pakai XL lancar banget.
Belum lagi selama di
lokasi acara bisa apdate medsos, kirim foto di group WA, plus livegram, hehehe.
Maaf ya, kalau keseringan update, soalnya pakai XL sih, jadi semua lancar dan
dimudahkan.
Kami langsung pesan
tiga (3) kendaraan dari tiga (3) gadget dan langsung ready hanya dalam hitungan
menit. Satu persatu kami meluncur menuju Kuil Sam Poo Kong di Jalan Simongan No.129,
Bongsari, Kota Semarang, Jawa Tengah. Alhamdulillah jalanan sangat lancar,
bahkan saya sempat top-up e_money buat pembayaraan booking kendaraan online.
Suasana Klenteng Sam
Poo Kong sudah ramai karena masih dalam suasana libur Lebaran. Setelah mengabadikan
kenangan di pintu gerbang dan membeli karcis, kami masuk ke dalam.
Mungkin karena memang
lagi libur lebaran, jadi banyak sekali tenda penjual makanan di sana. Agak mengganggu
sih, tetapi nikmati aja, toh tenda mereka ada di dekat pintu masuk hingga
panggung utama.
Klenteng Sam Poo Kong
wajib dikunjungi karena penuh dengan jejak sejarah umat Muslim di Indonesia. Dalam
sebuah catatan yang saya baca, pada sekitar Abad 14, seorang penjelajah samudra
bernama Cheng Ho atau Zheng He atau Haji Mahmud Shams tiba di Kota Semarang.
Cheng Ho dikenal
sebagai seorang pelaut dan penjelajah dari daratan Cina yang melakukan
pelayaran antara tahun 1405 hingga 1433.
Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak dari Haji Ma Ha Zhi dan
ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun Yang. Cheng Ho menjadi salah
seorang kepercayaan Kaisar Cina Yongle yang berkuasa dari tahun 1403 hingga
1424 dari Dinasti Ming.
Sejarah mencatat, kapal
laut Cheng Ho besarnya tujuh (7) kali lebih besar dari kapal yang digunakan
Culombus, si Penemu Benua Amerika.
Begitu tiba di dalam
kawasan klenteng, mata saya langsung kelilipan warna merah yang mendominasi
bangunan. Ada bangunan klenteng yang sangat besar dan dijadikan panggung dan beberapa
bangunan klenteng yang mengitari lapangan dan asli saya tidak sempat menjelajah
karena keterbatasan waktu.
Bangunan utama Klenteng
Sam Poo Kong adalah sebuah gua batu yang dahulu digunakan Laksamana Cheng Ho untuk
melakukan ibadah sholat. Uniknya, Laksamana Cheng Ho juga menjadikan gua itu
sebagai tempat beribadah untuk para awak kapalnya yang beragama Budha. Tidak
heran kalau di sekitarnya juga berdiri sebuah klenteng.
Konon, gua asli sudah
runtuh karena longsor pada tahun 1704, ketika itu Laksamana Cheng Ho sudah melanjutkan
perjalanannya. Akan tetapip, gua batu yang memiliki mata air yang tak pernah
kering tersebut dibangun kembali sebagai duplikatnya karena dipercaya sebagai
petilasan dan tempat yang pernah ditinggali Laksamana Cheng Ho atau Sam Po Tay
Djien.
Selain Gua Batu, dalam kawasan
Klenteng Sam Po Kong ada beberapa
bangunan pemujaan utama Klenteng Besar, Klenteng Tho Tee Kong, dan beberapa
tempat pemujaan yang dikenal dengan Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik
Bumi, dan Kyai Tumpeng.
Pengunjung biasanya datang
ke klenteng untuk berziarah dan melakukan ritual yang dinamakan Ciam Si, melihat
suatu keberuntungan peziarah di masa depan. Ritual dengan membakar hio atau
dupa di dalam gua batu lalu melemparkan kepingan di depan altar sembahyang yang
ditandai dengan Im dan Yang. Apabila hasil lemparan tersebut salah satu keping
terbuka dan satunya lagi tertutup, dipercaya pengunjung akan memperoleh
keberuntungan.
Ada juga cara lainnya,
yaitu peziarah melemparkan sekumpulan batang bambu secara acak, lalu apabila
terdapat batang bambu yang jatuh di hadapan altar sembahyang, batang bambu
tersebut tinggal diserahkan kepada petugas/ juru kunci yang ada di sana. Petugas
kemudian mengambil selembar kertas yang telah dinomori 1 sampai dengan 28.
Nomor yang diambil tentu disesuaikan dengan batang bambu yang jatuh. Kertas
yang bernomor tadi adalah berisi syair-syair dengan maknanya akan diterjemahkan
oleh juru kunci. Dipercaya itu merupakan gambaran bagian dari peruntungan nasib
pengunjung yang melakukan ritual Ciamshie di masa depan.
Ah, sebetulnya saya
ingin berlama-lama di sana, apa daya hari sudah semakin siang dan harus
melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Jawa Tengah. Setelah ini masih ada
cerita lanjutannya, lho, jadi tunggu ya ...
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Lawang sewu kece banget buat poto2. Ngga ke goa kreo kang? Seru loo ��
BalasHapusIya, tapi belum puas explorasi, hehe.
HapusNanti ke Gua Kreo kalau ke sana lagi
Awas... Lawang Sewu angker lhoo
BalasHapusHihi, iya bikin merinding disko
HapusSeru sekali Kang Alee, semoga bisa boyong keluarga juga buat jalan-jalan
BalasHapusBener banget ... amiiin, semoga ya Erna
HapusBagus banget ya, bisa foto kece nih di sini. Ajak keluarga makin seru. Jalan-jalan makin asyiik
BalasHapusIyesss banget
HapusAlhamdulillah saya udah ke Lawang Sewu dan Sam Poo Kong, LW 3 kali sedangkan SPK 2 kali. Seru sekali ke sana karena selain tempatnya bersejarah juga instagramable banget.
BalasHapusPengin ke sana lagi, kemarin belum puas
HapusHwaaaa aku rindu semaraaaaaang jadinyaaaaa
BalasHapusGitu ya, hehe
HapusBelum sempat explore lebih jauh, nanti next perjalanan
BalasHapuseh ternyata saya baru komentar. kemarin berarti bukan komentar di kang Ali hehe, maaf.
BalasHapus.
Ngomongin Semarang, emang Lawang Sewu jadi destinasi wajib. Semoga esok bisa main2 ke sini.
Oalah kirain berangkat dari Bandung mas.
BalasHapusDirimu ke sana pas arus balik mudik jd lbh enakan ya kyknya?
Pengen banget eui liat Semarang dan destinasi wisatanya. Di sana udah ada kendaraan online y? Jd lbh enak kemana2nya TFS
Wah, serunya
BalasHapuswah sudah lama nih ga ke sam po kong...foto2nya kece2 kang ali...anak2ku suka buku karanganmu lho mas terutama yang aku suka pakai kaus kaki sendiri (betul ndak ya?)
BalasHapusLawang Sewu tampaknya makin cantik saja, nih. SAya ke sini sekitar 3 tahut lalu, dan nyesel enggak terlalu banyak bikin foto. Haha
BalasHapusAda rencana ke dua tempat ini nih....
BalasHapusGereja Mledug (bener gak nih namanya? ��)juga
ane aja yang deeket belum pernah ke cheng ho :D
BalasHapusSeru kayakny liburan ke lawang sewu ya mas ...
BalasHapusWah pada nongol tuh Bang, hehehehe. Btw saya sering ke Semarang tapi belum pernah berkunjung ke wisatanya huhuhu...
BalasHapuspas ke Lawang Sewu pas malam dong kang widih merinding tiada henti apalagi pas foto pose kayak kang ali gitu tau2 ada yang jebretin pintunya langsung ngacir hahaha
BalasHapus