Info
Wisata
Saya Paling Suka Jalan-Jalan ke Semarang Pakai Kereta
ENTAH
sudah berapa kali saya jalan-jalan ke Semarang, tetap saja rasanya selalu
kangen dengan suasana Ibu Kota Jawa Tengah tersebut. Jika kangen sudah melanda
saya pasti akan ke semarang naik kereta pesan lewat
Traveloka.
Seperti
beberapa waktu lalu, saat liburan panjang tinggal sisa beberapa hari dan
anak-anak menagih untuk jalan-jalan. Tanpa berpikir panjang lagi langsung cari
tiket kereta. Beruntung banget, masih ada beberapa seat yang masih avalable
dalam satu gerbong.
Pada
hari yang telah ditentukan, saya dan keluarga naik kereta menuju Stasiun Tawang
Semarang. Karena sudah malam, anak-anak di kereta langsung terlelap. Mereka
terbangun pagi hari saat tiba di Stasiun Tawang.
Setelah
sejenak menikmati Stasiun Tawang, kita sarapan Nasi Ayam, salah satu makanan
khas Semarang. Rasanya kalau ke Semarang tidak sarapan Nasi Ayam tidak lengkap.
Setelah
semua kenyang, kami sengaja menuju halte bus terdekat dari Stasiun Tawang. Kami
ingin menikmati pagi di Semarang dengan naik bus Trans Semarang. Bus cukup
penuh, tetapi kami sangat nyaman. Kami berhenti di halte bus depan kampus
Udinus. Pagi ini kami ingin menikmati Lawang Seru, salah satu Landmark Kota
Semarang yang tidak boleh dilewatkan.
Bangunan Seribu Pintu
Kami
berjalan beriringan menuju Tugu Muda di Komplek Tugu Muda, Jl. Pemuda, Sekayu,
Kota Semarang, Jawa Tengah lalu menuju tiket masuk Lawang Sewu yang memang
berada di dekat Tugu Muda. Karena masih pagi jadi antrean tidak terlalu
panjang.
Oleh
pemandu, kami diarahkan menuju ruang pameran yang berisi foto-foto dan
ilustrasi yang dipajang dengan sangat menarik. Sebetulnya saya ingin sekali
berlama-lama di ruangan tersebut, apa daya harus mengikuti anak-anak dan
pemandu.
Lawang
Sewu merupakan salah satu landmark Kota Semarang yang sangat ikonik. Bangunan
peninggalan Belanda paling mistis, tetapi paling dijadikan tujuan utama ketika
berkunjung ke Semarang.
Lawang
Sewu merupakan Bahasa Jawa yang artinya seribu pintu. Tempat ini dibangun
pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907.
Bangunan megah tersebut dahulu digunakan sebagai kantor NIS
(Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij), sebuah jawatan perkeretaapian
swasta yang dimiliki oleh pemerintah Belanda zaman dahulu.
Setelah
Belanda pergi meninggalkan Semarang, bangunan Lawang Sewu menjadi milik pemerintahan
Jepang pada tahun 1940-an dan diubah menjadi tempat peristirahatan tentara
Jepang. Tragisnya, ruangan bawah tanah, digunakan sebagai tempat pembantaian
kaum pribumi, pemuda Indonesia serta tahanan Belanda. Maka tak heran jika
sering terdengar kisah mengerikan atau horor dari Lawang Sewu mengingat kisah kelam masa lalu dari tempat tersebut.
Lawang Sewu dari Tugu Muda (Foto Ali) |
Lawang
Sewu sendiri, menjadi salah satu saksi bisu dari kekejaman pemerintahan Jepang
yang tega menyiksa para tahanan, penduduk pribumi, dan orang-orang yang tidak
bersalah.
Setelah
Jepang pergi dari Indonesia pada tahun 1945, Lawang Sewu diambil alih
pemerintah Indonesia dan resmi menjadi kantor dari beberapa institusi
pemerintah Indonesia seperti Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI)
yang sekarang dikenal sebagai PT. KAI, Kantor Prasaran Komando Daerah Militer
atau (Kodam IV/Diponegoro), dan Kantor Kementrian Perhubungan yang ada di Jawa
Tengah.
Selain
ruang bawah tanah yang misteri, ada hal menarik yang perlu kita tahu dari
Lawang Sewu, seluruh ruangan di sana menggunakan AC alami, jadi meski pun
Semarang panas, ruangan di Lawang Sewu tetap dingin.
Klenteng Sam Poo Kong yang Megah
Setelah
puas mengelilingi Lawang Sewu, kami menuju salah satu klenteng terbesar di
Semarang, Klenteng Sam Poo Kong. Meski belum begitu siang, Klenteng Sam Poo
Kong sudah ramai.
Kami
sengaja mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong karena penuh dengan jejak sejarah
umat Muslim di Indonesia. Dalam sebuah catatan yang saya baca, pada sekitar
Abad 14, seorang penjelajah samudra bernama Cheng Ho atau Zheng He atau Haji
Mahmud Shams tiba di Kota Semarang.
Cheng
Ho dikenal sebagai seorang pelaut dan penjelajah dari daratan Cina yang
melakukan pelayaran antara tahun 1405 hingga 1433. Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak
dari Haji Ma Ha Zhi dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun
Yang. Cheng Ho menjadi salah seorang kepercayaan Kaisar Cina Yongle yang
berkuasa dari tahun 1403 hingga 1424 dari Dinasti Ming.
Kemegahan Klenteng Sam Poo Kong (Foto Ali) |
Sejarah
mencatat, kapal laut Cheng Ho besarnya tujuh (7) kali lebih besar dari kapal
yang digunakan Culombus, si Penemu Benua Amerika.
Bangunan
utama Klenteng Sam Poo Kong adalah sebuah gua batu yang dahulu digunakan
Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ibadah shalat. Uniknya, Laksamana Cheng Ho
juga menjadikan gua itu sebagai tempat beribadah untuk para awak kapalnya yang
beragama Budha.
Karena
matahari mulai berada di atas kepala, kami kemudian menuju Masjid Agung
Semarang yang cukup megah untuk shalat zuhur, istirahat, dan makan siang di
sekitar masjid.
Bernostalgia di Kota Lama
Menjelang
sore, kami menuju Kota Lama, salah satu destinasi wisata di Semarang yang penuh
dengan bangunan tua.
Dari
referensi yang saya baca, Kota Lama Semarang berdiri sejak abad 18, ketika pemerintah
dipegang oleh Hindia Belanda. Dahulu di sini menjadi pusat perekonomian dan
budaya masyarakat Jawa Tengah sekaligus menjadi pusat pemerintahan Hindia
Belanda di Jawa Tengah.
Salah Satu Mural di Kota Lama (Foto Ali) |
Dahulu,
beberapa etnis berkumpul menjadi satu di Kota Lama Semarang. Sebut saja
misalmnya di bagian utara yang dipotong oleh Kali Mberok terdapat kawasan
kampung melayu yang beragama islam dengan peninggalan berupa Masjid Layur
(Masjid Menara).
Pada
sisi barat terdapat kawasan orang Jawa islam dengan dibangunnya Masjid Kauman
Semarang. Sisi bagian selatan pemukiman
keturunan cina yang berkumpul menjadi satu membentuk kawasan Pecinan Semarang.
Tepat
di tengah-tengah Kota Lama Semarang berdiri bangunan kuno dengan arsitek yang
cukup apik dan dipertahankan hingga saat ini. Masyarakat menamai bangunan
tersebut dengan nama Gereja Blenduk.
Fhuih
... tanpa terasa, hari mulai sore, setelah puas menjelajah Kota Lama, kami
segera menuju penginapan yang telah kami pesan dan besok melanjutkan jelajah
Kota Semarang, termasuk jelajah kulinernya. Jangan lupa, kalau ke Semarang naik
kereta pesan lewat traveloka.
Previous article
Next article
Kulinernya kemarin yang dicobain apa ajaaaa kak? Tulis juga dooong hehe. Aku juga suka Semarang ya walau baru sekali ke sana haha. Kala itu belum ke Sam Poo Kong, next kalau ke SMG mau ke SPK deeh, ada sejarah ttg umat muslim ternyata
BalasHapusSemoga bisa traveling ke Semarang dan mengunjungi Lawang Sewu, termayuk ke Klenteng Sam Poo Kong nya
BalasHapusTerima kasih banyak untuk sharing travel story nya, Kang. ^_^
Kalo baca lawang sewu kami jadi inget kayak cerita rumah mewah hingga kastil-kastil di eropa jaman dulu yang pasti ada basementnya buat aneh-aneh.. hiii ngeri..
BalasHapusdari bahasa Spoorweg inilah makanya penduduk menyebutkan bahasa jawa kereta api adalah sepur.. numpak sepur alih bahasa dari spoor
BalasHapusSaya juga sudah pernah kesana kang ali.. tapi bangunan bawah tanah gak boleh dimasuki ya dan di lantai 2 cuma dipakai untuk event foto khusus.. Di lantai 3 yang kayak lapangan badminton itu juga agak sereem.
Sam poo kong jg seru buat foto-foto
Aku penasaran dengan lawangsewu mas seperti apa sih itu tempat dan kenapa beli tiketnya harus di travelloka kak? Apakah lagi banyak diskon? Penasaran nih aku kak coba check ah.
BalasHapus.
Tapi overall semarang banyak tempat yg bagus untuk wisata ya kak
itu lawang sewu, ilmiahnya dinginnya AC alami ya kang. Tapi banyak dihubungkan dngan mistis juga hihi kan kalau dingin katanya ada yang gaib2 lewat :D
BalasHapusSetelah lihat foto-foto diatas jadi pengen liburan ke Semarang, kapan kita bisa touring bareng kang. Karna aku pun belum pernah ke Semarang.
BalasHapusBelum pernah ke Semaeang, pengen deh jalan-jalan ke sana sekeluarga, naik kereta kayaknya seru, moga ada rezekinya bisa ke sana
BalasHapusIni objek - objek wisata favorit saya juga kalau ke Semarang, Kang. Tempatnya bagus dan bersejarah
BalasHapusAku juga kalau ke semarang lebih senang berangkat dan pulang naik kereta. Soalnya sepanjang perjalanan bisa memandang apalagi melihat pantai dilintasan pinggiran kereta. Tuh kan jadi kangen dengan kota ramah dan bersih ini.
BalasHapusSemarang...
BalasHapusSelalu nginepnya di hotel daerah Simpang Lima dan tak lupa sholat di Masjid Agung Semarang untuk melihat Al-Qur'an besar di masjid tersebut.
Lawang Sewu suka bikin rada gimanaa...gitu pas ke lantai duanya.
Hehhee...aku gocik anaknya.
Thanks for sharing, sukses terus,.
BalasHapus