Green Jobs Itu Sangat Menggiurkan, Mudah Dijalankan, dan Peluangnya Sangat Besar
SUATU kali, di beberapa
titik di ruangan kantor ditempeli stiker lucu berwarna-warni. Ada gambar kurcaci
sedang menutup keran dengan tulisan “Habis
pakai tutup kerannya, Kak” di dekat wastafel. Ada gambar peri membawa lampu
di dekat saklar dengan tulisan “Kalau
nggak dipakai lampu dimatiin, Kak”.
Gambar peri bunga
dengan tangan terbuka dengan tulisan “Ingat
sampah organik dan non organiknya, Kak” di atas beberapa tempat sampah yang
disediakan kantor. Ada pula tulisan-tulisan ucapan terima kasih telah hemat
air, hemat listrik, buang sampah di tempatnya, dan tulisan lain yang tujuannya
mendukung pekerja untuk go green
lainnya.
Sejak stiker-stiker
tersebut menempel di mana-mana saya dan teman-teman benar-benar hemat air,
hemat listrik, dan jarang sekali memproduksi sampah. Laptop dan komputer pun
wajib dimatikan ketika tidak digunakan, termasuk ketika batere handphone telah penuh segera dicabut.
Bahkan, kertas yang
jadi bahan utama karena kerja di publishing
pun digunakan seminimal mungkin sesuai kebutuhan, sehingga penggunaannya
berkurang hingga 50%. Biaya Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dan listrik pun turun hingga 30%
Sungguh langkah kecil
ini kelihatannya sepele, tetapi ketika dijalankan sangat berpengaruh pada
efesiensi biaya operasional.
***
Di lain waktu saya
kedatangan tamu, anak muda lulusan S2 Institute
Pertanian Bogor yang telah mengelola 120 hektare lahan sayuran yang berafiliasi
dengan PTPN, lahan swasta, dan lahan pribadi bernama Sandi Octa Susilo.
Petani milenial
kelahiran Cianjur yang masih berusia 27 tahun tersebut tertarik menjadi petani
karena menemukan permasalahan krusial yang dialami petani di daerahnya. Terutama
masalah produksi dan pemasaran.
Sandi kemudian
melakukan terobosan dengan mengembangkan pertanian dalam skala modern market,
bukan lagi traditional market. Berkat usahanya, tanah yang digarap bersama 385
petani dengan 141 varian produk tersebut kini meraup omzet hingga Rp800 juta
per bulan.
Perjalanan Sandi memang
tidak mudah karena pernah tertipu hingga Rp60juta, tetapi karena tekadnya
sangat kuat, segala rintangan dihadapi dan diselesaikan dengan baik. Karena
prestasinya tersebut pria kelahiran 13 Oktober 1992 tersebut kini menjadi Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian.
***
Saya baru tahu, apa
yang dilakukan di kantor saya dan yang dilakukan Sandi Octa ternyata bagian
dari Green Jobs. Bedanya jika di
kantor saya termasuk bentuk dukungan terhadap Green Jobs, Sandi Okta pelaku
Green Jobs.
Saya tersadarkan saat
ikut bincang-bincang online dengan
Tema Memahami Green Jobs dan Peluangnya
di Indonesia yang diadakan Komunitas ISB yang berkolaborasi dengan
Coaction.id. Pada acara yang digelar melalui google meet dan dimoderatori Founder
Komunitas ISB, Ani Berta tersebut menghadirkan Siti Koiromah, Periset Koaksi Indonesia.
Sandi Octa Susilo, Petani Milenial yang Sukses (Foto Dok Sandi)
Green Jobs Bukan Hanya Petani
Mungkin siapa pun yang
baru mendengar Green Jobs, langsung terbayang bisnis di bidang pertanian,
padahal Green Jobs cakupannya sangat luas. Terlebih di negara kita tercinta,
peluangnya sangat besar.
Pengertian Green Jobs
atau Pekerjaan Ramah Lingkungan sendiri menurut International Labour Organization (ILO) adalah pekerjaan yang
berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan lingkungan, baik sektor
tradisional seperti manufaktur dan konstruksi atau sektor energi ramah
lingkungan seperti energi terbarukan dan efisiensi energi.
Green Jobs menjadi
lambang dari perekonomian dan masyarakat yang lebih berkelanjutan yang mampu
melestarikan lingkungan. Baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi
yang akan datang.
Lantas, apakah Green
Jobs di dunia ini sudah banyak dijalankan dan berjalan dengan lancar?
Jawabannya sudah sangat banyak dan mereka sukses menjalankan. Jika tidak
percaya silahkan lihat data hasil survei yang dilakukan Irena (2020) berikut
ini:
1). Sektor energi
terbarukan mempekerjakan setidaknya 11,5 jutaan orang, secara langsung dan tidak
langsung pada tahun 2019.
2). Secara keseluruhan,
hampir 3,1 juta pekerjaan PV surya (83% dari total global) berada di Asia,
diikuti oleh Utara Amerika 6,5%, Eropa 4,4% dan Afrika 3,7%.
3). Penggunaan
biodiesel di Indonesia adalah yang kedua terbesar di dunia dengan 494.400
orang.
4). 44% pekerjaan angin
dihasilkan di Tiongkok dengan sekitar 518.000 pekerjaan.
Selain data tersebut,
secara tidak langsung ada banyak contoh Green Jobs yang sudah dilakukan
anak-anak milenial, hanya belum menyadari jika yang dilakukan termasuk Green
Jobs. Apa saja contohnya?
1). Content Writer
Content Writer, penulis
profesional yang memproduksi konten-konten menarik di media online. Konten ini bisa berbentuk artikel, blog, postingan di
sosial media atau apapun yang berbasis online.
Content Writer bekerja
dalam diam, alat kerjanya hanya gadget yang disuport listrik. Gadget sekali
beli bisa digunakan hingga 3 atau 5 tahun. Listrik digunakan secukupnya ketika
mengisi batere atau ketika sedang memproduksi konten.
Jenjang karier seorang
Content Writer juga cukup panjang. Dimulai dari Junior Content Writer, Content Writer, Senior Content Writer, Content
Strategist, hingga menduduki jabatan Content
Director. Kebayang kan, kalau berkarier di dunia Content Writer sangat
menjanjikan.
Content Writer masuk
dalam kategori Green Jobs karena tidak merusak lingkungan atau mempengaruhi
iklim.
2). Ecopreneur
Menurut Business Dictionary, Ecopreneur adalah
seorang wirausahawan yang menciptakan dan menjual produk atau jasa yang ramah
lingkungan dengan berlandaskan prinsip ekonomi lingkungan dan ekologi. Salah
satu prinsip seorang Ecopreneur dalam membangun bisnisnya adalah dengan meminimalisir limbah yang
berkelanjutan.
Banyak sekali
keuntungan menjadi seorang Ecopreneur, selain bisa menjual produk atau jasa
yang ditawarkan ke masyarakat juga bisa bekerjasama dengan pemerintah,
perusahaan swasta, dan lembaga nirlaba yang satu visi misi.
Selain itu, bisa
mengedukasi masyarakat agar mau menjaga lingkungan supaya bumi tetap nyaman
untuk dijadikan tempat tinggal.
3). Pabrik Kapal Bertenaga Matahari
Pernah dengar kapal bertenaga
matahari yang digagas sekelompok anak muda dari Surabaya? Nama perusahaannya ITS Marine Solar Boat Team (ITS MSBT)
yang berdiri sejak tahun 2011.
ITS MSBT berdiri atas
prakarsa Mahasiswa ITS yang ingin mengembangkan inovasi kendaraan yang bisa menghubungkan
pulau-pulau kecil di Indonesia dengan bahan bakar ramah lingkungan,
berkelanjutan, dan dapat diandalkan. Mereka kemudian menciptakan Marine Solar Boat atau kapal bertenaga
matahari.
Saat ini ITS MSBT telah
memproduksi tiga jenis kapal; Jalapatih
I, Jalapatih II, Jalapatih III yang dikembangkan dengan pemanfaatan solar
panel. Tahun ini, mereka siap memproduksi Jalapatih
IV yang menggunakan teknologi hydrofoil,
teknologi yang mampu membuat kapal lebih ringan sehingga kecepatannya mampu
diakselerasi. Teknologi ini adalah teknologi pertama yang diterapkan untuk
kapal di Indonesia.
Berkat inovasi yang
telah dilakukan, pada tahun 2011 lalu mereka menjadi pelopor tim riset solar
untuk kapal. Tahun 2014 mengikuti Dong
Solar Challenge. Tahun 2016 meraih juara ke-3 kategori South East pada Dutch Solar Challenge di Belanda.
Saya yakin, mereka akan
membawa perusahaan kapal ramah lingkungan terbesar di Indonesia dan mungkin
kelak di Asia atau bahkan dunia. Prospeknya sangat menjanjikan, bukan?
Selain 3 contoh
pekerjaan di atas, masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang masuk dalam
kategori Green Jobs. Pekerjaan masa depan yang layak menjadi incaran Generasi
Milenial.
Obyek Wisata Kamojang di Kawasan PLTU Kamojang yang Asri (Foto Ali)
Green Jobs, Pekerjaan Menjanjikan di Abad 21
Alasan utama kenapa
Generasi Milenial harus memilih Green Jobs, selain karena pekerjaannya memang
layak dan ramah lingkungan. Jenis pekerjaan di wilayah Green Jobs berkontribusi
besar dalam upaya pelestarian lingkungan.
Semua sudah tahu dong,
dampak perubahan iklim kini sudah dirasakan di beberapa negara dan berdampak
langsung pada kegiatan sosial dan ekonomi di berbagai sektor di dunia. Green
Jobs menjadi langkah yang cerdas dan baik untuk lingkungan.
Pada tahun 2020, potensi
perkembangan nilai bisnisnya mencapai US$ 1.370 Miliar. Green Jobs menawarkan
peluang bisnis yang begitu besar dan menjadi bisnis yang paling menjanjikan
pada abad ke-21.
Indonesia sendiri telah
berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 26% - 41% pada tahun 2020 lalu
melalui program Business As Usual
yang diluncurkan pada tahun 2005.
Dengan komitmen
tersebut, otomatis pembangunan akan lebih mengutamakan pembangunan keberlanjutan.
Hal ini memicu peralihan pasar tenaga kerja di Indonesia.
Sebelumnya, pada awal
Desember 2018, Indonesia juga menunjukkan dukungan terhadap Green Jobs dalam Forum ASEAN Labor Ministers Meeting
(ALMM) yang mengangkat tema “Promoting Green Jobs for Equity and Inclusive
Growth of ASEAN Community”.
Ini baru di Indonesia
lho, belum di negara-negara lain, baik di Asia dan di belahan benua lainnya di
dunia.
Potensi Green Jobs di Indonesia
Selain
pekerjaan-pekerjaan yang saya sebutkan di atas, secara real Green Jobs di
negara kita potensinya sangat besar karena banyak sumber energi yang dimiliki.
Seperti energi surya, air, angin, bioenergi, panas bumi, dan samudera. Belum
lagi perkembangan teknologi hijau yang semakin pesat serta perubahan demografi
dan sosioekonomi.
Dengan meningkatnya
kebutuhan energi untuk pembangunan nasional, tahun 1981 lalu pemerintah menerbitkan
Kebijakan Umum Bidang Energi agar
pengelolaan energi Indonesia dapat dikelola menjadi lebih baik.
Potensi green jobs di
Indonesia semakin besar karena adanya kebijakan low carbon dalam program
pembangunan. Kebijakan tersebut mencakup beberapa hal, antara lain;
1). Adanya komitmen Indonesia
untuk mengurangi emisi GHG menjadi 26-41% pada tahun 2025.
2). Adanya penetapan target untuk mencapai 23% energi
terbarukan dalam campuran energi utama pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050.
3). Adanya pembangunan
berkelanjutan sesuai dengan ketentuan SDG No. 7 tentang akses energi modern.
Indonesia memiliki
komitmen untuk mengurangi emisi gas karbonnya 26% hingga 41% pada tahun 2020.
Untuk mencapai target tersebut segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah,
sektor swasta maupun masyarakat sipil, harus turut serta dalam pelestarian
lingkungan.
Selama ini, aktivitas
pelestarian lingkungan di Indonesia bersifat sukarela dan non-profit seperti
kampanye lingkungan yang dilakukan LSM dan NGO, ataupun program CSR berbau
pelestarian lingkungan dari perusahaan swasta.
Dengan adanya konsep
Green Jobs ini paradigma sedikit bergeser, pelestarian lingkungan tidak selalu
harus sukarela dan non-profit. Pelestarian lingkungan bisa menghadirkan
keuntungan secara bisnis.
Menurut Croston (2008),
green businesses (Green Jobs) merupakan bisnis yang paling menjanjikan pada
abad ke-21 dan menjadi "green" merupakan langkah bisnis yang cerdas
dan baik untuk lingkungan. Dengan potensi perkembangan nilai bisnis yang bisa
mencapai US$ 1.370 Miliar pada tahun 2020, Green Jobs menawarkan peluang bisnis
yang begitu besar.
Peluang besar ini
tentunya akan menjadi stimulus bagi banyak pihak untuk terjun ke dalam Green
Jobs. Semakin banyak pihak yang turut serta dalam Green Jobs, maka upaya
pelestarian lingkungan akan berjalan lebih masif. Seperti kata pepatah, sekali
mendayung dua tiga pulau terlewati, Green Jobs dapat memberikan keuntungan
finansial sekaligus memacu perkembangan pelestarian lingkungan.
Glenn Croston, founder of Starting Up Green sampai
menulis buku berjudul 75 Green Businesses
and Starting Green. Pada tahun 2008, di mana buku tersebut ditulis setidaknya
ada 75 pekerjaan yang masuk dalam kategori Green Jobs. Pekerjaan tersebut mencakup
pengembangan energi alternatif, pengolahan air dan limbah, hingga produk
pertanian organik.
Negara kita memiliki
hampir semua potensi untuk mengembangan seluruh pekerjaan yang ditulis Gleen Croston.
Dengan berbagai potensi tersebut, Green Jobs pasti akan tumbuh subur di
Indonesia.
Perkembangan Green Jobs
menjadi angin segar bagi sektor tenaga kerja Indonesia, mengingat saat ini angka
pengangguran menjadi salah satu permasalahan besar di Indonesia. Pengangguran
terjadi karena lambatnya pertumbuhan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga
kerja seperti sektor manufaktur yang hanya tumbuh 4% di tahun 2010. Green Jobs
sebagai sektor pekerjaan baru, menjadi alternatif dalam penciptaan lapangan
pekerjaan di Indonesia.
So,
buat kalian anak milenial, siapin diri dari sekarang karena Green Jobs sangat
terbuka lebar.
Mengenal CoAction
Buat kalian yang ingin
tahu lebih banyak tentang Green Jobs bisa kepoin Coaction Indonesia atau Koaksi Indonesia. Organisasi nirlaba yang
berperan sebagai simpul jejaring dan simpul pembelajaran ide-ide inovatif untuk
berkontribusi pada program-program pembangunan berkelanjutan di seluruh
nusantara.
Organisasi ini bekerja
sama dengan multi-pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, lembaga riset
dan pendidikan, organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan para penggerak muda
untuk memberikan solusi dan aksi konkrit dalam rangka percepatan pengembangan
energi terbarukan. Kelak sektor ini akan menjadi pendorong inisiatif perubahan
di sektor-sektor lain seperti transportasi berkelanjutan dan pangan.
Yayasan Coaction
Indonesia sendiri berdiri sejak tanggal 16 Maret 2017 dan berbasis di Jakarta.
Didirikan oleh para pegiat perubahan di sektor energi terbarukan, yang
sebelumnya bekerja bersama sebagai tim ahli dalam Satuan Tugas (SatGas) Percepatan
Pengembangan Energi Terbarukan di bawah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
Sudirman Said (2014-2016).
Target mereka adalah merekomendasikan
dan mendorong kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan pendanaan dan
investasi energi terbarukan, transfer dan penyebaran teknologi energi
terbarukan ke seluruh wilayah Indonesia, pengembangan kapasitas sumber daya
manusia dan terobosan pendidikan.
SatGas ditugaskan untuk
mengumpulkan para pemangku kepentingan, mendapatkan tujuan bersama, dan mengisi
kesenjangan. Dengan pengalaman ini, para pendiri memutuskan untuk mencapai visi
mereka dengan mengembangkan organisasi nirlaba menggunakan pengetahuan,
kemampuan, dan jejaring dari kolaborasi masa lalu dan sekarang, untuk masa
depan energi terbarukan Indonesia.
Agar dapat memberikan
dampak dan jejak yang berarti bagi masyarakat sebagai penerima manfaat, Koaksi
Indonesia bekerja secara bertahap dan berupaya mengembangkan strategi yang
komprehensif, melalui adanya perencanaan program lima tahunan dan tahunan,
struktur organisasi yang efektif, alur koordinasi dan tata kelola yang lebih
baik, dan adanya sistem manajemen pengetahuan dan kemitraan strategis, serta
strategi penggalangan dana yang kuat.
Koaksi Indonesia ke
depannya tidak hanya ingin menjadi simpul jejaring strategis, namun juga
bermaksud untuk memperluas perannya sebagai simpul pengetahuan untuk organisasi
masyarakat sipil dan pemangku kepentingan terkait.
Koaksi Indonesia membangun
platform pengetahuan berbasis daring yang menjadi rumah bagi data, informasi,
dan pengetahuan tentang energi terbarukan, serta membangun platfrom forum
pembelajaran berbasis daring dan luring agar organisasi masyarakat sipil dapat
bertukar pengalaman dan jejaring, baik yang fokus pada kerja advokasi,
kampanye, maupun langsung di tengah masyarakat.
Yuk ah, dukung Koaksi
Indonesia dan dukung kinerjanya supaya masyarakat, terutama anak-anak milenial
makin banyak tahu tentang Green Jobs. Soalnya selain akan membuat Indonesia lebih bersih, Green Jobs Itu Sangat Menggiurkan,
Mudah Dijalankan, dan Peluangnya Sangat Besar.
Bahan
1).
Web Coaction.id
2).
eBook Prakarsa Strategis Pengembangan
Green Economi (Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup)
3).
Beberapa artikel tentang Green Jobs di
media
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"