[Artikel]
10daysforASEAN
AseanBlogger
Mau Jago Nulis dan Jadi Pemenang di Dunia Tulis Menulis? Ikut Kelas Nulis "WinnerClass" aja.
[10daysforASEAN] Laos Vs Indonesia
Obrolan
Nyi Iteung dan Kang Kabayan
6_#10daysforASEAN
Laos Vs Indonesia
Pada Maret
2013 lalu,
bersama-sama dengan Negara di Tiga Aliran
sungai bersepakat
ASEAN menjadi
basis produksi utama, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Kerja Sama Ekonomi Strategis (ACMECS) di
Vientiane, Ibu Kota Laos.
Pagi-pagi di akhir pekan, tidak biasanya Kang Kabayan
hanya duduk di depan rumah sambil baca koran. Padahal, biasanya jalan santai
mengelilingi kompleks atau bersepeda bareng Nyi Iteung.
Kang Kabayan tiba-tiba ingat Negara Laos yang beberapa
bulan lalu sempat dikunjunginya. Negara yang tidak memiliki wilayah laut atau
biasa disebut Land-Lock. Kondisi ini
menyebabkan Laos menjadi salah satu negara yang kurang menguntungkan dari segi
pertahanan dan keamanan, terutama dari serangan atau invasi negara lain.
Visual dari Blog Ini |
Pada tanggal 23 Juli 1997, Laos memutuskan untuk
bergabung dengan ASEAN, berbarengan dengan Myanmar. Laos bergabung selain
karena untuk meningkatkan keamanan juga meningkatkan berbagai sektor untuk
memajukan kesejahteraan rakyatnya.
Pertumbuhan ekonomi Laos terlihat meningkat setelah
pada tahun 1986, pemerintah mengizinkan swasta untuk mendirikan banyak
perusahaan. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat tajam, setiap tahun
peningkatannya tidak kurang dari 6% pertahun.
Sebagaimana negara berkembang pada umumnya, hanya kota-kota
besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi, seperti Vientiane,
Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet.
Upaya pemerintah untuk terus memajukan masyarakatnya
juga terus ditingkatkan dengan banyak keterbatasan. Mengingat, hingga sekarang
Laos masih memegang pemerintahan yang berasazkan komunis, segala bentuk
perbedaan pendapat yang ada selalu dimusnahkan sehingga tidak terlacak.
Karena keterbatasan lapangan kerja, di Laos juga
banyak sumber daya manusia terpelajar yang meninggalkan Laos dan memilih
bekerja di luar negeri, jika ini dibiarkan terus menerus Laos akan kehilangan
putra bangsa.
Laos masih mengandalkan sektor pertanian sebagai
sektor andalan untuk menumbuhkan ekonomi negaranya. Sektor pertanian menyerap
tenaga kerja yang ada hingga mencapai 80%. Selain sektor pertanian ada sektor
tambang yang jumlahnya terbatas.
Ada satu sektor yang beberapa tahun terakhir ini
pertumbuhannya sangat pesat, yaitu sektor pariwisata. Sebagai salah satu negara
yang masih memegang adat istiadat dan patuh pada tradisi, Laos terlihat menarik
dan berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Laos juga terdiri dari bermacam suku
bangsa dan budaya. Ditambah lagi, Laos memiliki banyak bangunan sejarah seperti
candi.
Laos juga memiliki potensi alam yang luar biasa. Sebagai
salah satu negara yang mempunyai lembah sungai yang subur, sehingga mampu
bersaing pada sektor pertanian dan perkebunan, terutama padi, kopi, dan
tembakau. Walau Laos tidak memiliki lautan, tetapi Loas memiliki bukit dan pegunungan yang tertutup hutan
lebat, sehingga mampu menghasilkan kayu sebagai salah satu komoditas.
Visual dari Blog Ini |
“Akang teh jadi ke Laos?” tanya Nyi Iteung tiba-tiba
sudah berada di dekat Kang Kabayan.
“Jadi atuh, Nyi. Kang Akang teh ke sana untuk misi
kebudayaan,” jawab Kang Kabayan. “Eh, Nyi, mau coba pindah ke Laos nggak?” ujar
Kang Kabayan membuat Nyi Iteung teu
ngerti.
“Pindah ke Laos kumaha,
Kang?”
“Iya, pindah ke sana. Di sana kan banyak potensi
budayanya, Nyi.”
“Emang kalau pindah mau ngapain, kitu?”
Kang Kabayan membayangkan, seandainya pindah dan
menjadi warga negara di Laos, pertama
Kang Kabayan akan makin menggencarkan kebudayaan dan pariwisata di sana. Bukan apa-apa,
budaya dan pariwisata di sana belum terkontaminasi oleh budaya apapun. Istilahnya
masih virgin. Para wisatawan sekarang
lebih senang berwisata di tempat-tempat yang berbeda, eksotik, dan memberikan
banyak pengalaman serta pengetahuan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Kedua, karena Laos
berbatasan langsung dengan beberapa negara tanpa disekat oleh lautan,
infrastruktur akan diperbaiki. Memperbiki jalur darat jauh lebih mudah dan
murah diripada jalur laut ataupun jalur udara seperti Indonesia yang
berpulau-pulau.
Ketiga, akan lebih
banyak lagi membuka lapangan pekerjaan karena banyak sekali sumber daya manusia
di Laos yang pindah ke luar negeri lantaran tidak cukup tersedianya lapangan
pekerjaan. Bisa lapangan pekerjaan di sektor perdagangan, sektor industri, atau
sektor pariwisata.
Ketiga hal di atas pasti akan semakin memperkuat
posisi Laos sebagai salah satu negara ASEAN yang kuat dan hebat dalam kancah menyukseskan ASEAN Economic
Community (AEC) 2015. Apalagi, pada Maret lalu, bersama empat negara lainnya
Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Myanmar telah berkumpul dan menuntaskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama
Ekonomi Strategis (ACMECS) di Vientiane, Ibu Kota Laos.
Lima negara di aliran tiga sungai Ayeyawady, Chao
Phraya, dan Mekong tersebut salah satunya membahas agenda penting yang akan
dijalin dengan seluruh Negara ASEAN, salah satunya adalah upaya menjadikan
kawasan ASEAN menjadi basis produksi utama. Kerja sama ini menjadi jalan menuju
pasar ASEAN 2015.
ACMECS sendiri memprioritaskan kerjasama di bidang perdagangan
dan investasi, pertanian, energi, jaringan transportasi, pariwisata,
pembangunan sumber daya manusia, kesehatan, dan lingkungan.
“Akang mau minum teh manis?” tanya Nyi Iteung kemudian.
“Bolehlah, tapi sekalian cemilannya, ya,” jawab Kang
Kabayan.
“Iya atuh Akang.”
“Jadi pergi ke Laosnya kapan, Kang?” tanya Nyi Iteung
lagi.
“Masih sebulan lagi, jadi masih bisa mikirin mau
pindah ke sana, apa mau menetap di sini.” ***
Mau Jago Nulis dan Jadi Pemenang di Dunia Tulis Menulis? Ikut Kelas Nulis "WinnerClass" aja.
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"