[Artikel]
10daysforASEAN
AseanBlogger
Mau Jago Nulis dan Jadi Pemenang di Dunia Tulis Menulis? Ikut Kelas Nulis "WinnerClass" aja.
[10daysforASEAN] Brunei Vs Indonesia
Obrolan
Nyi Iteung dan Kang Kabayan
9_#10daysforASEAN
Brunei Vs Indonesia
Dalam
mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN,
pemerintah telah menerbitkan Inpres Nomor 5
Tahun 2008
tentang Fokus
Program Ekonomi dan
Ippres Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pemenuhan
Komitmen
Cetak Biru
Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015.
Selain itu,
saat ini sedang disusun Inpres tentang peningkatan daya saing Indonesia
menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN.
Pesawat yang membawa Kang Kabayan dan Nyi Iteung
tujuan Jakarta-Brunei Darussalam akhirnya mendarat mulus di Bandara
Internasional Brunei Darussalam. Perjalanan sore hari selama kurang lebih dua
jam terasa begitu cepat berlalu.
Bandara Internasional Brunei Darussalam tidaklah
begitu besar, namun rasa nyaman sudah dapat dirasakan ketika keluar dari
pesawat. Bandara cukup bersih dan pelayanan pengambilan barang begitu cepat.
Terlebih lagi urusan imigrasi juga tidak berbelit-belit.
Begitu keluar dari bandara, Kang Kabayan berdecak
melihat mobil-mobil mewah bersliweran di depannya.
“Aya naon Kang? Heran ya, lihat mobil mewah? Jangan
heran Kang, Brunei teh, negara kaya. Mobil mewah di sini mah sudah biasa,” kata
Nyi Iteung sambil senyum-senyum melihat ekspresi Kang Kabayan.
![]() |
Visual dari Blog Ini |
Masyarakat Brunei memang suka dengan mobil mewah dan besar.
Harga mobil di Brunei relatif murah untuk orang Brunei karena mereka tidak membayar
pajak. Selain itu, jalanan mulus tak berlubang, sehingga tidak akan merusak
mobil-mobil mewah.
“Brunei sepertinya lebih siap dari negara kita dalam
menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN ya, Nyi Iteung,” gumam Kang Kabayang sambil
menyetop taksi menuju hotel tempat menginap selama di Brunei.
Salah satu kesiapan menuju Komunitas Ekonomi ASEAN
adalah pembenahan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan konektivitas.
Wujudnya antara lain perbaikan sarana dan prasarana seperti jalan, jalur
penerbangan, dan sebagainya.
Beberapa tahun ini, Indonesia telah membuka banyak
jalur penerbangan di berbagai bandara yang tersebar di Indonesia. Jalur
penerbangan antarwilayah ASEAN, namun Indonesia masih kedodoran dalam perbaikan
transportasi baik darat, laut, dan udara. Padahal, ini menjadi salah satu hal
yang penting dalam upaya mendukung produk yang berdaya saing tinggi.
“Bagaimana nggak siap, Kang? Brunei salah satu negara
terkaya, saat ini Indeks Pembangunan Manusia-nya tertinggi kedua di Asia
Tenggara setelah Singapura,” ujar Nyi Iteung kemudian.
Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei masuk
klasifikasi sebagai negara maju dengan memiliki produk domestik bruto terbesar
kelima di dunia. Brunei juga ditempatkan sebagai negara terkaya kelima dari 182
negara berkat ladang minyak bumi dan gas alam yang luas.
Dalam pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat, Brunei
dikenal sangat tegas menjalankan undang-undang yang berbasis pada syariat Islam.
Brunei juga menjadi negara yang sangat makmur.
Brunei di bawah pemerintahan monarki absolut dengan
Sultan sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, sekaligus merangkap
sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, Brunei berhasil menjadi salah
satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Walaupun masih ada konflik-konflik wilayah perbatasan
dengan Malaysia, hal itu tidak membuat Brunei grasak-grusuk untuk
menyelesaikannya. Brunei sangat merasa aman dengan Pertahanan dan Keamanan
wilayahnya karena Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris.
Terdapat pasukan Gurkha yang ditempatkan di Seria.
Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya
dan negara negara tetangga. Akan tetapi, tidak menjadi persoalan yang besar
bagi Brunei.
“Dengan semua modal yang dimiliki Brunei, pasti sudah
sangat siap menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN,” tegas Nyi Iteung.
Apa yang ada di Brunei tentu saja sangat berbeda
dengan negara-negara lain yang tergabung dengan ASEAN, termasuk Indonesia.
Begitu pun masalah yang dihadapi masing-masing negara.
Walaupun Brunei telah siap menghadapi Komunitas
Ekonomi ASEAN, para pemimpin Brunei bimbang karena dengan makin tumbuhnya
ekonomi asia dan dunia, maka akan mempengaruhi sosial masyarakat.
Brunei kemudian makin gencar untuk meningkatkan
keterampilan SDM-nya, mengurangi pengangguran, memperbaiki sektor perbangkan,
dan pariwisata. Salah satunya, Brunei memperbaiki sistem penerbangan demi
menjadikan Brunei sebagai pusat perjalanan internasional antara Eropa dan
Australia/Selandia Baru.
Tentu saja sumber di bidang perdagangan dan Industri
juga terus ditingkatkan, selain terus bertumpu pada sektor bumi dan gas.
Indonesia dengan banyak sekali kekurangan yang terjadi
di dalam negeri, paling tidak punya kekuatan ekonomi yang cukup bagus. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tertinggi di dunia, tumbuh sekitar 4.5% setelah RRT dan
India. Ini menjadi modal penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia
menuju Komunitas Ekonomi ASEAN tahun 2015.
Sebagian besar Sumber Daya Manusia Indonesia, hampir
70% merupakan usia produktif. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, Indonesia memiliki
110 juta tenaga kerja (data BPS, tahun 2007).
Stabilitas ekonomi Indonesia yang kondusif menjadi sebuah
opportunity dan menjadi kekuatan tersendiri bagi Indonesia dalam menyongsong Komunitas
Ekonomi ASEAN 2015.
Pangsa pasar ekspor Indonesia ke negara-negara utama
ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Pilipina) juga cukup besar, yaitu sekitar
13.9% (2005). Kekayaan sumber alam Indonesia juga menjadi daya tarik yang kuat di
samping jumlah penduduknya terbesar. Indonesia mampu menyediakan tenaga kerja
murah.
Negara-negara di ASEAN lainnya juga bersama-sama
saling mengoreksi diri dan saling mengoreksi kekurangan negara lain di ASEAN. Dengan
ditetapkannya tahun 2015 menjadi tahun pencanangan Ekonomi ASEAN, mau tidak mau
10 negara yang tergabung di ASEAN akan sering berkomunikasi dan berkonsolidasi.
Saling suport satu dengan yang lain untuk mewujudkannya.
Apalagi pada era komunikasi seperti sekarang, semua
serba dimudahkan. Sekali lagi, upaya ASEAN dalam membangun Komunitas Ekonomi
ASEAN 2015 bukan hal yang mustahil menjadi kenyataan selagi antarnegara mau
melihat kepetingan bersama yang saling menguntungkan, bukan melihat kekurangan
negara masing-masing.
![]() |
Visual dari Blog Ini |
“Ini Masjid Sultan Omar Ali Saefudin,” kata supir
taksi yang membawa Kang Kabayan dan Nyi Iteung. “Masjid ini dibangun tahun 1958
dan diberi nama sesuai dengan nama sultan Brunei ke-28,” terang supir taksi.
“Kita turun di sini dululah, shalat sekalian istirhat
Nyi Iteung,” ujar Kang Kabayan melihat keelokan salah satu masjid yang juga
tempat wisata di Brunei ini.
“Hayuk atuh!” Nyi Iteung membuka pintu taksi lalu menggandeng
Kang Kabayan masuk masjid. Supir taksi hanya senyum-senyum melihat mereka
sangat mesra, semesra negara-negara ASEAN dalam mewujudkan Komunitas Ekonomi
ASEAN 2015 mendatang.***
Mau Jago Nulis dan Jadi Pemenang di Dunia Tulis Menulis? Ikut Kelas Nulis "WinnerClass" aja.
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"