Buku
Tips
10 Cara Mudah Nulis Cerita Rakyat
CERITA rakyat sepertinya sekarang ini sudah mulai
dilupakan pembaca. Mungkin karena cerita rakyat tidak banyak ditulis kembali
atau dikembangkan oleh para penulisnya, sehingga dari tahun ke tahun kembali
lagi hanya cerita rakyat yang populer saja yang terus dibincangkan. Padahal,
kalau mau, banyak sekali cerita rakyat Indonesia yang belum tergali dan belum
ditulis.
Sebagai salah satu solusi, beberapa waktu lalu salah
satu komunitas penulis terbesar di Indonesia, Forum Lingkar Pena (FLP)
membuka kelas nulis Cerita Rakyat. Saya kebetulan diminta menjadi salah satu
mentornya.
Stand Pameran Berisi Sebagian Buku-Buku Cerita Rakyat (Foto: Alee) |
Saya pernah nulis Cerita Rakyat Indonesia di sebuah
penerbit, kurang lebih 20 Judul. Dengan segmen pembaca anak-anak usia Sekolah
Dasar. Untuk menghasilkan 20 Judul, saya seleksi dari sekitar 250-an judul buku
yang beredar di pasaran. Kenapa musti nyari referensi sebanyak itu? Semata-mata
karena saya ingin menghasilkan tulisan terbaik yang sesuai dengan pembaca. Sebagai
pijakan, ada 10 hal yang saya lakukan agar tujuan saya tercapai.
1). Tentukan Daerah Sumber Cerita Rakyat
Hal pertama yang saya lakukan adalah menyeleksi
daerah-daerah yang akan dijadikan setting dalam cerita rakyat yang akan saya
tulis, tepatnya tulis ulang. Kenapa harus menyeleksi daerah? Karena setiap
daerah memiliki ciri khas masing-masing. Selain itu, karena tidak semua daerah
saya kenal dengan baik adat istiadatnya. Makanya, sangat penting hal ini
dilakukan jika kita akan menulis ulang cerita rakyat.
2). Pilih Salah Satu Cerita yang Unik
Memilih cerita pada daerah tertentu tidak mudah karena
walau pun satu daerah bisa jadi ada cerita yang sama dengan daerah lainnya.
Bagaimana cara memilihnya? Pilih cerita yang paling unik yang ada di daerah
tersebut. Unik bisa jadi tidak biasa idenya, tokohnya, cara si tokoh
menyelesaikan masalahnya, dan keunikan lainnya. Jangan lupa pula, apa pesan
yang akan disampaikan dalam cerita, supaya ceritanya focus.
3). Buat Detil Penggambaran Tokoh, Setting, dan Alur
Tahapan berikutnya mencoba mematangkan kembali tokoh
yang ada dalam cerita rakyat yang akan kita tulis ulang. Mematangkan kembali
setting yang akan digunakan untuk menulis cerita rakyat. Mematangkan kembali
alur versi kita yang akan kita gunakan dalam cerita kita. Ini sangat penting
supaya logika cerita tidak tercerai-berai.
4). Tentukan Opening dan Ending
Sesuatu yang sangat penting ketika akan menulis ceritaapa pun, termasuk cerita rakyat adalah mematangkan terlebih dahulu opening dan ending
yang akan kita buat. Kenapa sangat penting? Karena, opening akan menentukan
mengalir tidaknya sebuah cerita. Opening akan menentukan, seberapa penting
cerita kita harus dibaca, dan akan menentukan opini awal pembaca.
Sementara ending ditentukan dari awal, semata-mata
supaya ke mana pun cerita kita dibuat akan kembali dengan selamat. Masih ada
kan yang sudah menulis cerita panjang-panjang, begitu siap mengakhiri tidak
tahu, bagaimana caranya? Hehe
Meski Ada Laptop, Jangan Segan untuk Membuat Coretan-Coretan di Kertas. (Dok. Alee) |
5). Buat Sinopsis Lengkap
Setelah semua unsur dalam menulis cerita sudah
terpenuhi, saatnya menulis sinopsis cerita rakyat yang akan kita tulis. Sebisa
mungkin sinopsisnya runut, seperti kita kalau sedang melakukan sebuah
perjalanan. Sinopsis dibuat dengan alur maju karena akan membuat cerita lebih
cepat selesai jika ditulis. Alur mundur nanti akan disisipkan setelah naskah
jadi.
6). Buat Kalimat Pembuka yang Menarik
Kalimat pembuka berbeda dengan opening. Jika opening
menggambarkan cerita secara global, kalimat pembuka benar-benar membuka cerita,
seperti kita membuka pintu untuk memasuki ruangan baru.
Ibarat sebuah gedung, kalimat pembuka itu seperti
pintu masuk gedung. Kalau pintu gedungnya biasa-biasa saja kita membukanya juga
malas, kan? Tetapi, kalau pintunya saja sudah membuat kita berdecap kagum, kita
akan dengan semangat empat lima membukanya.
7). Tulis Hingga Tuntas
Jika tahapan 1-7 telah terlewati dengan baik, tulis
cerita rakyat versi kita hingga tuntas. Ingat, hingga tuntas sesuai dengan alur
yang telah kita buat. Jangan sekali-sekali melihat ke samping kiri atau samping
kanan hanya karena terlintas sebuah ide baru. Apalagi menengok ke belakang dan
bilang, “Ah … cerita saya biasa saja.” Sungguh, buang jauh-jauh anggapan itu.
Maju terus hingga tuntas-tas-tas-tas.
8). Diamkan Selama Beberapa Hari
Setelah selesai, biarkan cerita kita istirahat sejenak
di lapi kita. Ini yang dinamakan masa pemeraman. Ibarat sebuah telur, biarkan
isinya berkembang sendiri untuk siap menetas. Biarkan selama beberapa hari
untuk sekadar membiarkan tokoh-tokohnya beristirahat setelah lelah melakukan
perjalanan.
Buku-Buku Referensi Supaya Tidak Salah dalam Menulis (Foto: Alee) |
9). Edit
Nah, setelah kurang lebih satu minggu, buka kembali
cerita rakyat yang telah kita tulis. Baca pelan-pelan sampai tuntas. Kita
tandai kalimat atau paragraf yang kurang pas. Kita tandai dialog tokohnya yang
kurang sesuai. Setelah kelar membaca dan menandai, inilah saatnya pertempuran
berikutnya, mengedit cerita rakyat yang telah kita tulis.
Edit di sini untuk menyelaraskan kalimat,
menyelaraskan karakter tokohnya, menyelaraskan alur yang tak jelas,
menyelaraskan setting, dan sebagainya sehingga cerita rakyat kita benar-benar
sesuai dengan ekspektasi kita. Sebuah cerita rakyat yang menarik dan pasti
menang dalam lomba.
10). Kirim
Apa lagi yang ditunggu setelah naskah kelar? Dikirim pastinya.
Jika cerita rakyat kita untuk lomba, pastikan baca aturan mainnya. Ikuti aturan
mainnya baik-baik supaya tidak ada yang terlewat. Sebisa mungkin kirim dengan
pengiriman khusus, supaya tercatat dengan baik.
Setelah kirim, saatnya berdoa sebanyak-banyaknya
supaya cerita rakyat kita dilirik dengan juri. Siapa tahu, cerita rakyat kita
menjadi salah satu cerita terbaik dan menjadi salah satu juaranya.
Semoga bermanfaat.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Mantap.. mksh sharingnya bang ali.. sangat bermanfaat..
BalasHapussama-sama Fa ... moga bermanfaat.
HapusSiap dipraktekkan... makasih sharingnya mas :-)
BalasHapusSiap ... sama-sama, hehe
HapusDari membaca, menulis, diamkan biar istirahat, keesokan harinya bacalagi pelan-pelan, kayaknya perlu dicoba, menginspirasi sekali.
BalasHapusHokeh, siap Brow ...
HapusTerima kasih tips-nya, Mas Ali. Seperti biasa: KEREN!
BalasHapusOh iya, kalau menuliskan kembali legenda rakyat apakah mesti memakai nama asli dari tokoh itu, Mas?
Sama-sama.
HapusSupaya korelasinya mudah, sebaiknya tetap pakai nama asli si Tokoh Key.
intinya, menceritakan kembali legenda tersebut dengan gaya bahasa kita. Begitu ya, Mas Ali?
HapusMakasi ilmunya kang alee. Bermanfaat sekali. Haturnuhun akang. Mau tanya apabila dicerita rakyat sitokoh utamanya tidak ada namanya, bolehkah kita penulis ulang yg memberikan nama bagi tokoh2 di cerita rakyat yg ditulis.
BalasHapusSama-sama Erna. Iya. Boleh dikasih nams oleh kita.
HapusOh ya,1 lagi.alur versi kita itu maksudnya gimana,pak? Alur bisa berubah berikut endingnya?
BalasHapusIya, alur bisa berubah sesuai dengan keinginan kita dengan catatan patokan ceritanya nggak berubah. Mudah-mudahan faham.
HapusMau langsung dipraktekkan. trims kang alee ^_^
BalasHapusSama-sama Mbak Dila
HapusLagi mau belajar nulis jugaa.. Makasih infonya ya Kang Alee ^^
BalasHapusSama-sama Noniq. Hayuk
Hapusjazakallah kang Alee. Ilmunya bermanfaat sekali. Oh ya, saya ingin tanya,
BalasHapus1. Bagaimana cara menyisipkan istilah daerah atau bahasa daerah yang baik dalam cerita rakyat?
2. Adakah perbedaan cerita rakyat untuk pembaca anak; dengan cerita rakyat untuk pembaca segala usia?
3. Adakah tips untuk meng-cut adegan dalam cerita yang mengandung kekerasan dan pornografi?
Maaf merepotkan dan makasih sebelumnya
1. Menyisipkan istilah daerah bisa di mana pun, sebaiknya disisipkan setelah naskah kelar, jadi pas editing awal
Hapus2. Cerita rakyat untuk pembaca anak pasti bahasanya lebih sederhana dan tidak mengandung kekerasan, pornografi, dan hal negatif lainnya. Kalau untuk segala usia, biasanya lebih luas lagi cakupannya, jika mengandung kekerasan (misalnya) diceritakan dengan cara yang lebih bijak.
3. Cara meng-cut adegan tersebut, keluarkan dari point plot
Moga jelas ya ...
Kang Alee, sejauh mana sih kita boleh melakukan adaptasi pada cerita rakyat? Secara kan biasanya folklore diceritakan turun temurun, dari mulut ke mulut, sampai akhirnya ada yang mendokumentasikan jadi kadang sumbernya pun tak jelas. Seberapa jauh kita boleh mengubah/menambah plotnya? Mmm, sleeping beauty, di Maleficent-nya Disney, ternyata tokoh peri jahat diceritakan musababnya, dan ternyata dia gak sejahat yang diceritakan di cerita2 yang populer sebelumnya. Atau kayak Red Riding Hood, malah dijadiin versi dewasa yang sangar oleh Hollywood. Gimana dengan folklore lokal kita, terutama yang bersangkutan dengan sejarah, Kang, kayak Majapahit, Roro Jonggrang, Malin Kundang, misalnya, ada gak pengarang yang udah melakukan adaptasi cerita aslinya? Nuhun sebelumnya. ^^
BalasHapusKata salah satu dosen sastra boleh sebisa yang kita mampu asal masih dalam pakem-pakemnya.
HapusKalau yang pernah saya lakukan, saya mencoba membuat cerita jadi lebih logis supaya anak-anak bisa menerima dengan logis juga.
Kata salah satu dosen sastra boleh sebisa yang kita mampu asal masih dalam pakem-pakemnya.
HapusKalau yang pernah saya lakukan, saya mencoba membuat cerita jadi lebih logis supaya anak-anak bisa menerima dengan logis juga.
Kata salah satu dosen sastra boleh sebisa yang kita mampu asal masih dalam pakem-pakemnya.
HapusKalau yang pernah saya lakukan, saya mencoba membuat cerita jadi lebih logis supaya anak-anak bisa menerima dengan logis juga.
nanya mas, cerita rakyat yang ditulis kembali. apakah boleh berubah judul dan alurnya berubah total sesuai keinginan kita?
BalasHapusKang,kalau rewrite gitu, endingnya harus sama ya? Alurnya apakah boleh rekayasa kita sendiri?
BalasHapusIlmunya bermanfaat banget. Makasih ya.. ��
Kang,kalau rewrite gitu, endingnya harus sama ya? Alurnya apakah boleh rekayasa kita sendiri?
BalasHapusIlmunya bermanfaat banget. Makasih ya.. ��
Suka sekali tulisannya, bookmark biar bisa dibaca berulang-ulang, high quality nih
BalasHapusSuka sekali tulisannya, bookmark biar bisa dibaca berulang-ulang, high quality nih
BalasHapusInspiratif sekali mas Ali..
BalasHapusPernah ngobrol tentang ini dengan temen di Balai Bahasa.Dan hasil onrolan itu bikin aku pengen mendekam di perpustakaan buat riset cerita rakyat yang jarang banget diangkat. (sayangnya baru pengen doang....)
BalasHapusKak, saat menulis ulang cerita rakyat bisakah kita menambah dialog, tokoh dan alur ceritanya?
BalasHapus