Gadget
lomba
ASUS ZenBook UX331UAL Laptop Idaman Saya dan Travel Blogger
SEBAGAI
blogger yang suka jalan-jalan, seorang penulis bacaan anak sekaligus kerja di production house, rasanya sulit sekali
jika bepergian tidak bawa laptop. Bukan apa-apa, selain sering sekali
berkejaran dengan deadline, saya juga
paling tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Jadilah, ke mana pun pergi pasti
bawa laptop.
Masalahnya,
laptop saya ukurannya lumayan besar, mengingat spesifikasi yang saya butuhkan
memang cukup tinggi. Akibatnya, saya pernah mengalami sakit yang luar biasa
pada punggung dan tulang belakang.
Seperti
yang saya alami beberapa waktu lalu. Dalam waktu hampir bersamaan saya harus
menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus. Menyelesaikan editing buku anak,
cek hasil shooting sebuah film
pendek, dan memenuhi undangan jalan-jalan sebuah agen wisata ke Pulau Weh di
Aceh dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur.
Awalnya
ingin menolak, tetapi sayang sekali untuk ditolak. Jadilah semua jadwal
aktivitas di-reschedule. Saya tidak
mau antara pekerjaan dan jadwal traveling saling menganibal.
Walau
reschedule telah dilakukan, tetap saja ada yang meleset. Satu jadwal shooting film pendek yang harusnya
dilakukan hari Selasa diundur hari Kamis. Padahal hari Jumat pagi saya harus
sudah ada di Bandara Soekarno-Hatta Banten untuk traveling ke Pulau Weh selama
3 hari 2 malam.
Supaya
kelar shooting langsung pergi, pagi-pagi packing.
Ibarat sebuah peribahasa untung tak dapat
diraih, malang tak dapat ditolak, jadwal shooting yang harusnya selesai
pukul 20.00 baru selesai pukul 24.00. Begitu kelar, saya buru-buru menuju pool
bus. Beruntung, hari sudah malam, jadi jalanan lengang. Saya tiba di sana tepat
sepuluh menit sebelum bus berangkat.
Shooting yang Cukup Melelahkan (Foto Dok.Pri) |
Perjalanan
bus dari Bandung hingga Bandara Soekarno-Hatta Banten lancar. Selama dalam
perjalanan saya bisa tidur nyenyak, seolah mengganti tidur yang belum
ditunaikan. Begitu pun saat penerbangan menuju Aceh.
Tetap Buka Laptop
Waktu
sepertinya cepat sekali berlalu, tepat pukul 09.15 saya tiba di Bandara Sultan
Iskandar Muda Banda Aceh. Menuju dermaga untuk menyeberang dengan kapal feri ke
Sabang yang dikenal sebagai Pulau Weh.
Sempat
makan siang di salah satu kedai di Kota Sabang, sebelum menuju penginapan yang
ada di sekitar Pantai Iboih. Usai cek in langsung menuju Pulau Rubiah yang
ada di seberang penginapan menggunakan speedboat.
Pesona
laut Pulau Rubiah selama ini sudah sangat dikenal wisatawan. Tak heran jika
hari itu, pulau yang luasnya kurang lebih 26 hektar dan jaraknya sekitar 250
meter dari Pantai Iboih sudah dipadati pengunjung. Jarak taman laut sangat dekat
sehingga tidak perlu berenang jauh untuk menikmati keindahannya.
Berbagai
macam spesies ikan tropis seperti angel
fish, gigantic clams, school of parrot fish, lion fish dan sebagainya
langsung menyapa. Terdapat juga berbagai jenis terumbu karang.
Berlayar Menuju Pulau Rubiah (Foto Dok.Pri) |
Menurut
pemandu, di Pulau Rubiah juga ada beberapa spot untuk snorkeling dan diving.
Karena sudah sore, saya pilih snorkeling
menuju ke rumah nemo. Posisinya di sisi kanan dermaga. Saya berenang kurang
lebih 200-an meter menyisir tebing.
Benar
saja, setelah menyisir tebing akhirnya bisa bertamu di rumah nemo. Ya ampuuun,
nemonya lucu sekali. Setelah puas snorkeling saya kembali ke penginepan untuk
menghabiskan malam di tepian Pantai Iboih.
Sebelum
istirahat, saya kembali buka laptop untuk menyelesaikan pekerjaan yang esok
pagi sudah harus kelar. Karena laptopnya ukurannya cukup besar
saya hanya bisa membuka di penginapan. Padahal, kalau laptopnya kecil kan bisa membuka di
mana saja, termasuk di tepian pantai. Kebayang kan, bekerja di atas bebatuan
dengan diiringi suara deburan ombak? Pasti sangat menyenangkan, hehehe.
Dari Titik Nol
Hingga Gua Sarang
Jadwal
traveling ke Aceh berikutnya cukup padat. Pagi-pagi menuju Titik Nol Indonesia.
Saya pikir di sana hanya ada tugu, ternyata sekarang di depan sebelah kanan ada
titian menuju tebing pantai yang jadi spot foto.
Titian
cukup panjang dan meliuk-liuk yang membebaskan traveler dan wisatawan menikmati
sejuknya hutan di tepi pantai, semilir angin, dan keindahan pemandangan laut
lepas. Jika tidak kuat jalan, bisa capek apalagi kalau masih ada hutang
pekerjaan. Untunglah, semalam satu pekerjaan sudah dikirim ke vendor, jadi agak
tenang.
Setelah
puas mengeksplor Titik Nol dan makan siang di sebuah rumah makan di tepian Danau
Aneuk Laot, melanjutkan perjalanan menuju Benteng Jepang di Desa Anoi Hitam Suka Karya
Sabang.
Aneuk
Laot dalam bahasa Indonesia berarti Anak Laut. Danau Aneuk Laot berada di
tengah-tengah Kota Sabang. Di sini sangat dikenal dengan sunset-nya yang indah. Dari Danau Aneuk Laot menuju Benteng Jepang
kurang lebih perlu waktu 20 menit perjalanan darat.
Saya
sempat ternganga ketika tiba di pintu masuk Benteng Jepang karena mirip gua.
Saya makin ternganga ketika tiba di atas bukit, di mana markas utama benteng
berdiri. Pemandangan laut lepas dari markas utama luar biasa indah.
Titik Nol Indonesia (Foto Dik.Pri) |
Jalan Menuju Benteng Jepang (Foto Dok.Pri) |
Pantai Sumur Tiga (Foto Dok.Pri) |
Masjid Baiturrahman Aceh (Foto Dok.Pri) |
Destinasi
berikutnya Pantai Sumur Tiga dan Gua Sarang. Baru kemudian menuju pusat kota
dan menikmati makanan khasnya. Lagi-lagi karena diburu deadline, saya
kembali buka laptop untuk menyelesaikan pekerjaan.
Keesokan
harinya, usai sarapan menuju dermaga, menyeberang kembali menuju Banda Aceh.
Tiba di Banda langsung menuju beberapa destinasi di Aceh seperti Museum
Tsunami, Museum Kapal, Masjid Baiturrahman, Kubah Masjid, dan pastinya
menikmati makanan khasnya sebelum ke bandara pada sore hari untuk kembali ke
Bandung.
Ketemu Komodo di
Labuan Bajo
Seminggu
kemudian, setelah kembali sibuk dengan rutinitas pekerjaan, saya kembali
traveling, kali ini eksplore Labuan
Bajo. Beruntung kali ini jadwal penerbangan agak siang, jadi dari Bandung ke
Bandara Soekarno-Hatta usai shalat subuh. Terbang pukul 10.50 WIB, tiba di
Bandara Komodo 14.25 WIT.
Setelah
dijemput guide di bandara, langsung
menuju dermaga, lalu naik kapal pinisi. Pinisi berlayar kurang lebih 1 jam,
jelang sore singgah di Pulau Kelor. Pulau Kelor menurut saya jadi bukti kalau keindahan
Indonesia emang sempurna. Mulai dari bawah laut, pantai, hingga bukitnya indah.
Sayang tidak bisa berlama-lama di sana.
Seperti
kebiasaan saya kalau traveling, malam hari sebelum istirahat pasti buka
laptop untuk menyelesaikan pekerjaan.
Beruntungnya, pekerjaan tidak harus selesai saat itu, tetapi tetap saya cicil.
Lagi pula, kalau harus selesai saat itu tidak mungkin saya kirim karena koneksi
internet sangat lambat, hehehe.
Esok
harinya, pinisi berlayar ke Pulau Padar. Ini pulau tujuan utama selain Pulau
Komodo jika ke Labuan Bajo. Pulau Padar memang pantas disebut sebagai surga
tersembunyi karena aslinya memang luar biasa banget pemandangannya. Supaya
mendapat pemandangan yang indah harus naik bukit kurang lebih 1-2 jam.
Track menuju Bukit Padar tidak mudah, kita harus naik undakan dan bebatuan
terjal, jika tidak siap bisa nyeri sendi dan pegal-pegal.
Setelah
puas menikmati indahnya Bukit Padar lanjut menikmati keindahan bawah laut
Pantai Pink. Sebagai penutup, destinasi terakhir apalagi kalau bukan
mengunjungi Pulau Komodo sebelum kembali ke Bandung.
Meniti Bukit Padar Labuan Bajo (Foto Dok.Pri) |
Pantai Pink Labuan Bajo (Foto Dok.Pri) |
Komodo di Pulau Komodo (Foto Dok.Pri) |
Di Atas Bukit Pulau Padar (Foto Dok.Pri) |
Apa
yang terjadi setelah melakukan dua (2) perjalanan yang beruntun? Bahu dan
punggung saya bukan hanya pegal, melainkan juga terasa sakit, nyeri, dan panas
sekali. Saya segera periksa ke dokter dan dokter menyimpulkan ada peradangan
dan pembengkakan pada persendian bahu. Dokter menyebutnya Bursitis.
Bursitis dan
Tendinis
Dokter
langsung menebak kalau saya selama ini terlalu memaksakan diri membawa beban
berat di bahu. Iya sih, habis bagaimana lagi? Kalau traveling kan mau tidak mau
bawa banyak barang yang dibutuhkan.
Selain
pakaian, peralatan mandi, obat-obatan, kamera beserta perangkatnya, dan laptop.
Apalagi saya lebih senang bawa ransel atau tas travel jinjing daripada koper. Sangat
wajar kalau bahu keberatan, apalagi tinggi badan saya termasuk mungil, hanya
160 Cm, jadi makin rentan, hehehe.
Membawa
beban terlalu berat pada bahu kan berarti menggunakan persendian bahu, jika
terlalu sering atau keras menggunakannya dalam jangka panjang bisa menyebabkan
jaringan halus di dalam bahu lebih mudah aus.
Bahu jadi lebih rentan terhadap cedera, kondisi seperti ini yang disebut dengan
tendinitis.
Kebayang Sedihnya Tidak Bisa Nulis dan Traveling (Foto Dok.Pri) |
Tidak
jarang pula persendian bahu yang digunakan terlalu berlebihan bisa meradang dan
membengkak, sakitnya sungguh luar biasa. Ini yang saya rasakan kemarin, dokter
menyebutnya bursitis. Bursitis dapat menyebabkan banyak
kegiatan harian seperti menyisir rambut atau berpakaian jadi lebih sulit dari
biasanya. Hiks ...
Bursitis
terjadi karena ada peradangan atau pembengkakkan dari sebuah kantung berisi
cairan pelumas yang disebut synovium.
Synovium biasanya terletak di sekitar bahu, siku, pinggul, lutut, kaki.
Synovium berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan organ-organ di sekitarnya
seperti otot, tendon, kulit, untuk mempermudah gerakan.
Kata
dokter, meski sudah diobati, bursitis bisa terjadi berulang-ulang, kecuali penyebabnya
dihentikan. Saya langsung mikir, jangan-jangan sudah nggak bisa traveling lagi,
nulis lagi, shooting lagi ... duuuh ... sedihnya hidup dunia yang saya tekuni
saat ini ... hiks ...
Selama
beberapa minggu saya melakukan pengobatan. Oh iya, jika teman-teman merasakan
apa yang saya rasanya, sebaiknya langsung konsultasi ke dokter supaya segera
ditangani. Ada beberapa cara pengobatan yang dianjurkan dokter:
1).
Istirahat total dan hentikan pekerjaan selama kurang lebih 2 minggu.
2).
Memakai bidai atau gips selama 7-10 hari.
3).
Menggunakan es pada area yang nyeri untuk mengurangi pembengkakan dan meredakan
rasa sakit.
4).
Menggunakan obat-obatan anti radang seperti aspirin,
ibuprofen, naproxen yang bisa meredakan bursitis ringan hingga sedang
secara efektif.
Dampak
paling parah dari bursitis adalah melakukan operasi terbuka untuk memperbaiki
dan meredakan tekanan pada kantong synovial atau yang biasa disebut dengan arthroscopic. Ngeri banget, kan?
Beruntung saya tidak sampai melakukan arthroscopic, tetapi saya tetap perlu
pelatih fisik untuk menghindari kembali terjadinya bursitis.
Praktis,
setelah melakukan dua (2) perjalanan di atas, saya rehat cukup panjang, bahkan
hingga saya menulis ini. Padahal, ada beberapa ajakan traveling, seperti ke
Manado, Gorontalo, dan Raja Ampat ... semua terlewatkan. Sangat sedih memang,
hanya gara-gara membawa beban berat di bahu, jadwal traveling jadi terganggung.
Dari
sekian barang yang saya bawa saat traveling, sebetulnya semua bisa
diminimalisir. Misal, pakaian bisa beberapa helai saja, kamera tidak harus bawa
lensa tambahan dan tripod, alat mandi dan obat-obatan bisa ditinggal karena
bisa membeli jika diperlukan. Benda yang sama sekali tidak bisa ditinggal
apalagi kalau bukan laptop?
ASUS ZenBook UX331UAL Laptop Idaman Saya (Foto Dok.Pri) |
Makanya
jika ada rezeki, saya ingin ganti laptop yang super. Super tipis dan ringan, super kuat, super lebar, super cepat, super
tahan lama, super memudahkan, serta super cantik dan indah.
Satu-satunya
laptop yang menurut saya memenuhi impian dan keinginan saya tak lain dan tak
bukan, apalagi kalau bukan ASUS ZenBook UX331UAL, laptop tipis, ringan,
dan powerfull.
Super Tipis dan Ringan
ASUS
ZenBook UX331UAL super tipis dan ringan. Bayangin, ada laptop ukuran 13 inchi, punya
ketebalan hanya 13.9 mm, dan bobotnya hanya 985 gram. Disempurnakan dengan desain
bingkai NanoEdge jadi makin terlihat ringkas. Beneran laptop super tipis dan
super ringan. Ini mah beratnya sama kayak sepatu yang saya pakai, hehehe.
Kebayang,
kalau punya laptop setipis dan seringan ini, saya bisa nenteng ke mana pun,
termasuk saat traveling tanpa memberatkan tas punggung yang saya bawa. Pastinya,
traveling yang saya lakukan jadi makin sehat karena bahu tidak akan sakit lagi.
Super Kuat
ASUS
ZenBook UX331UAL yang sudah canggih dan elegan casingnya dibuat dari paduan antara
magnesium dan aluminium. Konon paduan antara magnesium dan aluminium ini yang membuat
laptop 33% jadi lebih kuat dan lebih ringan dari paduan standar yang digunakan
di laptop.
Di
samping itu, laptop ini memiliki sifat disipasi panas yang besar. Jadi,
walaupun ZenBook UX331 paling ringan di kelasnya namun kemampuannya tidak
dikorbankan. Kinerjanya tetap maksimal.
Lebih
mencengangkan lagi, ASUS ZenBook UX331UAL telah melewati standar militer
MIL-STD 810G yang menuntut keandalan dan daya tahan. Salah satu tesnya adalah
mengoperasikan laptop di tempat yang tinggi dengan suhu dan kelembaban yang
ekstrim.
Tidak
hanya itu, ASUS ZenBook UX331UAL telah melewati tes yang tidak biasa. Laptop dijatuhkan
dari ketinggian tertentu dan ditekan dengan benda berat. Hebatnya, laptop tetap
kuat.
Super Lebar
Meski
ASUS ZenBook UX331UAL dirancang dengan ukuran 13,3 inci, tetapi layar yang
dimilikinya terlihat lebar karena ASUS ZenBook UX331UAL menggunakan layar NanoEdge yang dibingkai sangat
tipis.
Layar
NanoEdge sudah Full HD 13,3 inci dan memiliki lebar 100% sRGB warna gamut sehingga
warna yang ditampilkan akurat dan hidup sehingga semua terlihat alami. Ditambah
lagi dengan teknologi wide-view 178° yang membuat kualitas gambar tidak
terdegradasi jika dilihat dari sudut ekstrim.
Laptop
ini pasti sangat membantu saya saat mengecek ilustrasi buku-buku anak yang saya
tulis. Buku-buku anak yang saya tulis selalu penuh dengan ilustrasi, sehingga
perlu akurasi warna yang tepat saat dilihat di layar laptop.
Mengecek Hasil Ilustrasi Buku Anak dari Ilustrator (Foto Dok.Pri) |
Mengecek Hasil Shooting dengan Mudah (Foto Dok.Pri) |
Pun,
saat saya mengecek hasil shooting. Pasti laptop ini akan sangat membantu
pekerjaan saya. Apalagi, laptop ini sudah dilengkapi dengan ASUS Tru2Life Video, teknologi
peningkatan video eksklusif yang mirip dengan teknologi yang ditemukan pada Teve-Teve
berkelas.
Teknologi
ini menggunakan algoritma software cerdas untuk mengoptimalkan ketajaman dan
kontras dari setiap video, sehingga video terlihat lebih jelas, lebih
mendetail, dan lebih realistis. Teknologi ini dapat meningkatkan kontras hingga
150%. Mampu memperlihatkan detail walau di area gelap sekali pun. Tuh kan,
bener ... emang nggak salah saya pilih laptop ini.
Super Cepat
ASUS
ZenBook UX331UAL menggunakan Windows 10 ultrathin dengan prosesor Intel® Core™
i5 generasi ke-8 terbaru, yang bisa ditingkatkan hingga 4.0GHz bila diperlukan.
Juga menggunakan RAM 8GB dan storage 256GB PCIe® SSD. Efeknya cukup dahsyat,
ketika digunakan, mau berpindah dari satu program ke program lainnya jadi super
cepat.
O
iya, konon prosesor Intel® Core™ i5 generasi ke-8 ini mampu memberikan
peningkatan kinerja hingga 30%, lho. Hebatnya lagi, saat bekerja hanya
memerlukan tenaga baterei yang minimalis, jadi nggak boros baterai.
Buat
saya yang multitasking, kinerja yang dimiliki ASUS ZenBook UX331UAL sangat
mendukung. Maklum, saya orangnya sering tidak sabaran menunggu, inginnya semua
serba cepat, hehehe.
Super Tahan Lama
Salah
satu tujuan dirancangnya ASUS ZenBook UX331UAL ini adalah untuk membantu kaum
urban yang memiliki gaya hidup dengan mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu, ASUS
ZenBook UX331UAL dilengkapi dengan baterai lithium-polymer 50Wh yang dirancang
khusus.
Tahu
nggak, berapa daya baterei yang ditawarkan? 15 jam! Wow ... Canggihnya baterai lithium-polymer
ini selain daya kekuatannya 3X lebih lama dari baterai standar, juga mampu
mempertahankan sebagian besar kapasitas baterai walau telah diisi daya ratusan
kali.
Jika
sudah seperti ini, siapa yang tidak kepincut coba? Tanpa repor-repot takut
kehabisan baterei, saat bekerja atau saat traveling saya bisa tetap menggunakan
laptop.
Super Memudahkan
Selain
kelebihan-kelebihan di atas, ASUS ZenBook UX331UAL juga sangat memudahkan
penggunanya. Di antara kemudahannya antara lain:
1). Keyboard Ergonomis
ASUS
ZenBook UX331UAL dilengkapi dengan keyboard
backlit ukuran penuh dengan desain yang kokoh dan ergonomis.
Precision Touchpad dirancang untuk kenyamanan saat mengetik dengan akurasi
maksimum. Ada penutup kaca supaya kontrolnya mulus. Terus didukung dengan
teknologi palm-rejection yang
mendukung gerakan multi-jari dan tulisan tangan. Kebayang, bakal nyaman banget
saat mengetik, kan?
2). ASUS Wi-Fi Master
ASUS
ZenBook UX331UAL menggunakan teknologi ASUS Wi-Fi Master sehingga koneksi ke
internet jadi lebih cepat dan lebih andal pada jarak yang lebih jauh daripada
sebelumnya. Teknologi eksklusif ini jauh lebih baik dari Wi-Fi 802.11ac
dual-band 6-bit yang lebih cepat, Wi-Fi MU-MIMO-capable dual-band 802.11ac.
Dengan
ASUS Wi-Fi, ASUS ZenBook UX331UAL memiliki kecepatan hingga 867Mbps, tak heran
jika pengguna bisa menikmati streaming video YouTube Full HD pada jarak 300
meter atau lebih.
3). Sensor Sidik Jari
ASUS
ZenBook UX331UAL dilengkapi sensor sidik jari yang ada di touchpad dan Windows Hello,
jadi saat kita akan mengaksesnya cukup dengan menyentuhkan jari kita saja,
tidak perlu mengetik kata sandi.
4). Audio Terbaik
Karena
saya bekerja di dunia kreatif, mau tidak mau saya memerlukan audio yang
terbaik. Beruntungnya, ASUS ZenBook UX331UAL telah dilengkapi dengan audio
terbaik yang cukup mumpuni, jadi sangat memudahkan saya.
Perangkat
audio yang dipasang adalah audio dengan sistem audio yang telah disertifikasi
Harman Kardon. Tim ASUS Golden Ear sengaja mengembangkan teknologi ASUS
SonicMaster generasi berikutnya.
Dengan
perpaduan hardware superior yang
telah disesuaikan, termasuk teknologi low-distortion
smart-amplifier. Audio mampu ditingkatkan volumenya hingga 3,5x. Kebayang,
kan bagaimana serunya saat audio tersebut mengeluarkan suara? Saya jadi bisa cek audio hasil shooting dengan lebih baik dan jelas neh, kalau begini, hehehe.
Super Cantik dan Indah
Asus
menyediakan dua (2) varian warna yang cantik dan indah untuk ASUS ZenBook
UX331UAL, yaitu Deep Dive Blue dan edisi terbatas Rose Gold. Deep Dive Blue adalah warna yang sangat indah yang merembes
dengan kecanggihan, sementara Rose Gold menambahkan gaya hidup kita terlihat
lebih berkilau dan menyenangkan.
Fhuih,
rasanya benar-benar lengkap kelebihan ASUS ZenBook UX331UAL ini. Tidak hanya
bagian luarnya saja yang cantik dan indah, tetapi juga bagian dalamnya pun
cantik dan indah. Ibarat manusia, doi cantik luar dalam.
Kalau
sudah disodori yang cantik luar dalam seperti ini, siapa yang akan nolak coba? Saya
pikir tidak ada. Termasuk saya! Hehehe.
@alimuakhir
Previous article
Next article
Saya tidak akan nolak kalau dikasih rezeki Zenbook 13 ini, Kang hehe... btw, travelingnya mantap banget dari ujung ke ujung Indonesia. Titik nol destinasi impian aku hoho...
BalasHapus