Info
Ternyata Kesetaraan Gender Mampu Mewujudkan Kesehatan Keluarga dan Masyarakat, Lho
BICARA
kesetaraan gender dalam kesehatan keluarga, saya jadi teringat. Beberapa tahun
lalu, saat sedang mengecek kehamilan istri, tiba-tiba ada seorang ibu membawa
anak gadisnya yang nangis-nangis karena tidak mau diperiksa.
Diam-diam
saya mencuri dengar. Anak gadis tersebut harus periksa kandungan karena sudah dua
bulan tidak haid. Dia tidak mau diperiksa karena takut beneran hamil, padahal
dia masih sekolah. Sementara ibunya keukeuh
untuk periksa kandungan.
“Kalau kamu hamil, ibu bisa ngomong
keluarga pacar kamu,”
kira-kira itu kalimat yang saya dengar. Saya ingat kalimat tersebut karena
kalimat itu diluncurkan sembari sang Ibu berurai air mata. Saya sama istri yang
duduk di sebelahnya sampai terpaku begitu rupa.
Kejadian
tersebut hingga sekarang benar-benar melekat dalam ingatan saya. Saya tidak
bisa membayangkan bagaimana perasaan ibunya, bagaimana pula perasaan anak
remaja tersebut. Belum lagi jika benar dia hamil di usia remaja dan di luar
pernikahan pula.
Selain
mungkin anak remaja tersebut harus keluar sekolah, juga terpaksa menanggung
akibat dari hamil muda dan menjadi ibu di usia muda, yang belum tentu sudah
siap. Jika sudah seperti itu, siapa yang rugi? Si anak remaja tersebut atau
laki-laki yang menghamilinya? Tentu saja si anak remaja putri tersebut.
Kesetaraan Gender Vs Kesehatan Keluarga
Kebetulan,
hari ini, Hari Sabtu 22 Desember 2018 saya mengikuti acara Temu Blogger Kesehatan dalam Rangka Hari Ibu dengan tema “Dengan
Kesetaraan Gender Wujudkan Kesehatan Keluarga”.
Aslinya
saya penasaran sekali dengan acara tersebut, makanya saya bela-belain ikut. Temanya
bikin penasaran. Kok, bisa keseteraan gender mampu mewujudkan kesehatan keluarga?
Bagaimana caranya? Pertanyaan tersebut pelan-pelan terkuak setelah sesi
talkshow dimulai.
Kebetulan
acara sosialisasi yang diselenggarakan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, mendatangkan
nara sumber yang kompeten di bidangnya seperti Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI Ibu drg. Widyawati, MKM, Direktur Kesehatan
Keluarga Kemenkes RI Ibu dr. Eni Gustina, MPH.
Kepala
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Provinsi Jawa Barat Ibu drg.
JuanitaP.F., MKM, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Bandung Ibu dr.
Hj. Henny Rahayu Ningtyas, MKM, dan seorang Influencer yang juga dokter muda dr.
Indah Kusumaningrum.
Para Pembicara Sesi Utama (Foto Ali) |
Sebagai
pembicara awal, Ibu Widyawati menggambarkan pengguna dunia internet di Indonesia
yang didominasi kaum milenial dan mengungkap jika berita hoax yang tersebar di dunia
maya, terbanyak ketiga (3) adalah berita tentang kesehatan. Setelah hoax
tentang politik dan Sara.
“27%
dari sekitar 1000 berita hoax yang dijadikan sebagai sampel sejak Februari 2016
– Februari 2017 ialah Berita Kesehatan. Hal ini sangat memprihatinkan,” tegas Widyawati.
Kemudian
ibu-ibu dari Dinas Kesehatan Jawa Barat menggambarkan kondisi kesehatan
masyarakat di Jawa Barat. Ada beberapa kesehatan masyarakat yang disorot
seperti stuning dan pernikahan pada usia muda. Begitu juga tentang kesetaraan
gender dalam kesehatan yang diabaikan.
Masalah kesetaraan gender kemudian ditegaskan
oleh Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI Ibu dr. Eni Gustina, MPH. Kesetaraan
gender yang dimaksud adalah kesamaan
kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta
hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
berbagai bidang, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.
Ibu
Eni menegaskan kesetaraan gender sangat perlu karena 1). setiap perempuan dan laki laki mempunyai kebutuhan yang berbeda. 2).
Perbedaan ini perlu diketahui untuk dipakai sebagai dasar atas pembedaan
perlakuan yang diterapkan kepada laki laki dan perempuan. 3). Dengan keadilan
gender berarti tidak ada stereotipi/pembakuan peran, subordinasi, marginalisasi
dan beban ganda.
Ibu Eni Memaparkan Presentasinya (Foto Ali) |
Para Blogger Serius Menyimak (Foto Ali) |
Bentuk Ketidaksetaraan Gender yang
Terjadi di Indonesia Menurut Ibu Eni antara lain adanya;
1).
Cap/label yang dilekatkan pada laki-laki atau perempuan misalnya laki-laki
mencari nafkah, perempuan mengurus rumah tangga. Padahal dalam kehidupan
sehari-hari kedua aktivitas ini dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
2).
Sub Ordinasi, maksudnya ditempatkan pada posisi kedua, bukan di poros utama,
baik dalam pengambilan keputusan, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
maupun dalam pekerjaan.
3).
Marginalisasi, perempuan dijadikan sebagai kaum ”peminggiran” atau tidak
diperhatikan dalam berbagai hal/tidak memiliki peran penting yang menyangkut
kebutuhan, kepedulian, pengalaman, dan lain-lain.
4).
Beban ganda. Perempuan seringkali harus memikul beban ganda. Seorang perempuan
yang bekerja mencari nafkah, misalnya tetap harus menanggung pekerjaan domestik
(misalnya: mengurus anak, memasak).
5).
Violence yaitu segala bentuk tindak kekerasan berbasis gender
Ketidaksetaraan
gender ini jika dibiarkan akan membahayakan karena akan mempengaruhi kesehatan
keluarga. Maka, pemerintah kemudian mengeluarkan inpres No. 9/2000 tentang pengarusutamaan gender dalam pembangunan
nasional.
Berdasarkan
inpres tersebut kemudian Kementerian Kesehatan RI membuat keputusan, yaitu keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/453/2016 tentang Tim Pengarusutamaan gender
bidang kesehatan.
Tentang
penerapan kepedulian gender dalam analisis, formulasi, implementasi dan
pemantauan suatu kebijakan dan program kesehatan dengan tujuan mencegah
terjadinya ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan. Apa saja yang
kemudian dilakukan? Bisa dilihat materi dari Ibu Eni berikut ini;
Saya
termenung beberapa saat mendapat materi dari Ibu Eni. Teringat gadis remaja
yang beberapa tahun lalu menangis termehek-mehek begitu keluar dari ruang
periksa. Gadis tersebut dinyatakan hamil beberapa minggu.
Saya
berharap, dengan keputusan Menteri Kesehatan tersebut, tidak lagi ada
gadis-gadis yang hamil muda atau hamil di luar nikah karena akibatnya akan berlanjut
hingga tua.
Tips Cantik
Acara
sosialisasi ditutup oleh dokter muda, dr. Indah Kusumaningrum. Seorang selebgram
dan Influencer yang terlihat sangat cerdas. Dia memberikan tips untuk generasi
millenial. Apa yang bisa dilakukan generasi millenial dalam kehidupan sehari-hari
untuk menjaga kesehatan?
1).
Manfaat Pelayanaan Kesehatan
2).
Kelola Stress
3).
Terapkan Pola Hidup Sehat
4).
Sharing is Caring Langsung atau Melalui
Media Sosial
5).
Mulai Cintai Diri Sendiri
Tips
cantik dari dokter cantik tersebut pastinya sangat bermanfaat buat kita semua,
terutama buat kaum Millenial yang kesehariannya sudah terpapar media sosial
terus menerus. Bagi yang tidak datang dan ingin melihat keseruannya bisa lihat video saya di bawah ini ya ...
Semoga
Bermanfaat.
@KreatorBuku
Previous article
Next article
Dulu saya fikir kesetaraan gender melulu soal hak pendidikan atau pun kesempatan kerja. Nyatanya dalam hal kesehatan juga sangat penting yaa,.... apalagi ini berdampak pada kesehatan keluarga secara keseluruhan.
BalasHapusSama Kang Ofi
HapusSampai sekarang banyak yang salah paham dengan konsep kesetaraan gender. Makasih Mas Ali untuk infonya
BalasHapusKelola hidup sehat sudah mulai dijalankan, nah tinggal kelola stress nih yang kadang kambuhan hehe
BalasHapusTemanya bagus. Ulasannya juga lengkap banget. Sepakat dengan tips cantiknya dokter indah, cintai diri sendiri. Yup dengan mencintai diri sendiri,, insyaAllah akan dapat mencintai orang lain pula seperti mencintai diri sendiri.
BalasHapusIya, bener banget hehehe
HapusLengkap banget. Sebenarnya hidup sehat itu penting agar terhindar dari stress dan bisa produktif.
BalasHapusIya, bener banget ...
HapusSetuju banget cintai diri sendiri karena dengan itu kita menghargai diri sendiri dan orang lain tidak mudah merendahkan para perempuan
BalasHapusHehehe selama ini paling enggak setuju ama teori kesetaraan gender kayaknya Kali ini harus terpatahkan deh
BalasHapusUlasannya lengkap kang, apalagi tentang kesetaraan gender ya. Ilmunya cakep nih.
BalasHapusWah saya baru tahu jika kesetaraan gender bisa berimbas juga pada aspek kesehatan keluarga. Makasih sharingnya Kang.
BalasHapusBermanfaat sekali infonya Mas Ali.
BalasHapusKalau kesetaraan gender seperti ini bagus bgt ya.
Cuma kadang-kadang ada "oknum" memanfaatkan kesetaraan gender untuk mewujukan liberalisme. Semoga saja tidak demikian di kemudian hari. Aamiin
Wah rapi sekali tulisannya Kang Ali. Saya jadi belajar buat bisa nulis rapi kaya gini dalam waktu singkat.
BalasHapusUlasannya mantaaap Kang
BalasHapus