Info
Wisata
Bebegig Sukamantri, Ikon Seni Helaran dari Ciamis
BANYAK
kesenian tradisional yang dimiliki Kabupaten Ciamis. Salah satu yang mengundang
perhatian masyarakat dan sering diundang pada berbagai festival di luar daerah
adalah Bebegig Sukamantri yang dikembangkan oleh warga Kecamatan Sukamantri,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Jika
kita pernah piknik ke areal pesawahan atau senang bertani dan menanam padi,
pasti mengenal ‘bebegig’ yaitu orang-orangan sawah yang dibuat untuk menakuti
burung atau hama tanaman padi. Namun, Bebegig Sukamantri ini berbeda dengan
bebegig yang ada di sawah. Bebegig di Kecamatan Sukamantri justru dimiliki oleh
mereka yang memiliki ternak sapi atau pun kerbau. Tujuannya, untuk mengusir
hama tanaman padi huma yang ada di pegunungan.
Namun,
kini Bebegig Sukamantri bukanlah orang-orangan sawah biasa, melainkan kesenian
tari-tarian dari Kabupaten Ciamis
yang menggunakan topeng kepala Singa seperti Topeng Barong seperti halnya
topeng-topeng raksasa dari Jawa dan Bali Perbedaannya topeng Bebegig Sukamantri
mengenakan rambut gimbal dari susunan bunga rotan atau pun bunga caruluk yang
disebut dengan bubuai.
Bebegig
Sukamantri ini sudah hadir sejak zaman Hindu, kesenian ini diwariskan dari satu
generasi ke generasi lainnya. Kesenian bebegig pun berkembang secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Tahun 2019, diketahui penerus
kesenian bebegig ini sudah sampai generasi ke-11.
Dahulu
kesenian Bebegig dijadikan sebagai bagian dari ritual dalam upacara pengusiran
roh-roh jahat. Ketika warga Ciamis sudah beragama Islam, maka kesenian Bebegig
tersebut kemudian diubah dari upacara mistik pengusiran roh jahat, menjadi
kesenian yang bertujuan untuk menghibur masyarakat Ciamis pada berbagai acara,
misalnya acara Agustusan (memperingati hari kemerdekaan RI pada tanggal 17
Agustus), khitanan, dan lain-lain.
Konon
sejarah Bebegig Sukamantri ini berawal sejak Kerajaan Sunda hendak menikahkan
Putri Diah Pitaloka dengan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit, tetapi
ketika sedang menunggu rombongan Kerajaan Majapahit yang akan menjemput mereka
di lapangan bubat, rombongan Kerajaan Sunda malah diserang oleh prajurit
bertopeng yang keluar dari dalam hutan, sehingga terjadi perang bubat yang
dikenal sebagai perang antar orang Sunda dengan orang Jawa.
Prajurit
bertopeng ini merupakan prajurit dari Bre Wengker yang dikenal sebagai paman
dari Hayam wuruk. Setelah sebagian rombongan Kerajaaan Sunda tewas, termasuk
Diah Pitaloka, Hayam Wuruk kemudian menikah dengan putri dari Bre Wengker.
Sementara rombongan Kerajaan Sunda yang selamat mengenang kejadian pahit dalam
perang bubat tersebut dengan membuat topeng
Sementara
itu, keberadaan bebegig di Desa Sukamantri, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten
Ciamis diyakini warga sebagai lambang kemenangan. Konon pembuatan bebegig
tersebut diilhami wajah Prabu Sampulur yang berhasil memusnahkan kejahatan.
Kemenangannya tersebut kemudian dikenang dengan pembuatan kedok wajah Prabu
Sampulur. Bebegig sendiri direpresentasikan sebagai penjaga lingkungan alam
sekitar.
Bebegig
ini berbeda dengan barong di Jawa mapun Bali. Keunikan Bebegig terdapat pada
rumbai-rumbai daun tanaman serta bagian belakang yang menggunakan lonceng sapi.
Topeng bebegig biasa dipikul seperti layaknya ondel-ondel. Dari segi bentuk
topeng, topeng bebegig diilhami dari tokoh bujang ganong pada kesenian Reog
Ponorogo yang konon dibawa ketika terjadi perang Majapahit-Sunda. Perbedaannya
ada pada ukurannya, topeng bebegig berukuran besar sedangkan topeng pada bujang
ganong hanya seukuran wajah manusia yang memudahkan penari untuk melakukan
berbagai aksi akrobatik.
Bebegig
Sukamantri berwujud topeng yang bentuknya menyeramkan. Wajahnya dibuat sangar
dengan sepasang mata melotot dilengkapi dengan gigi bertaring. Topeng dalam
bebegig ini terbuat dari kayu. Topeng kemudian diberi ornamen lain dari
berbagai daun dan bunga-bungaan. Daun waregu, bunga hapaan, bubuay, pipicisan
dan caringin kemudian dijadikan sebagai mahkotanya.
Topeng
bebegig ini dikenakan oleh seseorang yang sudah berpakaian injuk. Bebegig
Sukamantri juga dilengkapi kolotok, yaitu kalung khas biasa digunakan pada
hewan ternak seperti sapi, dan mengeluarkan bunyi-bunyian khusus.
Bagi
orang dewasa, topeng bebegig yang digunakan beratnya mencapai 60 kilogram,
sementara topeng bebegig juga bisa digunakan untuk anak-anak usia 15 tahun,
beratnya hanya mencapai 30 kilogram.
Bebegig
sering ditampilkan pada acara pawai atau karnaval dalam berbagai festival seni.
Atraksi yang ditampilkan biasanya menampilkan 10 sampai 20 bebegig yang
berjalan beriringan.
Aksi
bebegig ini kemudian diiringi musik tradisional, seperti gamelan dan bedug.
Sejumlah bebegig berjalan menempuh jarak ratusan meter hingga kilometer.
Walaupun bebegig ini cukup berat, namun bagi pelakon atau mereka yang biasa
memakainya justru tak terasa berat, bahkan dibilangnya cukup ringan.
Selain
berjalanan beriringan dalam pawai, bebegig juga ditampilkan melalui pertunjukan
perkelahian antar sesama bebegig. Biasanya pertunjukan perkelahian ini
ditampilkan dalam upacara-upacara peringatan hari jadi, baik peringatan hari
jadi di Ciamis maupun di luar daerah, juga ditampilkan dalam acara hajatan
serta kegiatan kesenian lainnya.
Sebelum
tampil, biasanya para pelaku bebegig tersebut memanjatkan doa kepada para
leluhur, tujuannya untuk meminta izin agar ketika tampil dalam keadaan selamat
dan bisa berjalan dengan lancar.
Kesenian
bebegig warga Sukamantri Ciamis ini sudah banyak ditampilkan di beberapa
daerah, seperti misalnya Surabaya,
Cirebon, dan juga Purwakarta. Bebegig Sukamantri ditampilkan dalam kegiatan
skala nasional. Bahkan kesenian bebegig juga sudah menorehkan prestasi di
kejuaraan Pesona Nusantara yang diselenggarakan tingkat nasional dan menyabet
gelar seni helaran terbaik.
Kesenian
Bebegig ini hanya ada di Kecamatan Sukamantri saja. Hampir setiap rumah di
wilayah tersebut memiliki topeng Bebegig. Hal tersebut merupakan bentuk
kesadaran warga Sukamantri untuk melestarikan kesenian daerahnya.
Setidaknya
ada lima padepokan Bebegig di Kecamatan Sukamantri, yaitu Prabusampulur,
Baladewa, Bragajati, Batara dan Margadati. Kesenian Bebegig ini oleh warga
Sukamantri terus dilestarikan, karena kini kesenian Bebegig Sukamantri diakui
sebagai salah satu kesenian identitas dari Kabupaten Ciamis.
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar
"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"