Kuliner
Seduh Goceng di Kopi Dewa Itu Bikin Pengin Seduh Terus
PERNAH mampir di cafe atau coffe shop
yang bisa ngeracik dan seduh kopi sendiri nggak? Bukan seduh kopi sasetan lho,
melainkan seduh kopi beneran, hehehe. Jadi kita pilih biji kopi sendiri, biji
kopi yang disediakan di cafe tentunya. Terus kita giling sendiri, racik sendiri,
dan seduh sendiri.
Selama ini saya selalu seduh kopi sendiri, biasanya
beli biji kopi yang sudah disangrai dan siap untuk digiling. Akan tetapi,
karena kadang ngegilingnya nggak pas jadi rasanya nggak sesuai harapan. Jadi saya
beli kopi yang sudah digiling dan siap diracik.
Karena waktu saya nggak banyak, saya lebih memilih
racik kopi pakai coffe makker. Saya tinggal ambil kopi bubuk dan air
sesuai takaran. Masukan kopi dan air di coffe maker lalu nyalakan. Setelah beberapa
menit menunggu, jadilah kopi yang saya inginkan.
Masalahnya, kadang saya juga ingin sesekali meracik dan
seduh sendiri secara manual. Pernah beberapa kali mencoba, tetapi hasinya kurang
memuaskan, habis nyobanya tanpa bimbingan, hehehe.
Nah, kebetulan banget, di dekat rumah ada Kopi Dewa. Saya
dengar dari Teh Ima –teman Blogger Bandung yang juga suka ngopi, di Kopi Dewa
kita bisa seduh kopi sendiri. Hebatnya, harga yang ditawarkan murah banget, cukup
Rp5000,- saja.
Kang Restu Dewa dan Pengunjung Sedang Berinteraksi (Foto Ali) |
“Seduh Goceng,” kata sang pemilik Kopi Dewa, Kang Restu
Dewa saat saya datang bareng keluarga di sore hari, di tengah hujan
rintik-rintik.
Kok saya bawa pasukan sih, buat ngopi-ngopi dan
ngerasain #SeduhGoceng? Bukan apa-apa, anak-anak juga mulai suka ngopi, sayang
kan kalau saya belajar seduh sendirian saja? Alhasil, sore itu saya dan
anak-anak belajar seduh kopi.
Kopi Dewa Bukan Sekadar Cafe
Awalnya saya pikir Kopi Dewa itu cafe, saya sempat
kepoin istagramnya, scrool feed-nya hingga ke bawah sama sekali
nggak ada menu terpampang di sana. Setelah tiba di lokasi baru tahu, Kopi Dewa
memang bukan cafe melainkan Roastery and Minilab. Pantas tidak ada menu,
hehehe.
Meski pun tidak ada menu, banyak pilihan kopi yang ditawarkan
dan bisa dipesan di sana, termasuk minuman yang jadi favorite anak-anak
sekarang seperti Taro, Green Tea, dan Red Velvet. Si Bungsu waktu
ditawari minuman langsung pilih Taro hangat.
Dede Fairy Pesan Taro (Foto Ali) |
Saya sendiri yang sore itu masih agak-agak pilek lebih
memilih Coffe Latte hangat, sementara si Sulung pilih Cappuccino dingin. Saya sempat tanya
bedanya Coffe Latte sama Cappuccino, soalnya dari cara Kang Restu ngeracik
nggak ada bedanya.
“Bedanya pada komposisi antara kopi dan susu, Kang,” jelas
Kang Restu.
Selain Coffe Latte dan Cappuccino ada Flat White.
Ketiga jenis menu tersebut kayaknya di setiap cafe ada, soalnya memang jadi
minuman paling populer dan sering dipesan pengunjung.
Ketiga minuman tersebut memiliki dua bahan utama yang
sama yaitu susu atau textured milk dan espresso yang diracik dengan cara
berbeda dan disajikan dalam wadah dan aturan berbeda pula.
Jika Cafe Latte perbandingan antara espresso dan
susunya kurang lebih 25 : 75, kalau Cappucinno perbandingannya kurang lebih 50
: 50. Makanya, Cafe Latte memiliki rasa susu atau creamy yang jauh lebih
kuat dibandingkan dengan cappuccino.
Sementara kalau Flat White konon katanya perpaduan
dari Cafe Latte dan Cappucino. Ah, saya belum belajar ini, jadi belum tahu. Nanti
kalau ke Kopi Dewa lagi tanya ke Kang Restu.
Kopi yang Dijual dan Alat Seduh di Kopi Dewa (Foto Ali) |
Seduh Goceng Kopi Dewa
Setelah minuman yang saya pesan habis, Kang Restu
nawarin seduh goceng. Ya ampuuun, saya pengin banget, tetapi hidung rada
mampet, takut hasilnya nggak maksimal. Akhirnya, si Sulung yang coba Seduh
Goceng.
Sulung yang sekarang udah kelas 1 SMA di SMAN 20 Bandung
sudah sering wara-wiri di coffe shop sama teman-temannya. Apalagi dia aktif di OSIS,
jadi aja sering meetingnya di coffe shop dan sambil ngopi pastinya.
Sulung memilih kopi yang disedaikan di dalam beberapa
toples. Sulung memilih jenis Ciwidey Natural. Kebetulan sudah ada yang
digiliring jadi tidak perlu mengiling lagi. Untuk meracih dan menyeduh kopi,
Sulung memilih coffee dripper V60.
Kak Nada Nyobain Seduh Goceng (Foto Ali) |
Dengan dipandu Kang Agil, salah satu barista di Kopi
Dewa, Sulung mulai meracik. Mulai dari menyiapkan coffe driver V60, memasang
penyaringnya, membasahi penyaringnya dengan mengucurkan air melalui teko,
memasukan kopi ke dalam driver sesuai timbangan, hingga menyeduh kopi hingga
tuntas.
Selama proses meracik dan menyeduh si Sulung terlihat
menikmatinya. Tahapan mulai dari meracik, menyeduh, hingga menyajikan dalam
sebuah gelas dilalui dengan santai.
Setelah kopi jadi, kita diberi tahu cara menyeruput
kopi yang benar. Mulai dari mengambil sendok, mencelupkannya pada air putih
yang ada dalam gelas, mengambil sesendok kopi, menempelkannya pada bibir bawah
(proses ini untuk mengecek apa kopinya masih panas atau tidak), setelah itu
diseruput dengan satu tarikan keras.
Sore-Sore Seduh Goceng di Kopi Dewa (Foto DokPri) |
Saat menyoba menyeruput kopi semua ketawa, harusnya
menimbulkan suara srupuuut, eh, ini tidak menimbulkan suara apa pun, hahaha. Karena
penasaran semua mencobanya, termasuk saya.
Tanpa terasa, sore semakin larut dan azan magrib
berkumandang. Setelah kopi yang diseduh si Sulung habis, kami semua meluncur
menuju masjid yang lokasinya tidak jauh dari Kopi Dewa.
Saya sempat tanya sama Sulung, apa masih penasaran
buat Seduh Goceng lagi? Dengan mantab dia mengangguk, “Kalau bisa seminggu
sekali, Kakak mau. Mau nyobain semua alat,” katanya menutup sore yang indah di ujung
Bulan Desember yang gerimis. Mau Seduh Goceng juga? Yuk datang saja ke Kopi
Dewa.
Kopi Dewa
Komplek Bahagia Permai, Margacinta,
Jl. Bahagia Permai Raya No.2,
Margasari,
Kec. Buahbatu, Kota Bandung, Jawa
Barat 40286.
Previous article
Next article
Mantap memang minilab-nya Kang Restu. Belajar semua hal tentang kopi. Sebagai penikmat kopi, saya jadi pengin ke sana lagi ��
BalasHapuscoffee dripper v60
BalasHapushmm namanya keren pisan euy
seperti nama senjata menurut saya heheeheh
Ini keren ya, Kang. Saya selama ini tahunya seduh kopi sasetan yang di mini market. Eh.. ini racik sendiri. Goceng lagi. Pas banget di hati, dan kantong hahaha.
BalasHapusEh, zaman now mantap ya, Kang. Rapat osis saja di cafe sambil ngopi-ngopi. Dulu rapat osis di sekolah doang. Paling air putih hahaha.
Aaarghh ... Aku sedang belajar nih buat menyeduh kopi sesuai dengan yang seharusnya, halah. Aku suka menikmati kopi hitam yang bubuknya diklaim langsung dari tempat aslinya sana. Tapi kan rasanya nggak klop ya kalau cara meraciknya pun nggak tepat. Belum khatam gitu menamai diri sebagai coffee lover, hahaha ...
BalasHapusRasanya janggal gitu ya kalau bayar tapi kita sendiri yang seduh kopinya. Tapi mungkin memang di sini uniknya pengalaman pengunjung. Yuk kita lihat seberapa lama bisnis ini akan bertahan :)
BalasHapusSeru banget bacanya pengalamannya. Jadi pengen ikutan coba seduh kopi, meskipun tidak terlalu suka ngopi tapi tentunya akan jadi salah satu pengalaman yang menarik.
BalasHapusDan pas liat lokasinya, dan itu dekat kosan lama saya :( andai sudah tau dari dulu
Wow, Kopi Dewa diracik sendiri ya Mas Ali.. iya saya kirain cafe juga tadi... hehe ternyata Roastery and Minilab. Racikan plus disangrai pula pastinya harum banget.
BalasHapusAsyik banget kalau ngopi di kafe yang baristanya open dan mau banyak berkisah.Apalagi jika harga bersahabat pula. Kalau untuk kopi yang seperti ini, saya memilih aman, yaitu capucino atau latte. Karena selera kopi saya ndeso, yaitu kopi tumbuk tradisional dan kopi kapal kobong. HIhihihi
BalasHapusmakanya meski sebelum punya bayi sehari 4 gelas, saya tak berani mengaku sebagai pecinta kopi.
Aku dan suami penikmat kopi. Dan jika ada tempat yang seduh sendiri begini tentu menarik sekali bagi kami. Apalagi lihat harga yang dibandrol cuma goceng saja. Ah, keren bener Kopi Dewa. Semoga sukses dengan idenya!
BalasHapusKapan kapan kalau ke Bandung pengen ngopi di sini ah. Tempat ngopi saya di Mataram ngebolehin tamunya seduh sendiri kok, saya sering lihat tuh di sana. Saya pernah ditawari juga, tapi gak mau, takut rasanya aneh. Hahahahha.. biasanya diseduhin soalnya.
BalasHapusMenarikkkk, jadi selain dapet kopinya, juga dapat belajarnya. Apalagi buat si sulungnya, pastinya jadi lebih berkesan. Jadi penasaran juga, di Makassar ada yang seperti ini ngga ya, cari-cari info dulu deh
BalasHapusWahhh keren nih tempatnya bisa meracik kopi pilihan sendiri, biasanya kan kalo ke kopi cafe gitu kita cuma nonton aja dan proses pembuatan atau penalangannya tidak tahu bagaimana.. Disini bisa dong ngeracik dan membuat sendirii. Jadi menikmati kopi sambil belajar cara membuatnya juga ;D
BalasHapusAku bukan penggemar kopi, tapi kalau ada kesempatan buat nyeduh sendiri kaya gini, mau banget. Kayanya seru gitu
BalasHapusMantap juga ya dengan cara menyeduh kopi sendiri. Jadi menyesuaikan sesuai dengan kemauan. Mau panas dingin, hangat dan bahkan oanas dingin, silakan atur sendiri. Heheh, demokrasi banget coffee nya...
BalasHapusBelakangan ini coffee shop emang menjamur di mana-mana dan banyak juga seduh kopinya manual. Tapi minilab ini menarik karena pengunjung boleh nyoba langsung caranya menyeduh kopi yg baik dan benar.
BalasHapusSaya setuju sama si Sulung! Ngeliat foto-foto alatnya, jadi pengen nyobain semua pake alat tsb hihi..
BalasHapusDisini ada sih 1-2 coffee yang bisa enak nonton nyeduhnya. Tapi belum kepikiran buat ngajak anak2 kesana karena masih kecil. Dan tidak suka kopi. Padahal bagus juga buat belajar ya
BalasHapusPengen juga ke sana, tuk belajar tentang kopi. Saya rindu dengan dongeng kopi. APalagi jika kopinya nikmat dandibuat dengan hati. Huaaaah! Hidup yang benar-benar hidup
BalasHapusKafenya keren banget euy. Bisa seduh sendiri gitu, harganya murmer lagi. Pasti dapat pengalaman dan rasa yang unik. Bagi coffeeholic ini tentu surga banget.
BalasHapusEntah kenapa, ada pro kontra dari kopi yang diracik sendiri itu. Pronya ya, kita jadi belajar meracik kopi dengan baik dan benar. Kontranya adalah, kalo kopinya tidak enak, ya tanggung risiko sendiri. Tapi, dalam namanya belajar, kegagalan adalah hal yang wajar. Untung juga hargnya masih terjangkau. Jadi, tidak begitu bermasalah juga ke depannya. Aku sendiri sebenarnya tertarik, tapi sampai sekarang, aku masih prefer kopi sachetan sama permen kopi dulu.
BalasHapusIni namanya surga... terutama buat penggila kopi. Bisa punya pengalaman dan ilmu juga ya... tapi enaknya kalau ga buru2 ya. Kalau buat yg sibuk lebuh enak dibikinin aja. Tinggal slurp lalu cabut.
BalasHapusluar biasanya nih coffee shopnya. kita bisa dapat dua hal. dapet nikmat kopinya, dapet pula ilmunya. Jarang ada barista yang mau ngajarin dan membuka rahasia dapurnya. Jadi bisa belajar banyak dong ya
BalasHapus\
Baca tulisan kang Ali...aku mendadak pengin nyeduh kopi.
BalasHapusTapi apa daya.. yang ada di rumah sasetan lagi...sasetan lagi.
Ihhikks~
Belajar filosofi kopi memang tiada akhir yaa, kang..
Goceng murah banget sih kang... sepertiganya doang dibanding kalau dibikinin. Hehehe.
BalasHapus