Let’s Read Bahan Bacaan Alternatif untuk Anak-Anak di Rumah
TIDAK
terasa, saat ini anak-anak sudah mulai beranjak remaja. Si Sulung saat ini
sudah kelas 1 SMA atau kelas 10, anak ke 2 sudah kelas 2 SMP atau kelas 8, dan
si Bungsu kelas 6 SD. Herannya meski sudah beranjak remaja, hingga sekarang
masih suka dibacain cerita.
Mungkin
karena sejak mereka baru melek sudah
dibacakan cerita, baik dari picture book
dan board book yang saya koleksi.
Atau, sekadar cerita pengalaman kecil yang saya dapatkan atau bundanya dapatkan
ketika ada di luar rumah.
Pengalaman
kecil seperti ketemu penjual somay yang mangkal di Balai Kota Bandung, yang
selalu bawa sekeranjang buku. Buku-buku tersebut lalu dibaca pelanggannya
sambil menyantap somay.
Rahma, Fairy, dan Nada Firdaus (Foto Ali) |
Pengalaman kecil seperti ketemu pengamen di perempatan jalan yang main musiknya kompak dan enak didengar, sampai-sampai nggak tega kalau cuma kasih mereka uang Rp 10.000,-.
Pengalaman
ketemu teman-teman hebat yang membuat si Sulung terkesan dan membuatnya ingin
kenal dan bertemu. Setelah bertemu, dengan berani dia berkenalan dan ngobrol
tentang keahlian dan kompetensi yang dimiliki teman-teman saya.
Sebelum
ngobrol biasanya si Sulung minta ijin untuk merekamnya dalam sebuah tape recorder kecil (dulu belum ada smartphone yang bisa merekam). Saya biasanya ikut mengabadikannya dengan kamera
poket.
Setelah
tiba di rumah, si Sulung akan mentranskipnya dalam sebuah tulisan tangan yang
terkadang nggak kebaca. Karena saya tidak mau momen itu hilang begitu saja,
saya biasanya bantu mengetiknya lalu mengirimkannya ke media massa yang
menyediakan lembaran anak-anak. Tidak jarang, tulisannya kemudian dimuat.
Nada dan Adik-Adiknya Menjadi Wartawan Cilik di PeerCil (Foto Ali) |
Sebut
saja misalnya dimuat di rubrik Warcil
(Wartawan Kecil) lembar PeerCil Koran
Pikiran Rakyat Jawa Barat, rubrik Pengalamanku Kompas Anak (sudah tidak ada) Koran Kompas, dan Cerpen di Majalah Beeanglala (sudah tidak
terbit).
Beberapa
minggu setelah tulisannya dimuat, saya biasanya ajak si Sulung untuk datang ke
kantor medianya, terutama di kantor Koran Pikiran Rakyat yang lokasinya di
Bandung.
Saya
ajak untuk bertemu redakturnya sekaligus ambil honor. Saya sengaja minta dia
sendiri yang menandatangani kwitansi honor yang diterimanya supaya dia
merasakan, bagaimana rasanya menerima honor.
Ketika
di depan orang keuangan, dia sempat ditanya honornya untuk apa. Sungguh, saya
sangat terharu dan berkaca-kaca dengan jawabannya. Jawabannya sangat simpel,
tetapi bagi saya penuh makna, dia jawab “untuk beli buku”.
Mengikuti Jejak Kakak
Seiring
dengan bertambahnya usia, tulisan-tulisan si Sulung makin banyak dimuat di
media, bahkan salah satu cerpennya menjadi salah satu pemenang Lomba Cerpen Hari Anak Nasional 2011 dan
diterbitkan bersama para pemenang dalam sebuah buku berjudul The Pinky Girls (DAR Mizan 2011), saat
itu si Sulung menjadi peserta terkecil.
Melihat
sepak terjang si Sulung, sepertinya adik-adiknya juga terinspirasi. Tak pelak,
adik-adiknya pun mengikuti jejak sang Kakak. Meski tidak seintensif kakaknya,
mereka selain rajin baca juga rajin menulis.
Tulisan Nada dan Adik-Adiknya di Berbagai Media (Foto Ali) |
Anak
kedua –Rahmania Nafisah, selain ikut menjadi wartawan cilik di PeerCil dan
berhasil menulis beberapa pengalaman perjalanan, menulis cerpen, juga salah
satu cerpennya menang tingkat nasional. Dia berhasil masuk SMP Favoritnya
karena prestasi menulisnya.
Si
Bungsu –Fairy Shaliha, juga menulis. Bedanya, dia lebih senang menulis puisi
dan membacakannya. Puisi-puisinya juga beberapa dimuat di PeerCil. Beberapa
kali mewakili sekolahnya untuk lomba baca puisi dan pidato.
Berawal dari Buku Pertamaku
Mungkin
karena saya suka buku dan mengoleksi banyak bacaan anak, maka hiburan paling
gampang untuk anak-anak tak lain dan tak bukan bacain buku. Secara bergantian saya
dan bundanya anak-anak bacain buku kapan pun dan di mana pun. Terutama ketika
jelang tidur. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mengenalkan mereka
pada budaya membaca.
Kebiasaan
tersebut ternyata sempat membuat si Sulung susah tidur kalau belum dibacain
buku atau didengarkan cerita. Saya sampai bela-belain
merekam banyak audio podcast cerita
anak. Podcast tersebut sering didengar si Sulung sebelum tidur. Begitu pun pada
adik-adiknya, jadi kalau lelah atau saya sedang keluar kota dan tidak bisa baca
buku, gantinya podcast.
Tanpa
sadar, dari kebiasaan tersebut efeknya ternyata anak-anak jadi menyukai bahan bacaan
meski mereka belum bisa baca. Budaya membaca terbentuk dengan sendirinya.
Bahan
bacaan apa pun yang ada di rumah pasti mereka penasaran. Entah picture book, board book, novel,
majalah, koran buat mereka menyenangkan. Mereka bisa asyik membuka-buka bahan
bacaan tanpa membacanya, hehehe.
Cerpen Nada diterbitkan Dalam Kumpulan Cerpen (Foto Ali) |
Setelah
antusias mereka terhadap buku mulai tinggi, saya ajak mereka ke toko buku dan
memilih buku pertama mereka. Entah ini kebetulan atau memang sudah dari sononya anak-anak selalu tertarik pada
binatang, semua anak saya ketika diminta memilih buku pertamanya di toko buku
pasti yang dipilih buku tentang binatang. Terutama board book yang berukuran A4
yang dicetak berwarna.
Dari
sanalah, saya dan bundanya anak-anak mulai mengajarkan mereka membaca. Bukan
dengan mengeja huruf-huruf yang ada di sana, melainkan langsung membaca kata
dan kalimat yang tertera pada buku pertamanya.
Setelah
buku pertamanya berhasil dikuasai –dalam arti, anak-anak (seolah-olah) bisa
membaca, hampir sebulan sekali mereka memilih bahan bacaan yang mereka sukai.
Setiap buku diperlakukan sama, dibacakan apa adanya kemudian anak-anak
(seolah-olah) membacanya juga. Begitu terus hingga mereka masuk Taman
Kanak-Kanak dan buku pilihannya makin banyak.
Tanpa
saya dan bundanya mengajarkan membaca, sebelum mereka selesai Taman Kanak-Kanak
mereka sudah bisa membaca, menulis, dan memiliki bahan bacaan favorit
masing-masing.
Ada
cerita lucu yang hingga kini tak pernah hilang dari ingatan. Kalau pada si
Sulung dan adiknya yang nomer dua biasanya kita minta baca sambil kita lihat
dan dengarkan, si Bungsu sangat berbeda.
Setiap
picture book atau board book yang pada saat malam hari dibacakan, pasti pagi
hari, saat sarapan dia akan bacakan untuk kita. Meski belum bisa baca, dia akan
membacakannya dengan serius, sampai-sampai kalau kita nggak menyimak dia marah
dan mengingatkan kita supaya nyimak, hehehe.
Saat
ini anak-anak sudah mulai beranjak remaja. Meski aktivitasnya mulai padat,
hampir setiap bulan aktivitas memilih bahan bacaan di toko buku tetap
dilakukan. Si Sulung meski sudah jarang nulis, selain aktif sebagai atlet
basket, pengurus osis, aktif di karang taruna di lingkungan rumah juga sering merekomendasikan bacaan yang bermanfaat untuk teman-temannya.
Sementara
adik nomer duanya selain aktif sebagai atlet basket, dia senang sekali membuat
kue. Tiap minggu, dia habiskan waktunya untuk memilih-milih resep, baik lewat
buku atau media sosial yang kemudian dia rangkum menjadi resep kue ala dia. Saya beneran sangat respek karena kue buatannya benar-benar enak. Dia
mulai mantab, kelak akan menjadi pengusaha kue.
Terakhir
si Bungsu, kemampuan vokal dalam mengekspresikan bait-bait puisi dan retorikanya
semakin mumpuni, terakhir dia menduduki peringkat ke-5 lomba pidato antar
Sekolah Dasar se-Bandung Raya. Saat ini dia sedang berjuang masuk SMP
Favoritnya. Doakan saja, semoga keterima.
Keadaan anak-anak kini telah berubah kecuali
kesukaanya pada buku, membaca, dan dibacakan atau didongengkan cerita walau
sudah besar dan bisa membaca. Budaya membaca membuat mereka tahu apa yang harus
mereka lakukan untuk mengisi hari-hari mereka. Seperti membaca cerita dari Aplikasi Let’s Read.
Aplikasi Let's Read (Foto Ali) |
Aplikasi Let’s Read Jadi Andalan
Entah
sudah berapa lama saya mengunduh Aplikasi Let’s Read, entah 6 bulan lalu atau
5 bulan lalu, yang pasti saat ini cerita-cerita yang ada di sana menjadi salah
satu alternatif bahan bacaan anak-anak di rumah.
Aplikasi
Let’s Read adalah aplikasi perpustakaan digital untuk anak (dan orangtua
pastinya), yang berisi ratusan cerita menarik dalam berbagai bahasa. Hingga
saya menulis ini ada sekitar 44 Bahasa. Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Jawa,
Sunda, Minangkabau, Pilipino, Tagalog, Tieng Viet, dan beberapa bahasa daerah
di Asia lainnya.
Ada
15 Tema cerita anak yang disediakan Let’s Read. Ada Critical Thinking, Health, Science, Adventure, Animals, Problem
Solving, Non-focion, Nature, Funny, Folktales, Community, Family &
Frienship, Art and Music, Superhero, dan Mighty Girls.
Supaya
memudahkan pembaca, Let’s Read menyediakan juga level bacaan untuk Buku
Pertamaku mulai dari level 1 hingga level 5.
Contoh
ebook level 1 yang berulang kali
dibaca anak-anak, ebook berjudul Semut
dan Roti. Buku ini diterbitkan sebuah LSM di Nepal bernama
Srijanalaya, dengan dukungan The Asia Fondation’s.
Buku
berjudul asli Imuwa Mari (Bahasa
Nepal) yang diterbitkan tahun 2018 ini sebelumnya pernah terbit tahun 1965. Ditulis oleh Durga Lal Shrestha dan diilustrasi oleh Binita Buddhacharya.
Ceritanya
simpel, tetapi maknanya sangat dalam. Tentang seekor semut di jalan yang
menemukan sepotong roti. Semut tersebut tanpa takut-takut menarik dan menyeret
roti tersebut. Sayang sekali, rotinya tidak bergerak sama sekali.
Semut
kecil kemudian meminta pertolongan untuk menarik roti temuannya. Satu
persatu teman-teman membantunya hingga roti tersebut bisa dibawa ke sarang.
Roti tersebut kemudian dimakan bersama-sama di dalam sarang.
Pada cerita tersebut anak-anak dikenalkan
tentang bagaimana pentingnya kerja keras, persaudaraan, kekeluargaan, dan
pentingnya gotong royong dalam menjalani kehidupan.
Keragaman
tema yang disediakan Let’s Read ini sangat menguntungkan pengguna karena bisa
dijadikan media informasi dan pembelajaran untuk anak. Media informasi dan
pembelajaran yang tidak menggurui tentunya.
7 Kelebihan Lets Read
Dari
sekian puluh aplikasi perpustakaan digital, saya sangat mengapresiasi dengan
keberadaan Let’s Read karena salah satu aplikasi perpustakaan yang focus pada
bacaan anak-anak. Sebagai pengguna, saya sangat merasakan manfaatnya. Let’s Read bermanfaat karena memang memiliki
beberapa kelebihan sebagai berikut.
1). Ringan
Aplikasi
yang baru update versi terbarunya,
versi 1.2.19 pada 3 Juni 2020 tersebut kini telah diunduh 50.000 lebih
pengunduh. Sangat wajar jika pengunduh aplikasi yang dirilis 6 Maret 2017 ini
cukup banyak karena ukurannya sangat ringan, hanya 2.8 Mb.
Padahal,
pada aplikasi ini didominasi konten visual karena bacaan anak memang harus ada
mengandung visual supaya lebih menarik.
2). Desain Simpel
Meski
kontennya penuh dengan warna, desain aplikasi ini sangat simpel. Begitu membuka
aplikasi, pengguna langsung disapa dengan tulisan ajakan membaca berbunyi “Ayo
Membaca” dan langsung masuk menu utama.
Pada
menu utama pengguna dipersilahkan memilih tiga (3) kategori utama; Buku Unggulan, Semua Buku, dan Buku Unduhan. Pengguna juga bisa mencari
kategori buku yang akan dibaca atau dibacakan secara detil. Pengguna cukup klik
tanda seach yang ada di bagian atas
tampilan. Pengguna bisa memilih bahasa, level atau tingkat bacaan, dan tema.
Benar-benar simpel, bukan?
Sangat Ringan dengan Desain Simpel (Foto Ali) |
3). Konten Telah Dikurasi
Sebagai
perpustakaan digital yang menyediakan buku anak, tentu Let’s Read menerapkan
standar yang sangat tinggi. Let’s Read tidak akan sembarangan mengunggah konten
yang akan diberikan kepada anak-anak.
Let’s
Read diinisiasi oleh Lembaga Pembangunan Internasional Nirlaba, The Asia
Foundation. Mereka bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang kompeten di setiap
negara untuk menghadirkan bacaan bermutu untuk anak.
Terakhir
mereka mengadakan Lokakarya Penulisan BookLab 2020 Let’s Read di Jakarta untuk
sebuah proyek pengadaan bacaan. Penulis yang telah melewati beberapa tahap
seleksi diundang untuk mengikuti lokakarya. Mereka mendapat materi tentang
kepenulisan dari para pakar selama beberapa hari.
Selesai
lokakarya, mereka menulis bacaan untuk anak yang nantinya akan diunggah di
Aplikasi Let’s Read. Tentu saja setelah hasil karyanya telah lolos kurasi.
Begitu pun ilustrasinya, telah dikurasi sehingga tidak mengandung unsur yang
tidak layak untuk dilihat anak-anak.
Contoh Cerita Fabel (Foto Ali) |
4). Jenis Cerita Beragam
Buku
cerita yang ada di Let’s Read jenisnya cukup beragam sehingga anak-anak tidak
akan bosan. Ada cerita keseharian, cerita rakyat, fabel, dan fantasi. Ceritanya
pun dikemas dengan berbagai genre. Ada drama, misteri, humor, dan sebagainya.
Ditambah
lagi, cara berceritanya simpel dengan ilustrasi yang sesuai dengan usia pembaca
sehingga anak-anak mudah memahami dan mengambil hikmahnya.
5). Belajar Berbagai Bahasa
Konon,
salah satu cara mudah mempelajari bahasa itu dengan membaca dan memahaminya
lewat cerita. Seperti yang saya ceritakan di atas, Let’s Read menyediakan
bacaan anak dalam 44 bahasa. Mulai dari Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan
beberapa bahasa daerah di Indonesia dan dunia ada.
Jangan
khawatir anak-anak tidak paham saat kita membacakan cerita berbahasa Inggris
(misalnya) kepada anak-anak kita karena anak-anak akan memahaminya melalui
ilustrasi yang digarap dengan sangat menarik.
Contoh Cerita Karya Asli Indonesia (Foto Ali) |
6). Bisa Baca dan Cetak
Latar
belakang didirikannya perpustakaan digital Let’s Read adalah karena sulitnya
pendistribusian buku ke pelosok negeri dan untuk efesiensi alias memudahkan
pengguna mengakses di mana pun dan kapan pun, Let’s Read membolehkan
penggunanya untuk mencetak buku yang telah disediakan. Syaratnya, dicetak untuk
dibaca bukan untuk dikomersilkan karena ada Hak Cipta di sana.
Kabar
baiknya, siapa pun yang ingin mencetak bisa langsung unduh dari website
letsreadasia.org dan tidak perlu izin. Setelah diunduh silahkan dicetak untuk
dibacakan atau dibaca anak-anak kita.
7). Mudah dan Gratis
Siapa
yang tidak suka pada hal yang mudah dan gratis di dunia ini? Saya yakin siapa
pun pasti suka, hehehe. Apalagi yang mudah dan gratis itu sangat berguna dan
bermanfaat seperti Aplikasi Let’s Read.
Setelah
pengguna mengunduh aplikasi, pengguna dengan mudah bisa menggunakannya.
Pengguna bisa cukup dengan membacanya saja dengan syarat dalam keadaan online
atau bisa juga mengunduhnya supaya bisa dibaca kapan pun dan di mana pun.
Cukup
dengan satu (1) aplikasi pengguna sudah membawa ratusan judul buku yang bisa
dibaca anak-anak atau dibacakan kepada anak-anak tanpa takut kehabisan bahan
bacaan, hehehe.
Jadi,
daripada mengunduh aplikasi macam-macam, lebih baik unduh aplikasi bermanfaat
seperti Aplikasi Let’s Read. Caranya sangat gampang, tinggal buka playstore, cari dengan kata kunci Le’st
Read dan langsung unduh.
Saat
ini karena anak-anak sudah besar dan sudah diperbolehkan memiliki gedget. Selain
ada beberapa syarat yang diberikan, terutama jadwal penggunaan dan pemanfaatan,
ada satu (1) syarat yang tidak boleh dilewatkan yaitu wajib unduh Aplikasi
Let’s Read. Bukan apa-apa, supaya anak-anak tetap bisa baca ketika sedang dalam
perjalanan atau sedang santai.
Semoga
bermanfaat.
Hebat nih anak anaknya, mas Ali. Masyaa Allah. Sy jadi terinspirasi menerapkannya di anak saya kelak. Dan kebetulan saya perlu aplikasi buat cari banyak bahan bacaan buat anak. Tfs mas...
BalasHapusAlhamdulillah, makasih Mas
HapusLets read memang moii ya kang Ali..
BalasHapusSaya sndr baru baru ini tau ada aplikasi ini, karena ikut kompetisi.
Itulah salah satu kegunaan kompetisi ya, biar jadi kenal sama yg dilombakan hehe
Bermanfaat banget ya aplikasinya
HapusIni si sulung yg cewek atau cowok mas? Hebat bangetttt udah banyak dimuat dan diapresiasi tulisannya. Enak ya aplikasi Let's Read, apalagi buat keluarga yang suka traveling. Gak perlu bawa buku berat-berat. Tinggal buka aplikasi, trus udah deh bisa baca.
BalasHapusSulung yang cowok, hehe
HapusTerima kasih pak atas ulasan lengkapnya tentang aplikasi Let's Read. Saya mau download dan membaca buku bersama anak. Tampaknya anak saya sudah mulai bosan dengan bukunya yang itu-itu saja sementara selama PSBB kami belum bisa pergi hunting buku anak lagi
BalasHapusKayaknya aku jadi tertarik dengan let's read ini. Simpel dan ringan ya. Anak-anak pun bisa belajar bahasa dari negara lain secara otodidak
BalasHapusBener banget Kak
HapusMasya Allah..anak-anak yang soleh/solehah dan aktif berkegiatan jadi permata kebanggaan keluarga.
BalasHapusSemoga cita-cita mereka tercapai ya...Aamiin
Anak-anak kita hampir sebaya, anak saya kelas 9 dan kelas 6. Hobi baca juga tapi enggak nulis seperti ibunya :)
Aplikasi seperti Let's Read ini memang jempolan dan bisa andalan bahan bacaan anak. Manfaatnya banyak pun aman digunakan. Dengan adanya kurasi orang tua jadi tenang hati. Apaalgi tema, level dan bahasa yang beragam. Pasti akan memperkaya kemampuan bahasa dan budaya anak-anak nantinya
Semoga anak-anaknya habis baca Let's Read jadi seneng nulis ya Mbak hehe
HapusSeperti kaya pepatah ya, Kang Ali. Buat tak jatuh jauh dari pohonnya. Buah hati Kang Ali semua gemar membaca dan akhirnya bisa menulis juga.
BalasHapusKalau soal membaca, memang harusnya generasi sekarang lebih semangat ya,Kang. karena fasilitas lebih dimudahkan, termasuk adanya Lets Read.
Bener banget Mas, soalnya dimudahkan
HapusMemang kita butuh aplikasi yang bermanfaat untuk menumbuhkan minat baca anak ya kak
BalasHapusIya Kak, bener banget
HapusMasyaAllah, tabarakallah buat anak-anaknya kang. Alhamdulillah, anak-anakku juga suka banget aplikasi let's read ini. Soalnya memang keren banget. JAdi cerita sebelum tidur sekarang pake cerita dari aplikasi ini.
BalasHapusAlhamdulillah. Bermanfaat banget ya
HapusWah, hebat mas si sulung kecil-kecil sudah jadi wartawan cilik. Mungkin memang sedari kecil anak-anak kita harus dibiasakan untuk melakukan profesi yg mereka gemari. Walau mungkin di saat dewasa bisa berubah tapi tidak ada salahnya membiasakan.
BalasHapusKeren anak2nya ya Mas Ali... ngikut bakatnya ayahnya yg emang jago nulis. Btw anak2 seusia Nada masih cocok baca cerita2 di Let's Read kah Mas... saya jd kepo hihi
BalasHapusMasih, hehe. Orangtua juga masih hehe
Hapuskeren aplikasi lets read membuat anak2 termotivasi untuk membaca ya kak..tapi betul jika anak senang membaca biasanya ada kemampuan juga dlm menulis..tinggal diarahkan saja..semangat membaca buat anandanya..
BalasHapusIya. Saya seneng banget ada aplikasi ini
HapusAq juga pengguna aplikasi ini mas, apalagi buat bepergian lumayan mengurangi bawaan buku2 anak.
BalasHapusNamun anakku gampang terdistraksi kalo baca lets read sendiri, hasrat dia mau back dan pergi ke youtube ckup kuat jd klo udh buka ini kudu ddampingi full sambil di baca nyaring😅
Hehehe. Didampingi terus kalau gitu
HapusCocok nih aplikasi let's read jadi solusi untuk daerah yang ga ada toko buku kayak tempat tinggal saya. Makasih ulasannya mbak, nanti saya download 😁
BalasHapusIya, bener banget
HapusWah Kaka Nasa, Kaka Rahma dan kaka Fairy udah beranjak remaja, dulu suka ngajak main fathan ya, hebat-hebat semuanya banyak prestasinya, fathan mesti belajar nih dari kakak semua, mau ah unduh lets read buat bacaan fathan fakhira di rumah
BalasHapusHehe, mudah-mudahan Fathan makin hebat
Hapuskebiasaan membaca dan menulis menjadi bekal yang berguna untuk masa depan anak-anak ya Kang..Seru banget aplikasinya, jadi solusi menyediakan bahan bacaan untuk anak
BalasHapusBener banget Mbak Dew
Hapuskayaknya aku juga mau download lets read nih. walaupun diperuntukan buat anak anak, cuma kayaknya menarik!
BalasHapusBisa dipakai siapa pun kok Kak
HapusWah aplikasinya keren Kang, kita tetep bisa mengajak anak gemar membaca meskipun lewat gadget.
BalasHapus