Tips
Cara Paling Mudah Ngajarin Anak Nulis Puisi
TERKADANG
orangtua atau guru merasa tidak yakin bisa mengajar
anak menulis puisi. Selain karena kemampuan orangtua atau guru dalam
nulis puisi (mungkin) kurang, merasa tidak perlu, tidak
ada waktu, bisa juga karena tidak tahu bagaimana cara paling mudah ngajar anak nulis
puisi.
Lelaki
Berciput bukan penulis puisi, meski pun pada awal-awal nulis dahulu lebih
sering nulis puisi daripada cerpen, artikel, ngeblog
atau buku. Dia juga bukan penyair yang puisinya dibicarakan para kritikus, dia
hanya penyuka puisi. Akan tetapi, bukan berarti tidak berusaha mencari cara paling mudah bagaimana ngarin anak nulis puisi.
Setelah
beberapa kali memberikan
workshop nulis kepada anak-anak dan guru di beberapa daerah seperti Bontang,
Lampung, Surabaya, Medan, Bengkulu, dan beberapa daerah lainnya, akhirnya
Lelaki Berciput menemukan cara paling mudah ngajarin anak nulis puisi. Bahkan cara tersebut
tertuang dalam buku Fun Writing yang dia tulis.
Cara
tersebut kemudian diterapkan kepada anak-anaknya, mulai dari anak pertamanya
yang pada saat tips ini ditulis sudah kelas 6 SD, anak keduanya yang sudah
kelas 4 SD, dan anak terakhirnya yang baru kelas 2 SD.
Khusus
untuk anak terakhirnya, puisi-puisinya bahkan sudah dimuat oleh Peer Kecil.
Lembar anak yang diterbitkan seminggu sekali oleh Harian Umum Pikiran Rakyat
Jawa Barat. Bagaimana cara paling mudah ngajarin anak nulis puisi? Berikut ini
caranya.
***
Contoh Puisi Fairy Dimuat di PR Kecil (Foto Kang Alee) |
6
Tahap Ngajarin Anak Nulis Puisi
Pertama
beri tahu terlebih dahulu apa itu puisi dengan bahasa yang mudah dipahami.
Lelaki Berciput tidak memberikan arti puisi secara teoritis, dia hanya
menjelaskan jika puisi itu cerita pendek yang ditulis dengan bahasa yang
pendek. Biasanya terdiri dari beberapa paragraf. Setiap paragraf terdiri dari 4
baris saja.
Mungkin
secara teori agak melenceng, tetapi Lelaki Berciput tak khawatir karena pada
saatnya nanti anak-anak pasti akan mendapatkan arti puisi secara teori yang
dirumuskan para ahli bahasa kelas atas. Rumusan yang terkadang sulit
dimengerti.
Kedua
cari ide nulis puisi. Ide juga tidak perlu dijelaskan maknanya secara Kamus
Besar Bahasa Indonesia, cukup meminta anak-anak mencari apa yang akan ditulis.
Misalnya akan menulis tentang Kepala, Mata, Tangan, Kaki, Bunda, Ayah, Kakak,
Adik, Sepeda, Buku, Makanan, Minuman, Alam Semesta, dan sebagainya. Kita
bebaskan anak-anak, bahkan jika pun anak-anak akan menulis tentang teman di
bawah tempat tidurnya pun tak masalah.
Ide-ide
yang akan ditulis kemudian ditulis secara berurutan dengan angka di buku
khusus. Tujuannya, agak anak-anak bisa memilih ide mana yang akan ditulisnya
terlebih dahulu dan mana ide yang akan ditulis nanti. Dengan list ide tersebut,
mau tidak mau anak-anak akan mencoba konsisten nulis setiap hari, setiap
minggu, atau setiap bulan, minimal satu puisi.
Ketiga
menceritakan Ide. Setelah ide yang akan ditulis dipilih, bantu anak-anak
menceritakan secara luas idenya tersebut. Anak-anak bisa dipancing dengan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat anak berpikir.
Misalnya
saja, ide yang akan ditulis tentang Sepeda,
kita bisa memancing dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, “Sepeda warna apa?”
“Bentuknya seperti apa?” “Ada rantainya?” “Ada pedalnya?” “Ada rantainya?”
“Rantainya pernah lepas?” “Kapan sepedanya dibeli?” “Biasanya kapan naik
sepeda?” “Apa kamu suka dengan sepeda kamu?” “Apa kamu sayang dengan sepeda
kamu?” “Kenapa kamu sayang dengan sepeda kamu?” “Kamu sayang sepeda kamu
seperti kamu sayang siapa?” dan pertanyaan-pertanyaan yang makin memperkaya
ingatan anak-anak.
Jangan
lupa, setiap jawaban yang keluar dari mulut anak, minta anak langsung
mencatatnya di lembaran khusus. Lembaran inilah yang nanti akan menjadi bekal
anak merangkai kata menjadi sebuah puisi yang indah.
Keempat
memilih kata yang telah dicatat. Tahap keempat ini saat yang paling menentukan
apa puisinya akan terangkai dengan baik dan menjadi sebuah cerita yang manis
atau sebaliknya menjadi puisi yang tak bercerita.
Pengalaman
Lelaki Berciput, selagi tahap ketiga dilakukan dengan baik dan daftar kalimat
yang telah dilisting banyak, anak-anak akan mudah memilih dan merangkainya
menjadi sebuah puisi yang manis. Orangtua atau guru tinggal membantu ketika
anak-anak kesulitan. Membantu memilihkan alur supaya cerita yang dirangkai
dalam bentuk puisi itu runut.
Kelima
membahas puisi yang telah ditulis. Tahapan ini dilakukan tak lain dan tak bukan
supaya pesan yang ingin disampaikan dalam puisi sampai. Kata yang dipilih
anak-anak tepat. Kalimat yang dirangkai menjadi makin indah. Ingat, hanya
membahas bukan memilihkan kata atau kalimat yang menurut orangtua atau guru
tepat.
Biasanya
yang dilakukan Lelaki Berciput membahas satu persatu kalimat yang ditulis. Apa
kalimat itu bisa dipahami? Apa kalimat itu gampang diucapkan? Apa kalimat itu
enak didengar? Apa kalimat itu ketika dibaca bisa diekspresikan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut ternyata cukup membuat anak-anak memikirkan
kembali kalimat yang dia pilih.
Setelah
membahas perkalimat, baru kemudian bahas perparagraf. Kembali pertanyaan-pertanyaan
tersebut di atas ditanyakan kepada anak-anak.
Bermain-main di Pantai (Foto Kang Alee) |
Keenam
editing. Jangan membayangkan, editing yang dilakukan itu seperti mengedit puisi
yang bernilai sastra tinggi atau malah sangat tinggi ya, cukup edit sesuai
dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada tahapan kelima. Tak usah
persoalkan apakah cara penulisannya benar atau salah, ejaannya benar atau
salah, cukup menyempurnakan supaya kalimatnya makin indah seindah sebuah lagu
atau kalimatnya berima. Jika editing ini berhasil dilakukan, dijamin puisi yang
ditulis anak-anak itu telah sempurna.
Puisi
bagi anak-anak hanyalah cara berkomunikasi. Puisi bagi anak-anak hanyalah
melatih berbahasa yang baik. Puisi bagi anak-anak hanyalah sebuah ekspresi.
Jadi, jangan pernah membuat mereka susah apalagi kesulitan dalam menulis puisi.
Selain keenam langkah di atas,
sesekali ajak anak-anak jalan-jalan ke pasar, mengitari kota, naik becak, naik
ojek, naik angkot, atau jalan-jalan ke gunung, melihat hutan hutan, melihat
pantai, merasakan deburan pantai. Itu akan memperkaya pengalaman mereka.
Itulah
cara paling mudah ngajarin anak-anak nulis puisi yang selama ini dilakukan oleh
Lelaki Berciput. Alhamdulillah, dengan cara seperti itu, puisi yang ditulis
anak-anak yang pernah belajar nulis puisi diterima media dengan baik. Media
memberi apresiasi dengan memuatnya dalam rubrik khusus anak-anak. Mau ngajarin
anak-anak nulis puisi dengan mudah? Coba saja cara di atas. Selamat mencoba.
@KreatorBuku
Berikut
ini contoh puisi yang ditulis Fairy Shaliha yang baru kelas 2 SD. Beberapa puisinya
dimuat di lembar anak-anak Peer Kecil HU Pikiran Rakyat Jawa Barat.
Buku
Cerita
Oleh
Fairy Shaliha
Kulihat
sebuah buku
Bersampul
warna biru
Penuh
dengan lagu lagu
Membuat
ku terpaku
Tiap
malam ku buka
Tiap
malam ku baca
Aku
senang karena nya
Karena
kau lah Buku Cerita
Pantai
Oleh
Fairy Shaliha
Dengan
pasir yang luas
Ombak
yang bergelombang
Angin
yang sejuk
Sinar
mentari yang hangat
Pohon
yang tinggi
Membuatku
senang
Bermain
bersamamu
Pantai
Sepedaku
Oleh
Fairy Shaliha
Aku
punya sepeda
Berwarna biru tua
Setiap
sore aku mengayuhnya
Menuju
masjid
Untuk
mengaji
Sepeda
menemaniku
Setiap
hari
Seperti
sahabat sejati
Aku
akan menjaganya sepenuh hati
Borobudur
Oleh
Fairy Saliha
Kau
sangat bersejarah
Kau
sangat hebat
Kau
sangat indah
Membuatku
takjub saat melihatmu
Walau
tersusun dari tumpukan batu
Kau
sangat kokoh
Kau
sangat kuat
Kau
sangat gagah
Membuatku
takjub saat melihatmu
Borobudur
Previous article
Next article
hebat bener mas....
BalasHapusHebat kayak Kang Eman, hehe
Hapustwo thumbs up
BalasHapusSiiip mase
HapusKalo di renungkan dan di resapi, saya saja buat puisi jelek banget. tapi sudah baca ini anak saya harus lebih bagus ...
BalasHapusHayuk-hayuk ... pasti bisa, pasti bisa. Semangat Mas
HapusBpk yg kereeen anak yg tak kalah keren
BalasHapuswhuaa kereen inih..
BalasHapuskalaah tante nchie hikss
Mantap mas....pengikut jejak bapake..buah jatuh g jauh dari pohonnya yaa mas ternyata...kecuali ditendang hhhee,,,ayoo tularkan juga ma yang lain yaaa
BalasHapusHehehe, hayuk belajar sama-sama Mbakyu. Nggak ada yang nggak mungkin kan?
Hapusyang jadi masalah kalo belum punya anak gimana iniiiiiiih hikh hiks
BalasHapusCakep2 puisinya Fairy, kereen eui
BalasHapusBaru tahu ada rubrik itu di PR boleh minta alamat Email ya mas, adik saya mau saya motivasi untuk mengirim. Nuhun
BalasHapusBoleh, Silahkan langsung ke sini ya percil@pikiran-rakyat.com
HapusWah, bermanfaat. Kebetulan, krucil di rumah juga mau ikut lomba di sekolah. Nuhun Kang Alee...
BalasHapuswaah menulis sejak dini, apa itu mungkin? menulis puisi bukan hal yang mudah, sebenarnya, tapi bukan juga perkara sulit. Tapi untuk anak usia dini apakah ia benar-benar bisa menikmati setiap tulisannya? menikmati ungkapannya? tapi memang perlu dicoba, sangat inspiratif. terima kasih
BalasHapus