Kontribusi Danone dalam Memutuskan Mata Rantai Anemia dan Hadirkan Indonesia yang Sehat dan Kuat

 


Waktu kecil saya mudah lelah, merasa pusing dan berkunang-kunang.

Alhasil, saya jadi gampang jatuh. Setelah diperiksa, ternyata saya menderita Anemia Defisiensi Besi (ADB) sehingga kandungan Hb saya rendah.

Sebagai perempuan, keadaan ini semakin parah saat mengalami 

menstruasi atau sedang hamil. 

Waktu hamil anak pertama, saya pernah kesulitan napas dan nyaris pingsan. 

Kebayang engga, bahayanya keadaan ini bagi ibu dan anak?

Waktu itu saya mengatasinya dengan minum vitamin

yang mengandung zat besi, B12, dan folat.

Yang menyedihkan, ternyata banyak lho perempuan di sekitar saya yang mengalami hal serupa. Duh, masa mau dibiarin aja? Untuk bisa menikmati perjalanan yang menyenangkan membesarkan anak-anak,

kesehatan adalah salah satu faktor penting.

Kebetulan, kedua anak saya adalah perempuan. Mereka punya risiko lebih besar menderita ADB. Lebih baik mencegah, daripada mengobati, kan?

Saya memastikan makanan mereka mengandung zat besi dan vitamin C yang membantu penyerapan zat besi. Daging merah, brokoli, ikan, dan susu pertumbuhan adalah beberapa menu wajib di rumah. Vitamin dan olah raga juga tidak boleh lupa. Khusus untuk saya, konsumsi kopi juga harus diperhatikan

karena bisa menghambat penyerapan zat besi.

Cerita dari IG @tyaswidjati

 

TERUS terang saya kaget sekali baca apa yang dialami Mbak Tyas. Selama ini saya kenal Mbak Tyas sebagai Penulis Cerita Anak yang energik. Siapa sangka, ternyata sejak kecil memiliki riwayat Anemuia Defisiensi Besi (ADB).

Beruntung sekali apa yang dialami Mbak Tyas segera diketahui sehingga bisa diantisipasi dan tidak berlarut-larut. Meski pada beberapa fase seperti saat hamil mengalami sesak napas dan hampir pingsan.

Kebayang nggak, kalau kondisinya tidak diketahui bahkan tidak diantisipasi sejak awal? Bisa jadi hingga sekarang semakin memburuk dan menurun pada anak-anaknya yang lucu nan menggemaskan.

Karena tidak sedikit masyarakat yang abai terhadap ADB, padahal jika dibiarkan akibatnya sampai tujuh turunan. Anak bisa mengalami stunting. Terbukti, menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2018, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8% dan menduduki peringkat 4 dunia.

Data tersebut diungkap Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi. SpGK. Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association (INA) dalam webinar yang mengusung tema Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi, yang diadakan Danone Indonesia dan Indonesian Nutrition Association beberapa waktu lalu.

Pada data tersebut, terungkap pula ada  48,9% ibu hamil, 32% remaja 15-24, dan 38,5% balita mengalami anemia. Secara global, sekitar 50-60% angka anemia disebabkan oleh Defisiensizat Besi atau biasa disebut Anemia Defisiensi Besi (ADB).

Pada webinar yang dirilis di akun YouTube Nutrisi Bangsa tersebut, Dr. dr. Diana juga mengungkap permasalahan besar yang sedang dihadapi negara kita. Tiga beban masalah gizi (Triple Burden) yaitu Stunting, Wasting, dan Obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.

Dalam webinar yang menurut saya sangat bergizi tersebut, juga menghadirkan  Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia yang memaparkan kontibusi Danone Indonesia dalam memutus mata rantai anemia dan menghadirkan Indonesia yang sehat dan kuat.

 

Dr. dr. Diana dan Arif Mujahidin Sebagai Pembicara Webinar (Foto dari YouTube Nutrisi Bangsa)

Anemia Bisa Terjadi pada Lintas Generasi

Apa yang dipaparkan Dr. dr. Diana selaras dengan apa yang dijelaskan Kementerian Kesehatan RI pada peringatan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Januari 2021 lalu, saat ini negara kita tengah menghadapi badai anemia. Kondisi medis di mana kadar hemoglobin (Hb) kurang dari normal yang menunjukkan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi.

Padahal hemoglobin di dalam tubuh berfungsi membawa oksigen dalam sel darah merah yang disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Tanpa oksigen yang cukup dalam darah, otomatis tubuh juga akan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan 5L; lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai.

Jumlah remaja di negara kita saat ini mencapai sekitar 64 juta atau 27,6% total penduduk Indonesia. Dari prosentase tersebut, 23,9% remaja cewek terkena anemia dan 18,4% remaja cowok.

Faktor penyebab remaja perempuan terkena anemia lebih besar daripada remaja laki-laki karena kurangnya asupan nutrisi, status gizi, pola menstruasi, aktivitas fisik, dan pendapatan orang tua. Anemia ini berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, daya tahan terhadap penyakit, infeksi, aktivitas, konsentrasi, kecerdasan, dan daya tangkap.

Bahkan, seseorang dengan kondisi ADB berisiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan dan risiko lainnya.

“Padahal kondisi ADB sendiri dapat terjadi lintas generasi dan dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil, anak, dan seterusnya,” ungkap Dr. dr. Diana memberikan penegasan.

Kasus pada balita dan anak, ADB bermula dari kurangnya zat gizi mikro pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang akan berdampak pada tumbuh kembang anak, penurunan aktivitas fisik maupun kreativitas, serta menurunnya daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi. Sedangkan pada kasus remaja, ADB dapat menurunkan produktivitas dan kemampuan akademis.

“Kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, urgensi perbaikan gizi masyarakat sebaiknya difokuskan pada 1000 HPK dan usia remaja,” ujar Dr. dr. Diana.

Jika ADB dibiarkan akibatnya sangat fatal karena membawa pengaruh jangka pendek dan jangka panjang bagi tiap-tiap generasi. Kondisi ini merupakan ancaman besar mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Padahal di sisi lain, negara dituntut untuk menciptakan generasi dengan daya saing global. Oleh karena itu, penting sekali semua pihak ikut memutus mata rantai anemia lintas generasi.

 


Anemia dan Memutus Mata Rantainya

Dr. dr. Diana juga menyebutkan, intervensi melalui pemenuhan nutrisi dan edukasi secara menyeluruh merupakan upaya yang dapat dilakukan dalam memutus mata rantai anemia baik di ruang lingkup individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Selain itu ada beberapa cara mencegah dan memutus mata rantai yang bisa dilakukan, antara lain;

1). Menjalankan Pedoman Gizi Seimbang

Pernah dengar slogan 4 Sehat 5 Sempurna? Slogan yang dulu pernah dikampanyekan oleh pemerintah sekarang diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang (PDG). Pedoman Gizi Seimbang memiliki 4 pilar prinsip untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah makanan 4 Sehat 5 Sempurna yang terdiri dari menu makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan ditambah susu tersebut mulai dikenalkan pemerintah pada tahun 1952.

Seiring dengan perkembangan zaman istilah tersebut ternyata tidak cukup untuk pemenuhan gizi. Oleh karena itu, pemerintah menggantinya dengan Pedoman Gizi Seimbang. Dalam Pedoman Gizi Seimbang ada 4 pilar yang harus dilakukan;

a). Mengonsumsi Makanan Beragam

Mengapa kita harus mengonsumsi makanan beragam? Karena tidak ada satu pun jenis makanan yang megandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan. Contohnya ikan, ikan mengandung banyak protein, tapi sedikit serat. Terus buah dan sayuran. Buah dan sayuran kaya dengan serat, vitamin, dan mineral, tapi mengandung sedikit protein dan lemak.

Makanya, kita perlu mengonsumsi makanan beragam untuk memenuhi gizi seimbang. Makanan yang mengandung makronutrien (karbohidrat, serat, protein, dan lemak baik) dan mikronutrien (vitamin dan mineral).




b). Membiasakan Perilaku Hidup Bersih

Membiasakan hidup bersih dapat menghindarkan kita dari infeksi kuman penyebab penyakit. Hal ini penting dilakukan karena semakin sering penyakit datang, semakin sulit kebutuhan gizi terpenuhi.

Contoh perilaku hidup bersih seperti mandi sehari 2 kali, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap akan makan dan setelah buang air, menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat, dan buang sampah pada tempatnya.

c). Melakukan Aktivitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik seperti bergerak dan berolah raga manfaatnya banyak sekali. Selain untuk menjaga kesehatan dan menjaga berat badan, olahraga juga bisa membuat tidur menjadi nyenyak, membangun otot, menjaga memori, menjaga kesehatan otak, dan mengurangi stres.

Seperti yang dianjurkan dokter, aktivitas fisik bisa dilakukan setiap hari minimal 30 menit.

d). Mempertahankan Berat Badan Ideal

Memantau berat badan ideal ternyata penting lho, sehingga tidak terjadi obesitas. Caranya dengan memantau berat badan dan mempertahankan agar indeks massa tubuh (IMT) berada dalam batas normal. IMT merupakan pengukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan.

Jika nilai IMT di atas normal menandakan kelebihan berat badan atau obesitas jadi harus diturunkan. Sementara jika nilai IMT di bawah normal bisa berarti kekurangan asupan kalori dan protein, jadi perlu dinaikkan. Kedua kondisi tersebut tidak baik untuk tubuh dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.

“Pada anak di atas satu tahun, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan gizi seimbang termasuk makanan dan minuman yang mengandung zat besi maupun mikronutrien lain yang mendukung penyerapan zat besi seperti vitamin C,” tambah Dr. dr. Diana.

Jangan lupa pula, hindari makanan atau minuman yang mengandung tembakau dan alkohol supaya terhindar dari efek negatifnya.

2). Minum Tablet Tambah Darah

Mencegah dan memutus mata rantai anemia  pada remaja, selain  dapat dilakukan dengan pola hidup sehat dan menjalankan pola gizi seimbang juga dapat diberikan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD).

“Tablet Tambah Darah adalah suplemen gizi dengan kandungan zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat,” urai Dr. dr. Diana. TTD memiliki kandungan zat besi dan asam folat, fungsinya untuk membantu membentuk hemoglobin.

Zat besi seperti Ferrous Fumarat, Ferrous Gluconate, Carbonyl Iron atau jenis zat besi lainnya, yang setara dengan 60 mg Besi Elemental, dan 0.4 mg (atau 400 ug) Asam Folat. TTD dianjurkan diminum seminggu 1X, artinya selama 1 tahun hanya menghabiskan 52 tablet.

Minum TTD secara rutin bisa mendeteksi, apa kita kena anemia apa tidak lho. Biasanya akan dirasakan setelah 1 bulan minum TTD. Jadi, jika setelah 1 bulan minum kalian masih merasakan 5L, segera saja periksa Hb kalian.

Selain TTD bisa juga minum Tabelt Mulptipel Mikroutrien yang mengandung zat besi, asam folat, dan zat gizi (mikronutrien) lainnya. Kandungannya minimal 30 mg Besi.




 3). Fortifikasi Pangan

Berdasarkan penjabaran WHO, fortifikasi pangan adalah menambahkan atau meningkatkan zat gizi tertentu ke dalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan.

Fortifikasi dilakukan untuk menambahkan zat gizi yang secara alami tidak ada di dalam makanan atau minuman tertentu. Fortifikasi juga bisa dilakukan untuk mengembalikan suatu zat gizi yang hilang dalam proses pengolahan makanan atau minuman.

Tujuan utama dilakukan fortifikasi pangan adalah untuk membantu memastikan anak-anak, maupun orang dewasa, mendapat asupan gizi yang cukup. Dalam fortifikasi biasanya yang ditambahkan adalah zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Misalnya susu dan sereal sarapan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral.

Selain ketiga point di atas, ada point lain yang juga penting diperhatikan, “Jika asupan didominasi oleh sumber besi non heme, pastikan dikonsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi,” pungkas Dr. dr. Diana.

Bagi kalian yang masih dalam masa pertumbuhan, jangan lupa pula minum secara rutin susu pertumbuhan.



 

Danone Indonesia Hadirkan Indonesia yang Sehat dan Kuat

Danone Indonesia, sebagai salah satu perusahaan makanan terbesar di negara kita tentu tidak akan diam saja dalam menghadirkan Indonesia yang sehat dan kuat.

Sejalan dengan visi One Planet, One Health Danone Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak bergerak untuk memutus mata rantai anemia pada lintas generasi.

Danone melakukan inovasi nutrisi, salah satunya menghadirkan produk makan untuk pemenuhan zat besi. “Serta produk makanan pendukung penyerapan zat besi pada anak berusia di atas satu tahun,” jelas Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia.

Selain itu, ada beberapa gerakan lain yang dilakukan Danone Indonesia untuk hadirkan Indonesia yang sehat dan kuat. Antara lain;

1). Meluncurkan Buku Panduan GESID

Danone Indonesia bekerjasama dengan FEMA IPB menyusun buku Panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID). Buku tersebut diharapkan memberikan edukasi kepada remaja semakin mengetahui pentingnya gizi dalam membentuk generasi yang cerdas.

Buku Panduan GESID telah diuji coba di 5 SMA dan 5 SMP dengan melibatkan 20 guru pendamping dan 60 siswa yang dipilih menjadi Duta GESID. Duta GESID diharapkan memberikan edukasi kepada teman-temannya untuk aware mengenai kebutuhan gizi untuk perkembangan mereka. Dalam buku tersebut mengulas 3 Pilar Utama Bagi Remaja;

a). Aku Peduli

Aku peduli bertujuan membantu remaja untuk mengenali tubuhnya, mulai dari ciri-ciri pubertas, merawat kesehatan reproduksi hingga tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Dengan peduli, remaja bisa mempersiapkan diri sejak dini untuk tumbuh kelak menjadi orang tua dan menjadi pemimpin.

b). Aku Sehat

Memberikan pemahaman mengenai peranan gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, serta gizi seimbang. Remaja diajak untuk mencermati kebutuhan gizi mereka, berbagai permasalahan gizi yang banyak terjadi pada remaja, dan bagaimana menghindari atau mengatasinya.

c). Aku Bertanggung Jawab

Mengajak remaja memahami permasalahan sosial seperti pernikahan dini dan dampaknya. Selain itu, pilar ini juga menjelaskan proses pembentukan karakter pada remaja untuk membantu mereka membangun karakter yang positif.

2). Hadir di Taman Pintar

Untuk memperluas edukasi tentang gizi dan kesehatan, Danone Indonesia mendukung 4 fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta. Taman Pintar setiap tahun dikunjungi kurang lebih 1 juta pendukung. Menjadi tempat yang sangat strategis untuk edukasi gizi dan kesehatan.

3). Program Duta 1000 Pelangi

Melalui program Duta 1000 Pelangi, Danone Indonesia memberikan bantuan dan edukasi kepada karyawan dan masyarakat tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Danone kemudian menjadikan karyawan sebagai duta kesehatan.

Program 1000 Pelangi berlanjut pada Program 1000 Pelangi Goes to Community yang dilaksanakan dengan berbagai mitra. Program dilaksanakan pada 3 Kelurahan di Kota Yogyakarta, terutama program pengentasan stunting di daerah tersebut.

Program 1000 Pelangi Goes to Community telah didukung Dinas terkait pada jajaran Pemerintah Kota Yogyakarta, Forum TSLP (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan) Kota Yogyakarta, Camat Umbulharjo, serta Lurah dari 3 wilayah percontohan.

Selain itu, menggandeng PKPU Human Initiative Yogya sebagai mitra pendamping program. Hingga saat ini, Program 1000 Pelangi Goes to Community telah menjangkau 188 penerima manfaat yang terdiri dari 117 baduta dan 71 ibu hamil.




4). Aksi Cegah Stunting

Danone Indonesia juga gencar melakukan Aksi Cegah Stunting, Gerakan Ayo Minum Air (AMIR), Kampanye Isi Piringku, dan program Warung Anak Sehat yang memberdayakan pengelola kantin sekolah untuk menyediakan pangan sehat bagi siswa.

Pada Hari Gizi Nasional tahun 2021, Danone Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Nutrition Association (INA) memperluas upaya promotif preventif mengatasi anemia lintas generasi melalui serangkaian program dan acara seperti webinar untuk publik di Youtube Nutrisi Bangsa, diskusi podcast yang di Spotify dan Youtube Nutrisi Bangsa, serta kompetisi menulis dan fotografi.

Semoga saja upaya ini menambah pengetahuan masyarakat dan bersama-sama berupaya memutus mata rantai anemia dan menghadirkan Indonesia yang Sehat dan Kuat. Semoga bermanfaat!

 

 

 

 

Previous article
Next article

4 Komentar

  1. Sekarang aku engga cuma energik, Mas. Juga tangkas dan trengginas.

    BalasHapus
  2. stay safe and stay healthy everyone :D

    BalasHapus
  3. serem banget nih ya dampaknya anemia untuk tubuh. Saya sendiri selalu darah rendah karena juga kurang suka daging. Semoga saya tidak sampai terkena ADB

    BalasHapus

"Monggo, ditunggu komentarnya teman-teman. Terima kasih banyak"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel